NARENDRA[14]

143K 15K 1.5K
                                    


★ ★ ★

Dibawah terik matahari Nalva dan Loren berdiri di tengah lapangan menghadap sang merah putih dengan sebelah kaki yang di angkat dan tangan yang bertengger di telinga.

Selama sekolah, baru kali ini Nalva mendapat hukuman seperti ini.

Jam istirahat membuat suasana lapangan sangat riuh, ada yang bermain basket, berkejar-kejaran, ada yang sekadar makan siang di bangku dekat lapangan dan lain sebagainya.

"Itu bukan nya Nalva sama Loren?" Mata Aji memicing untuk memastikan pengelihatan nya tidak salah.

"Lah iya! Kalau Loren sih ga heran ya, lah Nalva ngapa ikut-ikutan?" Yansen ikut memicing kan matanya.

Saat ini Naren, Aji, Yansen, dan Saka berdiri di koridor yang menghadap ke lapangan. Niat awal mereka yang ingin ke kantin di ganti dengan mengamati kedua gadis yang sedang di hukum itu.

Jika kalian tanya dimana Elio dan Artan, kedua laki-laki itu sedang mempersiapkan tim basket mereka untuk tanding besok. Elio merupakan ketua tim basket SMA GHARATHAMA.

Sedangkan Candra? Laki-laki itu sedang sibuk berjualan donat.

Naren berjalan ke arah lapangan, spontan ketiga teman nya mengikuti nya dari belakang.

"Ngapain?" Tanya Naren begitu sampai di hadapan Nalva.

"Lagi jaipongan! Kamu ga liat aku lagi di hukum!" Jawab Nalva galak.

Yansen dan Aji tertawa dibuatnya.

"Lo ngapain sampe di hukum gini?" Kata Naren memperjelas pertanyaan nya.

"Bolos" Bukan Nalva yang menjawab melainkan Loren.

Naren menoleh sebentar ke arah Loren kemudian kembali menatap Nalva.

Naren menghela nafas pelan kemudian menarik pergelangan tangan Nalva dan membawa gadis itu ke ruang ekstrakurikuler seni.

"Kenapa bolos?" Tanya Naren.

"Ga sengaja" Jawab Nalva.

Naren mengerutkan keningnya. Jawaban macam apa itu?

"Jangan bolos lagi, atau gue penggal kepala lo"

"Kamu serius mau menggal kepala aku?"

"Iya, kalau lo ga nurut!"

Naren menarik tangan Nalva untuk duduk di salah satu bangku yang ada di ruangan tersebut. Setelah mereka berdua duduk, Naren merebahkan dirinya dengan paha Nalva sebagai bantalannya.

Nalva membulatkan matanya kaget. "K— kamu ngapain?"

"Jaipongan"

Naren memejamkan matanya, sedangkan Nalva sedang mengatur detak jantungnya, jangan sampai jantung nya keluar sangkin tidak kuatnya dengan situasi seperti ini.

"Bentar lagi masuk kak" Peringat Nalva.

Tak ada sahutan dari Naren, sepertinya laki-laki itu sudah tidur.

"K— kak,"

"Berisik!" Potong Naren. "Mending elusin kepala gue" Naren menuntun tangan Nalva ke kepalanya.

"Hah?"

"Ck, elusin atau gue penggal kepala lo"

Tanpa basa basi Nalva langsung menggerakkan tangannya untuk mengelus rambut Naren. Surai laki-laki itu sangat lembut dan wangi, berbeda dengan dirinya yang keramas hanya dua kali dalam seminggu.

Naren tersenyum tipis dan menggeser tubuhnya untuk mencari posisi ternyaman, jangan tanyakan keadaan Nalva, gadis itu saat ini sedang menahan nafas.

Bel masuk berbunyi begitu nyaring, Naren berjalan dengan angkuhnya diikuti oleh Nalva dari belakang. Jika sedang seperti ini Naren terlihat seperti majikan dan Nalva terlihat seperti budak. Lihat saja sekarang, gadis itu kesusahan membawa tumpukan buku tebal di tangan nya.

NARENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang