Chapter 21

3.7K 346 49
                                    

Semalam udah up, aku unpublished dan publish ulang. Komennya sepi sekali makanya sempat tak unpublished dulu. Jika nanti masih sepi komen, mohon maaf aku gak akan melanjutkan cerita ini ya, aku hanya akan melanjutkan cerita2 yg masih diminati. Soalnya kalau ga ada peminat kan gak ada alasan lagi untuk lanjut 😁

Happy reading

"Wah surprise apa ini? Kalian pacaran? Bunda seneng lihat kalian bersama. Apalagi Bunda sama Ayah juga sudah mengenal Mutia." Arimbi tersenyum sumringah. Besar harapannya cinta Alvin dan Mutia akan berujung di pelaminan.

"Iya, kami mendukung sekali jika kalian berlanjut ke jenjang yang lebih serius. Mutia gadis yang baik, cocok untuk Alvin yang pekerja keras." Atmaja tersenyum menatap Alvin dan Mutia. Satu putranya telah menemukan tambatan hati.

Alvin dan Mutia saling menatap. Keduanya tersenyum meski ada sesuatu yang mengganjal. Alvin memacari Mutia semata karena tanggung jawab, tapi ia tak menampik kenyataan bahwa memang ada ketertarikan pada gadis itu. Saat ini mungkin ia belum jatuh cinta, tapi laki-laki itu pun tak akan mempermainkan Mutia. Ia serius ingin menikahi wanita itu. Mutia menerima Alvin bukan lantaran cinta. Seandainya nama baiknya tak terancam jatuh jika ia menuntut Alvin atas pelecehan di malam itu, mungkin ia akan menuntut pemuda itu. Namun, ia tak bisa gegabah. Faktanya dia memang melakukannya dengan Alvin, entah sadar atau tidak, dia tak bisa menuntut apa-apa. Tak ada satu pun bukti yang bisa menyeret pemuda itu menjadi terdakwa kasus pelecehan. Mutia belajar berdamai dengan status dirinya yang sudah tak lagi "perawan" dan rusak oleh Alvin. Setidaknya menjadi pacar Alvin bisa mendekatkannya dengan Arga. Ia bisa bertemu dengan Arga setiap kali keluarga itu berkumpul.

Acara makan malam itu berlangsung tenang. Mutia benar-benar menjaga lisannya demi menampilkan kesan yang baik di mata orang tua Alvin.

Sebelum Alvin berpamitan ia menyempatkan berbincang dengan Arga di samping rumah. Begitu juga dengan Mutia dan Keyara yang pada akhirnya berbincang di gazebo sembari menunggu pasangan masing-masing.

Arga menatap lepas ke jernihnya air kolam. Sesungguhnya ia lebih memilih untuk menghindari Alvin dan enggan bicara dengannya. Namun, kali ini ia tahan egonya semata ingin mengetahui apa ada maksud tertentu yang disembunyikan Alvin dan Mutia. Rasanya di luar nalar melihat Alvin berkencan dengan Mutia.

"Kalian sudah berapa lama berpacaran?" Arga bertanya tanpa menoleh ke arah Sang Adik.

"Belum lama, belum ada sebulan. Tapi kami kenal udah lama." Alvin berusaha tenang. Ia simpan rapat-rapat bagaimana kisahnya dan Mutia yang bermula dari insiden di kamar hotel.

"Kebetulan yang tidak disangka-sangka, ya. Kamu tahu 'kan Mutia itu siapa? Atau dia berpikir nggak dapetin kakaknya, ya udah pacarin adiknya aja." Arga menyeringai dan melirik Alvin sekilas. Sulit untuknya percaya jika mantan kekasihnya itu benar-benar tulus mencintai Alvin.

Alvin menghela napas. Ia berpikir apa Arga cemburu? Ia kesampingkan pikiran itu. Kakaknya sudah mencintai istrinya. Arga mungkin hanya shocked mengetahui dirinya berpacaran dengan Mutia terlepas dari apa yang pernah terjalin antara mereka di masa lalu.

"Tidak seklise itu, Kak. Aku masih single, Mutia juga. Wajar kalau kami saling tertarik."

"Kamu tidak tahu bagaimana karakter dia. Aku cuma ingatkan kamu untuk hati-hati. Dia lebih berbisa dari yang kamu bayangkan. Mungkin dia memiliki tujuan tertentu." Arga menoleh adiknya sekali lagi. Wajar jika ia curiga. Mutia yang beberapa waktu yang lalu masih terobsesi padanya, mendadak berpacaran dengan Alvin.

Alvin tersenyum tipis. Tentu ia tahu bagaimana karakter Mutia dan ia akui wanita itu mungkin berbahaya. Menghadapi Mutia artinya dirinya harus selangkah lebih pintar atau bahkan lebih licik. Alvin pastikan gadis itu akan benar-benar jatuh cinta padanya dan melupakan Arga.

Behind the TearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang