NARENDRA [52]

112K 12.1K 589
                                    


★ ★ ★

"Bos, mending Nalva di anter pulang aja deh, kasian Nenek nya sendirian di rumah. Biar kita-kita aja disini yang nemenin lo" Kata Yansen memberi saran.

Naren berfikir sejenak, benar juga. Kasihan Martina jika sendirian di rumah terlebih lagi wanita paruh baya itu belum terlalu pulih.

Naren tidak boleh egois, Nalva juga pasti punya kesibukan sendiri, hidup Nalva bukan hanya tentang nya saja.

Naren pun mengangguk tanda dia setuju dengan saran Yansen. Laki-laki itu berdiri dan menghampiri Nalva di dapur, gadis itu sedang membuat minuman untuk teman-teman Naren.

"Kamu gak perlu repot-repot buatin minum buat mereka, biar mereka buat sendiri" Naren yang tiba-tiba muncul di belakang Nalva membuat gadis itu sedikit terkejut.

"Ngagetin aja" Ujar gadis itu. "Gak apa-apa kak, sebentar aku mau anterin ini dulu" Nalva mengangkat nampan yang di atasnya terdapat beberapa gelas minuman dingin.

Naren menghela nafas berat, laki-laki itu meletakkan jaket yang ada di tangan nya di atas kepala Nalva sehingga jaket kulit tersebut menutupi wajah gadis itu.

Setelahnya Naren mengambil alih nampan tersebut dari tangan Nalva. "Udah biar aku aja, pake jaket nya biar aku anter pulang" Perintah Naren.

Nalva tersenyum kecil kemudian mengangguk cepat, gadis itu mengendus jaket Naren sebentar kemudian dengan cepat dia memakaikan jaket kulit berwarna hitam itu pada tubuhnya.

Naren datang dari dapur dengan membawa nampan membuat anggota Morvesca yang melihatnya tertawa lepas. "Udah ganti profesi, bos?" Tanya Candra dengan santainya.

"Lo kalau gak mau di slepet sama Naren mending diem deh" Saran Aji.

Naren memutar bola matanya malas, andai saja jika Nalva tidak ikut tertawa sudah di pastikan nampan yang ada di tangan nya kini melayang ke kepala Candra.

"Lucu aja gitu masa Naren kaya pelayan restoran gitu" Candra kembali tertawa tanpa menyadari saat ini Naren ingin sekali membungkam mulut nya dengan bantal guling.

Naren tersenyum ramah tetapi bukan itu yang dilihat anggota Morvesca, senyum tersebut lebih seperti ancaman maut bagi mereka terkecuali Candra yang belum menyadari nya.

"Silahkan!" Kata Naren lebih seperti mengancam, tidak lupa dengan senyum manisnya.

"Ehkmm, bos ga jadi nganterin Dede Nalva?" Tanya Aji gugup.

Naren tersenyum kemudian mengangguk. Laki-laki itu berbalik dan menggenggam tangan Nalva. "Ayo sayang" Ajak nya ramah kemudian pergi keluar dari apartemen nya.

Sesudah Naren dan Nalva keluar, handphone Candra bergetar menandakan ada pesan masuk.

[Narendra]

'Gue lagi pingin matahin sesuatu, pilih tangan atau kaki?'

Candra meneguk ludahnya sendiri, laki-laki itu kemudian memandangi kedua tangan nya dan kedua kakinya, Candra bergidik ngeri jika Naren benar-benar ingin mematahkan salah satu dari tangan atau kakinya nanti.

"Kak, kita boleh mampir dulu gak?" Tanya Nalva.

Naren mengerutkan keningnya heran. "Mau mampir kemana? Ini udah malem, Va" Meski suara Naren tidak begitu jelas karena wajah laki-laki itu tertutup helm, Nalva masih bisa mendengarnya.

Angin malam yang sejuk dan langit yang berbintang mendorong Nalva ingin menghampiri suatu tempat yang dulu sering dia kunjungi bersama Fardan.

NARENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang