Chapter 22

3.8K 346 18
                                    

Keyara menilik angka yang tertera di jam dalam ponselnya. Arga mengatakan akan menjemputnya. Keyara menghitung waktu, mungkin sekitar lima belas menit lagi. Ia masih menemani Sella yang tengah bermain perosotan. Gadis cilik itu tengah menunggu ayahnya.

Tiba-tiba derap langkah seseorang mengagetkannya. Andra, ayah Sella datang dengan senyum terukir. Keyara mengangguk. Sejak Arga mengatakan jika diam-diam Andra menyukainya, Keyara menjaga jarak. Apalagi Arga kerap cemburu.

Setiap melihat Keyara, dada Andra berdebar. Kekaguman pada wanita itu perlahan beralih menjadi rasa suka dan tanpa Andra sadari, ia jatuh cinta. Namun, pikirannya masih waras. Ia tak mungkin merebut istri orang, apalagi istri temannya sendiri. Ia turut senang melihat hubungan Arga dan Keyara membaik. Ia mencoba mengikhlaskan dan mengubur perasaannya.

"Ayaaahhhh ...." Sella berlari menghambur menyambut Sang Ayah. Kedua tangannya membentang.

Andra menggendong gadis itu dengan senyum merekah. Ia kecup pipi putrinya.

"Tadi belajar apa, Sayang?" Andra menurunkan kembali putri kecilnya. Ia usap rambut Sella lembut.

"Belajar mewarnai, menghitung stik es krim, sama menggambar balon."

"Wah, hebat, pasti menyenangkan ya belajarnya."

"Iya, Ayah."

Andra melirik Keyara. Senyum terulas. Wajah cantik Keyara begitu meneduhkan. Ia rasa Arga begitu beruntung menikah dengan wanita sebaik dan selembut Keyara.

Di saat yang sama, Arga datang dengan langkah tegap dan mengulas senyum. Air mukanya berubah datar kala ia melihat Andra sudah lebih dulu berada di sana.

Andra tersenyum sekadar berbasa-basi.

:Hai, Arga."

Arga mengangguk pelan dengan sekelumit senyum.

"Kami pulang dulu, ya. Salim dulu sama Bu Guru dan Om Arga." Andra melirik putrinya.

Dengan riang Sela menjabat tangan Keyara dan Arga.

"Hati-hati di jalan, Sella." Keyara mengusap rambut anak itu.

Setelah ayah dan anak itu berlalu, tinggallah Keyara dan Arga yang mematung tanpa suara. Arga tahu, akan sangat kekanakkan jika ia cemburu. Andra adalah wali murid dan tentu hal yang lumrah jika Andra sering bertemu atau berinteraksi dengan Keyara karena laki-laki itu kerap mengantar dan menjemput putrinya. Ia pun percaya pada Keyara. Ia percaya istrinya dapat menjaga hati dan kesetiaannya.

"Kamu belum makan siang, 'kan? Gimana kalau kita mampir untuk makan siang?" Arga memecah keheningan. Hari ini jadwal di kantor tak begitu padat. Ia luangkan sedikit waktu untuk menjemput Keyara dan mengajaknya makan bersama.

"Makan siang di mana, Mas?" Keyara mengulas senyumnya. Akan sangat menyenangkan jika ia dan Arga lebih sering meluangkan waktu bersama.

"Di rumah makan Padang langganan kita mau?" Arga menaikkan sebelah alisnya. Ia yakin Keyara akan langsung menyetujuinya karena ia sangat suka makan nasi Padang.

Keyara tersenyum lebar. "Boleh, Mas."

Arga menggandeng tangan Keyara dan menuntunnya menuju mobil. Sesuatu yang sederhana, tapi hal ini mampu terbitkan rasa haru sekaligus bahagia. Mata Keyara terpusat pada genggaman erat Arga yang seolah enggan melepasnya. Semakin hari sikap Arga semakin hangat. Ia berusaha meluangkan lebih banyak waktu bersama. Pria itu menampilkan kesan sebagai pelindung, meski di sisi lain ia pun bisa bersikap manja setengah mati. Keyara sampai geleng-geleng kepala ketika Arga terus mengintilnya di dapur. Memeluk pinggangnya dari belakang tatkala Keyara tengah memasak. Menahan Keyara di tempat tidur, ia terus memeluk istrinya dan melarangnya keluar. Atau bolak-balik memeluk dan menciumnya saat mereka tengah di rumah. Keyara merasa senang Arga tergila-gila padanya. Ia berharap Arga tak berubah dan tetap hangat serta memprioritaskannya meski waktu terus berjalan.

Behind the TearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang