NARENDRA[22]

135K 14K 636
                                    


°°°

"BOS FARDAN KABUR!" Teriak Candra. Laki-laki itu sudah berhasil melumpuhkan banyak anggota Volien dan sekarang Candra sedang membantu Aji untuk berdiri.

"Ck, pelan-pelan monyet! Sakit nih!" Aji memukul kepala Candra karena Candra tidak fokus saat membantu nya berdiri.

Anggota Morvesca lainnya masih sibuk membalas pukulan lawan masing-masing tetapi anggota Volien sudah banyak yang memilih melarikan diri, sedangkan Wira? Laki-laki itu sudah terbaring tidak berdaya di aspal. Mulutnya yang mengeluarkan banyak darah, kedua tulang kakinya yang sudah patah, dan wajahnya yang sobek sana sini.

"Ji, gimana kalau pisaunya di cabut aja" Saran Candra.

"Kepala lo gue cabut sini" Emosi Aji. Bisa-bisa Candra menyarankan hal yang tidak masuk akal di saat-saat genting seperti ini.

"Ya dari pada nancep gitu anjing! Ngeri gue liatnya" Candra memalingkan wajahnya. Dari tadi laki-laki itu masih berusaha untuk membantu Aji berdiri tetapi tidak berhasil karena takut melihat pisau yang masih tertancap di paha Aji.

Naren berjalan ke arah Aji dan Candra. "Bawa ke rumah sakit aja" Saran laki-laki itu.

"Ya masalahnya gimana bawanya bos?" Ujar Candra.

Elio datang dan menghampiri mereka.  Saat ini anggota Volien benar-benar sudah tepar sisanya ya kabur. Naren juga sudah menyuruh anggota Morvesca yang terluka untuk kembali ke Posca guna mengobati luka-luka mereka.

"Pake mobil" Saran Elio. "Gue udah nelepon supir supaya kesini" Sambung nya.

Aji mengangguk, laki-laki itu meringis melihat kakinya yang masih tertancap pisau. "Awas aja Fardanjing gue bakal tusuk kaki lo lebih parah dari ini!" Desis Aji.

Candra bergidik ngeri, dia tidak pernah melihat Aji yang bersikap seolah psikopat yang ingin membalas dendam seperi ini.

"Oh iya! Gimana Nalva?" Tanya Candra.

Hans, Yansen, Artan berjalan mendekat ke arah teman-teman nya, dari tadi mereka membereskan benda-benda tajam, alat pemukul yang berserakan di tempat mereka bertarung tadi, senjata tersebut juga milik Volien bukan milik Morvesca. Naren selalu melarang anggota Morvesca untuk menggunakan senjata tajam kecuali jika memang dalam keadaan yang sangat-sangat mendesak. Tetapi jika hanya melawan Volien, itu bukan hal yang sulit, bukti nya mereka tetap menang melawan Volien meski anggota Volien sudah menggunakan senjata tajam.

"Dia pasti aman kalau sama Langit" Jawab Yansen.

"Kok perasaan gue gak enak ya?" Tanya Candra.

"Kaya punya perasaan aja lo" Ujar Aji sinis.

"Bangke! Gue cabut juga nih pisau!" Jawab Canda emosi, laki-laki itu mengambil ancang-ancang seperti ingin mencabut pisau yang ada di paha Aji.

"Anjing, gue bunuh lo" Aji menepis tangan Canda yang berada di dekat paha nya.

"Bentar gue telepon" Hans mengambil ponsel di sakunya dan menekan kontak Langit.

Panggilan nya masuk tetapi tidak di angkat oleh Langit. Hal itu tiba-tiba membuat perasaan Naren tidak enak, laki-laki iti takut terjadi sesuatu kepada Langit dan Nalva.

Naren mengeluarkan ponselnya dan menekan kontak Nalva. Panggilannya bertuliskan berdering tetapi sama sekali tidak di angkat oleh gadis itu.

Anggota Morvesca menatap satu sama lain. Naren berbalik dan berjalan ke arah motornya. Laki-laki itu harus mencari Nalva. Naren menaiki motornya dan bersiap untuk memakai helm nya tetapi suara Artan mencegah pergerakan nya.

NARENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang