12

4.2K 318 133
                                    

Vote+komen yang banyak, aku gak bakalan kasih target lagi deh, terserah kalian mau vote atau nggak:)

Jangan terlalu berharap sama cerita ini, bantu follow akun aku ya!


***

Terik matahari begitu menyengat kulit, keringat bercucuran tak henti-hentinya. Sudah pukul 10 siang namun pelajaran olah raga baru saja di mulai.

Beberapa orang berjongkok di belakang barisan, dan sebagian menunduk saat sinar matahari menerpa wajah.

"Baik anak-anak, materi hari ini tentang basket, saya kira kalian pasti sudah mengerti dengan materinya. Kebetulan hari ini saya sedang ada rapat, jadi ketua basket kita yang akan melatih kalian hari ini," jelas pak Riswan selaku guru olahraga.

Dengan malas-malasan Abel berdiri di barisan paling belakang, mendengar arahan dari gurunya pun tidak.

"Maaf saya telat pak," ucap seorang laki-laki pada pak Riswan.

"Tidak apa, Devon kamu bisa mengajari teman-teman kamu 'kan?"

Laki-laki bernama Devon itu mengangguk patuh membuat pak Riswan menepuk pundak Devon beberapa kali.

"Kalau begitu bapak pamit, jangan lupa di absen juga!" ingat pak Riswan pada muridnya kemudian berlalu dari sana.

Devon menatap semua teman satu angkatannya sekilas. "Oke, sesuai arahan dari pak Riswan gue bakalan ngajarin lo semua, gue yakin kalian pasti bisa main basket, minimal tahu cara mainnya. Gue mau coba lihat kemampuan lo semua, paham?"

"Paham!" balas semua orang.

Devon mengangguk dan melemparkan bola pada salah satu siswa yang dengan sigap dia tangkap. "Yang cowok pisah di sana!" suruhnya dengan menunjuk lapangan sebelah kiri.

Semua laki-laki mengangguk mengerti dan berlalu menuju tempat yang Devon tunjuk tadi.

"Tolong perhatiannya!" teriak Devon dengan menepuk tangannya beberapa kali.

Semua pandangan tertuju pada Devon, kecuali Abel yang asik sendiri dengan acara melamunnya.

Banyak siswi yang berbisik membicarakan ketampanan Devon, termasuk Dina yang sedari tadi menyenggol tangan Abel membuat si empunya melirik sinis.

"Lo ngapain sih?" tanya Abel dengan sinis.

"Liat deh, dia ganteng banget ya?"

Abel yang mendengar ucapan Dina pun penasaran dengan wajah laki-laki yang teman kelasnya bicarakan. Abel sedikit menengok untuk melihat laki-laki itu, namun wajahnya tidak begitu jelas karena terhalang beberapa siswi.

"Biasa aja," balas Abel dengan cuek.

Dina mengangguk saja, dia tidak mau mengganggu temannya yang sedang bad mood.

Terlihat Devon menyuruh semua siswi untuk memasukkan bola ke dalam ring, dengan malas-malasan Abel maju sesuai urutan.

Dug!

Bola basket mengenai kepala Abel membuat si empunya meringis dengan mengusap-usap kepalanya, dia mendongak melihat si pelaku.

"Fokus!" sentaknya.

Mata Abel terbelalak melihat siapa yang baru saja melempar bola padanya, dia laki-laki yang tak sengaja terkena kaleng yang Abel tendang kemarin. Tangan Abel terkepal, dia berpikir bahwa orang itu baru saja balas dendam padanya.

"Lo jangan kasar dong!" balas Abel dengan meninggikan nada suaranya.

"Rim," cicit Dina dengan memegang lengan Abel namun segera di tepis.

Second Life (Sequel A2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang