10

3.5K 239 37
                                    

Hay!

Kita buat target vote ya buat part selanjutnya hihi, kalo udah 100 vote+ baru aku bakalan up part baru, setuju 'kan?

Vote+komen yang banyak ya!

Btw kalo cerita A2 di jadiin buku, kalian mau beli gak?

Jangan terlalu berharap lebih sama cerita ini, makasih juga udah setia nungguin^^

Love you guys<3

***

Seorang laki-laki berlari dengan terburu-buru setelah sampai di kediamannya. Membuka pintu rumah dengan grasak-grusuk.

"Bi?! Bi?!" teriaknya memenuhi isi rumah.

Seorang wanita berusia 40 tahunan segera menghampiri sang majikan. "Iya, pak?"

"Gimana keadaan Arka? Dia baik-baik aja 'kan?" tanyanya berturut-turut.

"Den Arka makin panas pak Abi, sepertinya harus segera di bawa ke puskesmas," usul wanita itu.

Ya, laki-laki yang kini tengah cemas adalah Abi Algifari. Setelah mendengar apa yang asisten rumah tangganya katakan dia segera berlari menuju kamar sang anak.

"Arka," panggil Abi dengan mengelus kepala milik Arka, anak laki-laki berusia tiga tahunan.

"Eung," lenguh sang anak, kemudian membuka matanya perlahan.

"Arka udah minum obat?" tanya Abi dengan penuh kelembutan.

Arka menggeleng lugu. "Ndak mau num obat Yayah," balas Arka dengan suara yang begitu lemah.

Dadanya bagai terhimpit batu besar saat melihat keadaan sang anak, dia merasa gagal menjadi sosok ayah untuk Arka, dia tidak becus merawatnya.

"Maafin Yayah ya Arka," ucap Abi dengan menunduk dalam.

Arka yang melihat ayahnya menunduk dengan rasa bersalah segera bangkit dari tidurnya dan memeluk tubuh Abi dengan susah payah.

"Yayah ndak boleh nangis! Alka ndak mau yayah cedih," ucapnya dengan begitu tulus.

Abi mengangguk dan membalas pelukan sang anak. "Mau ke dokter?"

"Ndak mau!" jeritnya membuat Abi terkekeh pelan. "Mau sakit terus?" sambungnya.

Dengan wajah cemberut Arka menggeleng sebagai balasan. "Ndak mau,"

"Yaudah ayok ke dokter," ajak Abi dengan merapikan rambut Arka yang mulai memanjang.

"Takut," cicitnya.

Senyum simpul tercetak di bibir Abi, menurutnya Arka sangat menggemaskan dan membuat dia ingat sosok lama yang sampai kini masih menempati hatinya.

"Kenapa takut? Dokternya baik kok. Ke dokter, ya?" bujuk Abi.

"Alka mau ke doktel, tapi ... cama mama Citla ya, Yah?"

Abi mengangguk setuju, kemudian merogok sakunya dan mengeluarkan ponsel untuk menghubungi orang yang Arka maksud.

"Halo Assalamu'alaikum, Cit? Kamu bisa datang ke rumah kakak?" tanya Abi ketika panggilan tersambung.

"Waalaikumsalam kak Abi, memangnya ada apa, ya? Arka baik-baik aja 'kan?"

"Arka demam, dia mau ke dokter tapi harus sama kamu! Kamu gak lagi sibuk?"

Tak terdengar suara dari sebrang sana membuat Abi heran. "Citra?"

"Ah iya kak, kebetulan aku baru selesai kuliah, aku segera ke sana kak!"

Second Life (Sequel A2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang