1. Awal

3.1K 409 43
                                    

『ImaushiWakasa』

「Sτสrτ」

▶ ●────────亗

(name) berdiri diam di pojokkan. Netra coklat indahnya sesekali melirik pada pria tampan yang sedang duduk bersama teman-temannya di sudut lain ruangan.

Reunian, acara yang tak terlalu di sukai (name). sebagai makhluk hidup yang terbilang anti-sosial (name) tentu saja tak menyukai keramaian.

Ia memang di undang ke acara ini tapi lihatlah sekarang. Bahkan tak ada satu orang pun yang mengajaknya berbicara. Bagaikan ia tak ada di sini, hanya pelayan yang menghampirinya--itupun hanya sekedar memberi minum semata.

"(name)-chan, tak ingin menikmati pestanya?" Keizou, satu-satunya orang yang berkomunikasi dengan (name). Dulu semasa mereka sekolah bahkan sampai sekarang pun.

"Ah, Keizou-kun hahaha" tertawa hambar, hingga sesaat gadis itu memasang wajah datarnya, "jika aku menimbrung dalam pembicaraan mereka entah kenapa aku yakin mereka akan menjauh"

Keduanya hening. Keizou memperhatikan (name), gadis ini rekan menconteknya dulu semasa sekolah. Biarpun hubungan mereka hanya sebatas simbiosis mutualisme nyatanya baik Keizou dan (name) masih berhubungan baik sampai sekarang.

"Oh, iya Keizou-kun. Hidoii~, kenapa tak mengundang ku ke acara pernikahan mu?? Padahal aku yakin aku bisa meluangkan waktu ku untuk teman ku, yah mumpung temanku hanya kau saja" Keizou tertawa kecil, mengusap pelan lengannya yang di pukuli (nama) padahal tak seberapa sakitnya.

"Maaf (name), karena beberapa alasan privasi keluarga istri ku tak ingin mengundang banyak orang ke pernikahan kami" (name) hanya mengangguk singkat.

"Yah istriku sebenarnya mirip-mirip dengan dirimu" (name) menoleh, melihat tatapan bertanya (nama) Keizou tertawa pelan.

"Anti sosial, pemalu, tak banyak temannya, tapi maaf-maaf saja istri ku punya enam puluh empat teman" Keizou memasang senyum mengejek "tidak seperti kai yang hanya punya tiga teman wanita dan satu teman pria"

(name) merutuk pelan, umpatannya sampai ke telinga Keizou hingga pria itu tertawa. Puas dengan tawanya Keizou berhenti, ia melirik ke arah tiga pria yang mulai mengamatinya berbicara dengan (name).

"(name)-chan, kau masih suka pada Wakasa?"

(name) terdiam, ia menghela nafas pelan. Menarik tas-nya dari atas meja dan berlalu.

"Maaf Keizou-kun, aku akan pulang dulu" (name) berlalu, ia paling malas membicarakan Wakasa. Walau pria dengan muka malasnya itu adalah pujaan hatinya tapi entah kenapa (name) tak terlalu suka membahasnya.

Mungkin karena Wakasa tak menyukainya? Wakasa lebih memilih teman sekaligus sepupunya. Si cantik Kanata Yuu.

Wajar tidak sih Wakasa menyukai Yuu-chan? Dia ketua club basket, perwakilan siswa saat acara penyambutan, cantik, ramah, memiliki kharisma yang kuat juga pemberani.

Ada orang-orang yang mengatakan bahwa orang sempurna itu akan berpasangan dengan orang yang juga sempurna. Misalnya si pintar dan si pintar, si cantik dan si tampan, lalu si berbakat dan juga pasangannya yang juga memiliki bakat luar biasa.

Lalu orang yang terlahir hanya dengan kemampuan seadanya seperti (name) ini harus bagaimana?

Apakah Wakasa yang berbakat dan juga jenius itu tak akan pernah bisa ia gapai? Apakah si tampan seperti Wakasa tak boleh bersanding dengannya yang hanya remahan kue ini? Apakah terlalu tinggi baginya jika ia berharap suatu saat Wakasa akan menjadi miliknya?

"Ah, aku akan beli beer sepulang dari sini" ia berpikir meminum beer dapat membuatnya tenang.

"(name)!"

(name) terlonjak pelan, di tatapnya Wakasa yang kini berdiri di hadapannya dengan nafas tersenggal. Pria itu mengejarnya? Ah, tidak itu tidak mungkin. (name) tak berani berfikir bahwa Wakasa akan melakukan itu untuk nya.

