NARENDRA[8]

163K 16.4K 1.4K
                                    


★ ★ ★

"ARGHHH BANGSAT, TAI, ANJING, NARENDRA SIALAN!" Maki Fardan sambil membanting barang-barang yang ada di markas Volien.

BRAKK!

Bunyi barang-barang jatuh mendominasi ruangan serba abu-abu tersebut, membuat beberapa anggota Volien menunduk takut dengan kemarahan sang ketua Volien itu.

"BANGSAT, CEWE GUE DI AMBIL" Fardan terus mengamuk seperti orang kesetanan, kehilangan Nalva bisa membuatnya gila, susah payah untuk menjadikan Nalva menjadi pacarnya, eh di ambil sama musuhnya.

"GUE GA BISA TANPA NAVA! GIMANA PUN CARANYA NAVA HARUS KEMBALI KE GENGGAMAN GUE!" Fardan meninju tembok yang ada di depan nya hingga jari-jari tangannya sedikit membiru.

"Kirim surat tempur ke Morvesca! Sekarang!" Perintah Fardan pada Wira- wakil ketua Volien.

"Itu tandanya kita bakal munculin diri di depan Morvesca Dan" Ujar Wira kurang menyetujui perintah Fardan.

"GUE GA PEDULI BANGSAT! YANG PENTING GUE DAPETIN NAVA KEMBALI!" Fardan berjalan ke arah Wira dan mencengkeram kerah baju wakil ketua Volien itu.

Wira mengerti Fardan sangat marah saat ini, tapi bukan berarti Fardan bisa mengambil keputusan ceroboh seperti ini, itu sama saja mencari mati pada Morvesca.

"Lo sadar ga sih? ini cuman trik Morvesca buat balas dendam!" Wira berbicara meski sedikit ragu. "Kalo kita munculin diri sekarang sama aja kita gali kuburan sendiri! Susun rencana yang bahkan ga terduga sama sekali, dengan begitu kita bisa menang dengan mudah" Perkataan Wira membuat Fardan melepaskan cengkraman nya pada kerah Wira. Fardan tampak berfikir, yang di katakan Wira ada benarnya juga.

"Terus Nava gimana bangsat? Mereka mungkin aja bunuh cewe gue! " Kata Fardan geram.

"Gue yakin mereka gabakal bunuh Nava, orang gabakal balas tamparan dengan tamparan" Jawab Wira.

"ARGHHH! ANJING!" Maki Fardan kemudian pergi dari markas Volien.

★ ★ ★

Pagi ini Nalva mulai memulai harinya sebagai murid SMA GHARATHAMA, tak bisa dipungkiri Nalva sangat senang, setidaknya dia bisa bebas dari orang-orang yang membully nya di sekolah lama nya, dan dia juga sedikit lega bisa bebas dari Fardan, tapi dia tidak menyadari berada di naungan Naren itu jauh lebih berbahaya.

Nalva berangkat bersama Naren menaiki motor besar berwarna merah hitam milik Naren. Nalva merasa canggung, sejak tadi mereka hanya diam tanpa ada yang berniat untuk membuka pembicaraan.

Naren memberhentikan motor nya di salah satu tempat makan yang ada di dekat sekolahnya. Mereka berdua belum sarapan jadi Naren berniat ingin mengisi perut dengan bubur Bu Tiam. Naren jarang makan disini tetapi teman-teman nya sangat sering sarapan bubur di warung Bu Tiam.

Naren berjalan santai diikuti Nalva di belakang nya, Naren memesan satu porsi bubur dan memakan nya dengan lahap.

Nalva hanya diam, gadis itu menjilat bibirnya yang kering, nampak nya bubur itu sangat enak dengan taburan kacang dan bau yang sedap membuatnya semakin berselera.

"Em.. Kak" Panggil Nalva.

Naren mengurungkan memasukkan suapan bubur  kedalam mulutnya, laki-laki itu menatap gadis di hadapan nya dengan tatapan datar dengan sebelah alis yang terangkat.

"Bagi dong" Ujar Nalva tidak tahu malu. Dirinya juga lapar.

"Beli" Balas Naren kemudian kembali melahap buburnya.

NARENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang