17

1.4K 68 8
                                    

Haiiii!

Aku usahain buat konsisten up cerita ini, sebenernya sih aku pengen buru-buru namatin. Kenapa? Soalnya aku mau bikin cerita baruuu, rencananya sih aku mau bikin cerita yang aku angkat dari kisah cinta aku😆 tapi ga yakin kalian mau baca.

Terlepas dari rencana aku, makasih udh mau baca yaaa!!

Maaf kalo ga nyambung aku cuma nyalurin apa yang ada di otak aku aja.

Aku tunggu vote+komennya!!

Happy reading guys!!













Suara benturan dan teriakan beberapa orang mampu membuat atensi semua orang tertuju.

Mobil tadi menabrak pembatas jalan namun tak lama dia pergi dengan cepat seolah tidak ingin di laporkan atas tindakan yang hampir mencelakai orang.

"Lu gapapa?"

Ringisan terdengar seolah menjawab pertanyaan itu. Lutut dan sikunya terluka cukup dalam, bagaimana tidak dia baru saja terdorong cukup jauh.

Perih mulai menjalar, orang-orang mulai mengerubuninya.

"Pacarnya bawa ke rumah sakit dek, lukanya lumayan dalem tuh!" Suruh salah salah satu orang di sana.

Anggukan singkat ia lakukan kemudian tanpa berpikir panjang langsung menggendongnya.

"Pelan-pelan," gumamnya namun masih bisa di dengar.

Sumpah demi apapun ini rasanya sangat perih, entah di sebut keberuntungan atau mungkin kesialan dia masih ada di dunia ini.

Dengan perlahan laki-laki itu mendudukkannya di dalam mobil.

Selang beberapa menit mereka telah sampai di salah satu puskesmas, pemeriksaan di lakukan dan syukurnya ini hanya luka luar saja jadi tidak terlalu parah.

"Di olesi salep aja ya biar cepet kering lukanya,"

"Makasih bu,"

Kedua orang itu kini keluar dari area puskesmas dengan tangan si laki-laki bertengger di pundak perempuan berjaga-jaga kalo nantinya akan jatuh.

"Lu gapapa?"

Keheningan tadi kini pecah ketika laki-laki itu bertanya.

"Apa gue kaya baik-baik aja?"

Nada sinisnya sangat terlihat jelas sekali membuat dia menghela napas jengkel, sia-sia sekali dia bertanya.

"Makasih udah nolongin gue, Devon,"

Ya, laki-laki itu Devon, lalu siapa perempuan tadi? Jelas sekali dia Abel atau Rima.

Dia masih merasa terkejut dengan kejadian yang bisa di bilang singkat tadi, untuk menghindar pun sulit sekali. Beruntungnya saat itu Devon melihat Abel yang hampir tertabrak dan tanpa pikir panjang dia mendorong Abel cukup kencang hingga beberapa luka pun terjadi.

"Gue anterin pulang!" Ucap Devon seolah tidak menerima bantahan.

Namun Abel dengan cepat menggeleng, "gue bisa pulang sendiri,"

Tatapan Devon menelisik bahkan terlihat mengintimidasi dari ujung kepala sampai ujung kaki. Decakan pelan terdengar jelas namun Abel sama sekali tak perduli.

"Gue tunggu di halte bus! Iya anjir lu jangan lama... lah gimana sih katanya tadi lu bisa? Ga mau tau pokoknya lu harus jemput gue sekarang!"

Abel mematikan sambungan telponnya, kemudian menatap Devon kembali. "Lu bisa tinggalin gue, sekali lagi makasih udah nolongin gue,"

Second Life (Sequel A2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang