09

3.3K 240 37
                                    

Hay hay hay!

Meskipun pembaca sedikit aku tetep update buat kalian><

Plis lah, kasih vote sama komen yang banyak! Nulis tuh capek loh:(

Bantu follow akun aku juga supaya nyampe 1k!

Ah udah lah ya semoga kalian suka sama part kali ini:) love you guys<3


***

Langit begitu cerah, di iringi dengan suara bising kendaraan di jalan raya, ini perkotaan jangan berharap lebih tidak ada yang namanya kicau burung seperti di desa. Dan kini Abel tengah berdiri di pinggir jalan sembari menunggu taxi.

"Mana sih ni taxi? Lima belas menit gue berdiri di sini tapi gak lewat-lewat," kesalnya dengan menengok ke kanan dan ke kiri. "Panas banget," keluhnya.

Setelah kajadian pertengkaran antara dirinya dan orang tua Rima tadi, Abel berniat ke rumah Laura dan mencari tahu bagaimana kehidupan Abi yang sekarang.

Dengan meringis pelan Abel berjongkok saat merasakan kakinya yang mulai pegal. Dia merogok tas nya dan mengeluarkan ponselnya. Dia membuka aplikasi ojol namun sama sekali tidak terbuka, hingga satu pesan masuk membuatnya ingin membanting ponsel milik Rima itu.

'Maaf kuota internet anda telah habis, isi kembali pulsa untuk melakukan perpanjangan'

Kurang lebih begitu isi dari pesan tadi.

"Anjing," maki Abel dengan mengangkat tangannya bermaksud akan membanting ponsel, namun kejadian itu terhenti saat tangan Abel di cekal seseorang.

Dengan cepat Abel melepaskan cekalan itu dan membalikkan badannya secepat mungkin. Matanya melebar saat melihat si pelaku. "Lo ngapain di sini?" tanya Abel dengan heran.

"Harusnya gue yang nanya itu sama lo, lo ngapain di sini panas-panasan? Belum cukup hukuman di sekolah tadi?" tanyanya di sertai cibiran.

Abel memutar bola matanya kemudian menatap laki-laki itu dengan malas. "Lo sebenernya siapa sih?"

Kekehan pelan terdengar dari laki-laki berwajah tampan itu, sempat terpana namun Abel segera menepisnya. "Gue Rio, jodoh lo!"

Masih ingat dengan Rio? Laki-laki yang menganggap Abel anak baru? Yap dia orangnya.

"Sumpah lo gak jelas," balas Abel.

Lagi-lagi Rio terkekeh pelan, "kita emang jodoh, buktinya kita bisa ketemu lagi," ucapnya dengan begitu percaya diri.

"Tolong ya Rio, gue gak kenal sama lo, jadi jangan ganggu gue!" kesalnya.

"Makanya kenalan," ucapnya dengan mengulurkan tangan pada Abel.

Abel melirik tangan Rio sebentar, namun sama sekali tak di sambut olehnya.

"Lebih baik sekarang lo pergi aja deh, sebelum gue teriak maling supaya lo di gebukin semua orang. Lo mau?" ancamnya.

Bukannya pergi, Rio malah tetap berdiri di hadapan Abel.

"Gue bakalan pergi setelah gue tahu nama lo, jadi ... siapa nama lo?"

"Penting buat lo?"

Tanpa ragu Rio mengangguk, membuat Abel menghela panjang napasnya. "Oke, gue gak bakalan nanya nama lo tapi lo harus mau gue anterin,"

"Maksud lo apaan sih? Gue gak mau berurusan sama lo, plis jangan deket-deket sama gue!" kesal Abel dengan mendorong pelan pundak Rio.

Rio menatap sekeliling jalanan, lalu dia tersenyum penuh makna. "Lo yakin gak mau gue anterin? Di sini sepi, taxi jam segini gak mungkin ada. Lo yakin? Gak takut?"

Second Life (Sequel A2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang