Chapter 16

8.3K 886 86
                                    

Maaf ya baru update. Bener2 padat bgt. Banyak tugas kuliah, banyak kerjaan, serasa puyeng bagi waktu, akhirnya nulis dikorbankan dulu.

Happy reading....

Weekend ini Keyara lebih bersemangat dari biasanya. Ia bangun lebih pagi dan sudah aktif beraktivitas di dapur begitu selesai mandi dan salat subuh.

Beberapa kali senyum terulas kala teringat akan malam romantis yang ia habiskan bersama Arga. Kebekuan yang terjaga sekian lama perlahan mencair. Sikap dingin Arga menghangat. Ia seolah mengenal sosok Arga dalam sosok yang berbeda. Terlebih ketika mereka hanyut dalam dekap peraduan yang hadirkan sensasi menakjubkan. Ia seperti jatuh cinta kembali pada sosok itu. Kali ini terasa berbeda. Terlebih ketika Arga menatapnya begitu intens. Ia merasa diinginkan.

Arga berderap menuju dapur. Ia melirik meja di ruang makan. Sudah ada kopi dan empat potong sandwich. Ia akui, Keyara begitu baik melaksanakan tugasnya. Ia duduk dan menyesap kopi itu seraya mengendus aroma khasnya. Matanya masih bermuara pada Sang Istri yang tengah membereskan peralatan masak.

Dengan santai, Keyara menyajikan tempe dan tahu bacem serta ikan lele goreng, sambal, sepaket dengan lalapan. Menu yang menggugah selera. Ketika matanya bertabrakan dengan tatapan Arga yang masih tertambat padanya, Keyara membisu sesaat. Mereka saling menatap dengan debaran yang masih sama. Entah kenapa Keyara belum bisa bersikap biasa. Masih ada rasa asing dan sedikit gugup kala mata Arga menyasar ke arahnya.

Laki-laki itu pun terdiam. Dunia seolah berhenti berputar untuk sesaat. Ia amati Keyara lebih detail lalu menemukan ada banyak hal yang ia temukan dari fisik wanita itu. Ia akui ia telah melewatkan banyak waktu untuk menyadari betapa wanita itu begitu menarik dengan proporsi tubuh yang ideal, tidak sekurus sebelumnya. Wajahnya mungkin tidak terlalu cantik, tapi serasa tak membosankan untuk dipandang. Mata yang selalu teduh, sendu, seperti menyimpan sesuatu, tapi di satu waktu ada sorot tajam yang juga menaklukkan keangkuhan Arga.

Keyara duduk di hadapan Arga. Wajahnya sedikit tertunduk. Ia mengangkat wajahnya pelan hanya untuk memastikan apakah Arga masih menatapnya. Hatinya berdesir ketika sorot setajam elang itu masih menelisik ke arahnya begitu awas.

Keyara sedikit salah tingkah. Arga justru masih mengunci wanita itu untuk terperangkap pada tatapannya dan ia tak akan melepasnya. Keyara mengalihkan pandangan ke arah lain. Ketika ia kembali menoleh ke arah Arga, laki-laki itu nyatanya masih saja menatapnya.

"Kenapa, Mas?" Keyara memberanikan diri untuk bertanya.

Arga menggeleng pelan. "Tidak apa-apa."

"Mau sarapan sekarang?" tanya Keyara lagi.

Arga mengangguk. Keyara mengambil piring dan menata nasi dan lauk untuk ia berikan pada suaminya. Laki-laki itu kembali menyaksikan kecekatan Keyara yang menyiapkan keperluannya. Keyara bisa tampak sedemikian tenang dan pendiam, begitu berbeda jika dibandingkan dengan sosoknya ketika mereka memadu kasih di hangatnya malam. Ia suka sisi lain Keyara yang terkadang menatapnya begitu lekat dengan jari-jari menelusuri pipinya atau kedua tangan yang mengalung di lehernya sementara lenguhan panjangnya menyebut namanya berulang. Ia suka Keyara saat membalas ciumannya dengan sedikit brutal lalu senyum tipis pun terulas kala cumbu mesra itu lepas dan keduanya larut pada dua pasang netra yang saling memandang. Ia suka cara Keyara ketika sosok itu benar-benar menyerahkan dirinya dan membiarkannya menguasai raga wanita itu di bawah kungkungannya. Ia pun menyadari, raga istrinya seolah menjadi magnet hingga ia lupa pada kebencian yang dulu mengakar. Ia juga menyadari, kebutuhkannya akan sosok istrinya tidak terbatas pada kepuasan ranjang, tapi kehadiran Keyara dengan segala yang ia lakukan di rumah nyatanya menjadi satu hal yang ia rindukan ketika jauh.

Behind the TearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang