『ImaushiWakasa』
「Sτสrτ」
▶ ●────────亗
Wakasa menggerutu pelan, dilihatnya (name) yang sedang sibuk memperhatikan pohon bonsai yang baru saja ia bawa. Menoel-noel daun pohon itu lalu tertawa kecil. Wakasa menghela nafas pelan, di hampirinya (name) yang masih antusias dengan pohon bonsai itu.
"(name), kau yakin tak mau mengadakan pesta? Cuman menyerahkan surat nikah saja?" (name) mengangguk tanpa menoleh ke arahnya, Wakasa kini mengusap wajahnya frustasi. Mencoba bernegosiasi kembali.
"Yakin? Foto prewedding? Atau apa gitu nggak mau?" Wakasa membalikkan badan (name) agar wanita itu menghadapnya. Sementara yang di tanya kembali menganggukkan kepalanya, Wakasa tersenyum kecut.
"Istriku, kita harus membuat kenang-kenangan. Paham?" Wakasa ingin menangis saja saat (name) malah menatapnya aneh, wanita itu mengerutkan dahinya.
"Kamu mau foto prewed waktu aku hamil kayak begini? Perutku kelihatan loh" (name) memperhatikan Wakasa yang wajahnya tiba-tiba saja ngeblank(?) saat ia menunjukkan perutnya.
"Oh iya kamu lagi hamil" beo nya. Tapi sekejap kemudian, Wakasa kembali menarik atensi (name).
"Tapi foto studio gitu bisa kan? Temanya merayakan kandungan mu yang memasuki waktu empat bulan gitu, ini harus di rayakan" Wakasa tetap ngotot. Dia mau punya foto di mana dia bisa memamerkan istrinya. Mau di pajang besar-besaran di ruang tengah rumahnya.
Istrinya? Iya, jadi setelah (name) genap seminggu keluar dari rumah sakit Wakasa mengajak wanita itu untuk menikah. Rencananya dia ingin mengajak (name) untuk berdiskusi tentang pesta pernikahan mereka, namun jawaban wanita itu membuat Wakasa tertegun. Agaknya tak setuju tetapi pada akhirnya di kabulkannya.
"Ngapain pakai pesta? Serahin surat nikahnya aja, udah selesai"
Wakasa langsung protes tentu saja. Maksudnya dia kan nikah itu sekali seumur hidup, jadi Wakasa tentu mau dong acara besar-besaran. Tapi pemikiran wanita yang sekarang sudah sah menjadi istrinya itu beda, (name) gak terlalu suka yang heboh-heboh. Keinginan wanita itu jelas bertentangan dengan Wakasa.
"Tapi, sayang. Sekarang aja kita nikah cuman nyerahin surat nikah, masa nggak mau foto sih? Aku mau kita foto buat di pajang di ruang tengah sana" Wakasa merengek, menatap (name) dengan tatapan memohon. Berdoa dalam hati agar wanita itu mengabulkan keinginannya.
"Kamu harusnya paham kan? Kita nikah juga karena kejadian ini, kalau aku nggak hamil sih oke lah masih memungkinkan tapi aku hamil Waka-" Wakasa terdiam mendengarnya. (name) lantas menghela nafasnya pelan. Ia sebenarnya tak tega mengungkit masalah ini. Jika topik ini kembali di angkat bukan hanya dirinya yang merasa sakit tapi Wakasa juga. (name) tahu betapa besarnya rasa bersalah pria yang kini berstatus suaminya itu.
Mengelus pipi suaminya pelan, (name) tersenyum kecil ke arah Wakasa.
"Kalau kamu mau foto berdua sama aku kita lakuin waktu aku selesai lahiran aja ya, kalau sekarang nggak bisa. Aku takut kecapean terus berdampak buruk ke bayi kita. Soalnya kalau foto itu nggak cukup sekali aja kan?" Wakasa mengangguk mendengar penjelasan (name). Ia memeluk wanita itu dan berbisik maaf.
"maaf udah egois, aku nggak mikirin kamu" (name) mengangguk singkat, di elusnya surai panjang Wakasa.
"Iya nggak apa-apa"
KAMU SEDANG MEMBACA
Married by Accident [Imaushi Wakasa][✅]
Kort verhaal"(Name), biarkan aku bertanggung jawab" Wakasa itu hanya seorang lelaki normal, manusia normal yang bisa saja tak sengaja menapak pada jalan setan. Malam panjang yang tak pernah ia pikirkan terjadi, membuatnya berada pada dua pilihan. Mengikuti ja...