"boleh minta nomor Yuu? Semenjak kita lulus ia tak pernah membalas pesan ku, jadi kupikir ia mengganti nomor nya" ah, kan. (name) tersenyum pelan. Ia mulai berfikir akan memberikan nomor Yuu pada Wakasa. Tetapi, ia tak rela. Sungguh, (nama) pusing. Ia mulai membenci nama Yuu. Berfikir gila bahwa Wakasa hanya miliknya dan siapa-pun tak boleh ada yang memiliki Wakasa kecuali dirinya!

"(name)"

(name) menatap Wakasa yang kini memperhatikan nya. Terlihat jelas bahwa ia menunggu (name) untuk memberikan nomor Yuu.

"Ehm, Imaushi-san. Apa kau tak bisa menghubungi Yuu-chan? Aneh sekali ya, padahal setahuku Yuu-chan tak mengganti nomor nya" (name) menatap wajah Wakasa yang terlihat kebingungan. Entah kenapa ia merasa senang sekaligus berdosa.

"Ah, kau yakin? Kalau begitu kenapa dia tak membalas satupun pesan ku ya?" (name) benci, ia yang terlebih dahulu menyukai Wakasa, ia yang pertama kali menaruh hatinya tapi apa ini? Wajah kecewa Wakasa membuat dirinya ingin menangis.

"Maaf ya Imaushi-san, aku harus pergi sekarang" (name) berjalan menjauh, ia dapat merasakan dada nya berdetak lebih cepat dan nyeri. Ia membenci sensasi ini.

Hingga belum jauh langkahnya dari pemuda berambut dwiwarna itu, tangannya sudah di cekal oleh Wakasa. Mau tak mau (name) menoleh dan memasang senyum palsu nya.

"Kau menyimpan nomor Yuu kan? Bisa berikan pada ku?" Wakasa menatap tepat di matanya, (name) terpaku. Ia bergerak melepas cekalan tangan Wakasa dan mengambil ponselnya. Seakan memang mendukung rencananya untuk menjauhkan Wakasa dan Yuu, (name) menampilkan ponselnya yang mati. Ia menggerakkan nya di depan wajah Wakasa.

"sorry, ponselku mati. Mungkin habis daya-nya" (name) tersenyum kecil, ia dapat melihat dengan jelas bagaimana Wakasa terlihat kesal.

"apa rumah mu di dekat sini? Biarkan aku mengantarmu pulang (name), aku sangat perlu nomor Yuu" (name) berdecih dalam hatinya, Wakasa terlalu keras kepala. Ia membencinya, rasa-rasanya ingin menangis saja.

"Ah, maaf Imaushi-san. Sejujurnya aku masih ada urusan setelah ini, maaf ya, aku pergi dulu" (name) berlari menjauh. Air matanya tumpah, ia mengelap sudut matanya kasar. Ia benci, entah kalimat itu ingin ia tunjukkan kepada siapa ia tak tahu.

Yang (name) tahu saat ini adalah ada rasa benci besar yang timbul di dalam dirinya.

'wakasa bajingan, aku membenci mu, yuu juga sialan kenapa harus kau? Kenapa bukan aku? Kenapa kau selalu mendapatkan segala hal dan aku tak pernah mendapat apa yang kuinginkan, aku benci wakasa! Aku benci yuu! Aku juga benci diriku sendiri!'

(name) berbelok, memasuki supermarket dan mengambil banyak minuman keras di sana. Mabuk adalah cara paling ampuh untuk meredakan rasa sakit sialan ini.

Selepas membayar ia bergegas pulang, melempar asal kantong itu ke atas sofa dan berganti pakaian. Setelah itu kembali ke ruang tamu dan duduk di sana.

"Persetan, aku ingin bahagia malam ini saja"

(name) meneguk alkohol nya, rasa terbakar di dalam tenggorokannya sangat ia sukai. (name) sangat menyukai ini. Entah berapa banyak yang ia minum, tapi (name) baru menyadari dia mulai mabuk.

Suara bel di rumahnya mengalihkan dirinya, berjalan malas ke arah pintu dan mengumpati siapapun yang dengan tak tahu dirinya mengunjungi orang malam-malam begini.

Sesaat setelah dia membuka pintu (name) tercekat, Wakasa ada di depannya dan menatapnya dengan dingin.

"Kau, sialan. Kau ini sibuk atau memang tak ingin memberi nomor Yuu padaku?"


ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ♡ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ

______________________
★彡[вєяѕαмвυ͢͢͢η]彡★
______________________

say wakasa love me~
wakasa love me~💞

Tolong vote, kritik dan sarannya teman😉

Married by Accident [Imaushi Wakasa][✅] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang