Keyara mengganti channel televisi dengan rasa bosan yang perlahan hinggap dan membuatnya kurang bersemangat. Rasanya begitu sepi. Ia merindukan Arga. Namun, laki-laki itu hanya menghubunginya dua kali, itu juga lewat pesan. Sejenak ia berpikir, mungkin Arga memang tidak merindukannya.
Suara salam mengagetkannya. Suara yang tak asing dan selalu terngiang kala jauh. Suara yang bisa sedemikian ketus, tegas, datar, lembut, atau bahkan diiringi napas memberat ketika laki-laki itu bersuara di telinganya.
Keyara membuka pintu. Arga seketika masuk tanpa senyum, tanpa sapaan. Keyara pikir suaminya akan pulang esok pagi, tapi malam ini ia sudah tiba di rumah dan menampakkan ekspresi dinginnya seperti dulu.
Arga meletakkan koper di sembarang tempat. Ia masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan barganti pakaian. Keyara berinisiatif membuatkah segelas teh hangat dan menyiapkan makan malam.
Keyara berderap menaiki tangga. Ia membuka pintu kamar. Tampak olehnya Arga yang mengenakan kaos singlet dengan boxer hitam dan tangan kanannya memegang handuk kecil yang ia usapkan pada wajah dan rambutnya yang sedikit basah.
"Mas, aku udah siapin teh hangat dan menu makan malam."
Arga hanya melirik sekilas lalu kembali mengarahkan netranya pada cermin.
"Mas kenapa dari tadi diam? Ada sesuatu?" Keyara menyipitkan matanya. Ia menyadari sedari tadi ekspresi wajah Sang Suami selalu dingin dan seakan menyembunyikan sesuatu.
Arga memiringkan badannya, lalu menatap Keyara tajam. Ekspresi Keyara yang tampak innocent itu membuat Arga penasaran. Apa mungkin Keyara benar-benar tidak tahu alasannya mendiamkannya?
"Selama aku di Surabaya, apa ada laki-laki lain yang datang ke rumah ini?"
Pertanyaan Arga mengingatkan Keyara akan kedatangan Andra bersama ponakannya tempo hari. Sebelum Keyara menjawab, Arga menyela lebih dulu.
"Aku dengar, Andra datang ke rumah? Padahal aku nggak ada di rumah. Bunda juga sudah berangkat ke Australia."
Keyara kini menebak-nebak, apa Andra memberi tahu Arga jika ia datang ke rumah? Keyara sebenarnya ingin memberi tahu Arga akan kedatangan mereka, tapi saat itu ia lupa karena tiba-tiba ada rapat mendadak di komunitas anti-bullying.
"Iya, Mas. Mas Andra datang ke rumah bersama ponakannya. Dia punya ponakan perempuan berumur 15 tahun, namanya Cleo. Cleo ini korban bullying di sekolahnya. Sebelumnya kami berkomunikasi lewat media sosial dan chat. Kemarin dia minta Mas Andra mengantarnya ke rumah karena ia ingin bicara langsung denganku. Waktu itu aku pernah cerita ke Mas Arga kalau Mas Andra memintaku bicara dengan ponakannya dan aku meminta Mas Andra untuk memberikan kontakku pada Cleo." Keyara menjelaskan dengan tenang. Ia tak ingin Arga salah paham.
Arga tertegun. Tentu ia ingat Keyara memang pernah bercerita tentang ponakan Andra ini. Namun, ia tetap akan menanyakan hal ini pada Andra.
Arga meraih ponselnya di atas ranjang. Ia menghubungi Andra untuk meminta konfirmasi.
Keyara bertanya-tanya siapa yang dihubungi Arga. Setelah mendengar suaminya menyebut nama seseorang, barulah ia tahu jika Arga tengah menghubungi Andra.
"Jadi kamu cuma nemeni ponakanmu ke sini?" Arga menegaskan pertanyaannya. Ekor matanya bergerak melirik Keyara.
Arga menutup ponselnya lalu berjalan mendekat ke arah istrinya.
"Kenapa kamu tidak bilang kalau Andra datang bersama ponakannya? Kamu bisa kasih kabar. Kalian tidak bersekongkol untuk membohongiku, 'kan?" Arga menatap tajam Keyara seakan tengah mencari-cari jejak kejujuran atau kebohongan di wajah istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind the Tears
RomanceKeyara Ravata di masa lalu adalah gadis yang paling dibenci, pelaku bullying, semena-mena, dan berkuasa. Hingga peristiwa pahit memutarbalikkan keadaan. Kehidupannya yang serba sempurna runtuh dalam sekejap. Kedua orang tuanya meninggal dalam kecela...