Spesial Chapter

2.6K 307 55
                                    

『ImaushiWakasa』
*⑅*❀⑅*❀⑅*❀⑅*❀⑅*❀⑅*⳾









W

akasa memarkirkan mobilnya di parkiran sekolah anaknya, Tanya. Ini sudah kesekian kalinya dia di panggil oleh pihak sekolah karena kenakalan yang Tanya perbuat. Wakasa yang awalnya sibuk ngurus berkas-berkas di kantor harus rela ninggalin kerjaan nya buat kesekolah anaknya.

Khusus untuk Tanya, Wakasa rela ninggalin kerjaannya. Dia nggak mau (name) yang datang kesekolahan Tanya. Takut istrinya makin nambah beban pikiran nya.

"Permisi"

Wakasa mengetuk pintu ruang konseling, memasuki ruangan dan bisa dilihat nya di sana ada dua orang dewasa dan empat anak kecil beserta satu staf sekolah. Wakasa sampai hafal nih sama guru konseling nya Tanya.

"Iya silahkan masuk, Imaushi-san" gurunya mempersilahkan Wakasa masuk. Wakasa duduk dan tanpa basa basi dia langsung nanya to the point ke gurunya Tanya.

"Iya, Bu. Anak saya salah apa lagi?" Wakasa langsung nutup mulut anaknya yang udah mau protes nggak mau di salahkan.

"Nggak kok Imaushi-san, kali ini bukan salah Tanya. Anak bapak awalnya nggak ada sangkut pautnya sama masalah ini" gurunya langsung meluruskan. Sementara Wakasa udah senyum ada mendengar kata 'awalnya'.

"Jadi, kenapa Tanya bisa terlibat ya Bu?" Wakasa sekarang megang pundak anaknya. Sementara Tanya yang udah lepas dari bekapan Papanya langsung protes.

"Salahin mereka Pa! Mereka ijime" Wakasa mengerutkan dahinya, dia mau protes nih. Nggak mungkin anaknya yang jadi korban bully yang ada anaknya yang membully.

"Siapa?"

"Mereka!" Tanya nunjuk ke arah dua anak kecil yang udah kotor badannya. Kan Wakasa makin nggak percaya, dua orang itu udah kotor banget beda sama anaknya yang masih bersih dan wangi.

"Alah, bohong kamu" Tanya langsung melotot ke arah dia waktu Wakasa nggak percaya sama kata-katanya.

"mereka bully Kak Ruki Pa! Jadi jelas dong Tanya bela Kak Ruki!" Wakasa lalu menoleh ke arah anak cowok di sebelah Tanya, ada Ruki-anaknya Yuu di sana. Anak itu lagi nunduk megangin kacamata nya yang udah patah.

"Tuh, lihat! Kacamata kak Ruki udah patah! Mereka yang patahin, mereka juga mau dorong kak Ruki ke arah kolam air mancur jadi karena aku nggak terima mereka yang ku tendang ke kolam nya" Tanya lalu natap tajam anak-anak yang lebih tua satu tahun dari dia itu.

Wakasa yang mendengar penjelasan anaknya cuman ngangguk aja. Dia mau bilang bangga ke anaknya soalnya udah berani speak up cuma nggak jadi, masih di sekolah soalnya nanti aja deh bilangnya di rumah.

"Jadi, Bu ini mau di tindak lanjuti gimana ya?" Wakasa mencoba profesional, biarpun Tanya benar tapi nggak mungkin anaknya di biarin gitu aja kan? Kalau Tanya nggak dapat hukuman dari sekolah wah dapat hukuman yang lebih berat lagi nanti dia di rumah.

"Jadi gini Pak, kami sepakat buang ganti kacamata yang udah anak kami rusak. Kami juga udah sepakat bahwa anak kami nggak masalah di skors, anak bapak juga nggak sepenuhnya salah di sini jadi anak kami aja yang bakalan di hukum" Wakasa ngangguk kecil. Dia nggak setuju lah! Habis anaknya sama Mamanya kalau Tanya nggak dapat hukuman dari sekolah.

"Nggak Bu, buat mendisiplinkan Tanya saya mau minta hukuman juga buat anak saya. Kalau ibu nggak keberatan, soalnya dia nggak mungkin di biarkan gitu aja hehe" Wakasa bernegosiasi. Sementara Tanya yang paham sama maksud Papanya cuman diam. Menyusun kata-kata yang bisa jadi pembelaan buat dia di rumah.

"Oh, iya Pak. Kalau nggak keberatan saya mau minta Tanya buat menuliskan surat bahwa dia bersalah telah menendang kakak kelasnya dan berjanji nggam akan melakukannya lagi" Tanya yang dengar langsung berdecih dalam hati. Ya mana bisa dia janji, orang yang ngebully Ruki nggak cuman satu dua orang.

Tapi nggak apa-apa, dia bisa mukul kok nanti. Nggak harus nendang.

"Berapa lembar Bu?"

"Dua lembar aja Pak"

Wakasa masang senyum manisnya, dia lalu pamit keluar ruangan dengan menggandeng Tanya di sebelah kanan dan Ruki di kiri.

"Kamu salah Tanya, kalau mau balas dendam itu jangan di lingkungan sekolah. Tunggu di luar sekolah" Wakasa yang udah masuk ke dalam mobil langsung ngasih tau anaknya. Sementara yang di kasih tau ngangguk mengiyakan kata-kata Papanya.

"Iya ya Pa, nggak puas Tanya nendangnya tadi tuh" Tanya menggembungkan pipinya. Kesal. Tangannya di kepalkan di depan wajahnya. Sementara Wakasa mengangguk. Ruki] yang duduk di kursi belakang cuman bisa senyum kecut aja.

Anak dan bapak ini kabar buruk. Batinnya.

Tapi di satu sisi Ruki juga sedih, dia nggak pernah ketemu sama Papanya jadi ngeliat Tanya yang bisa berinteraksi dengan Papanya ngebuat Ruki sedih. Dia juga pengen.

Wakasa cuman melirik aja Ruki yang sibuk ngelap kacamata nya yang udah patah. Wakasa tetap diam, dia lalu memberhentikan mobilnya di depan toko bunga milik Yuu.

"Makasih ya Paman, biar Ruki yang ngasih tahu mama kejadiannya" Wakasa mengangguk mengiyakan. Dia lalu melajukan mobilnya kembali pulang ke rumah. Sesekali ngelirik muka anaknya yang udah tegang.

"Kamu ya nak, masa takutan sama Mama dari pada sama Papa" niatnya Wakasa mau mencairkan suasana biar anaknya nggak tegang-tegang amat tapi Tanya malah nunduk sedih.

"Gimana kalau Mama malah makin nambah beban pikiran nya?" Wakasa langsung diam, dia yang udah selesai parkir mobil nya di garasi langsung turun dan ngegendong anaknya.

"Nggak kok, kan bukan salah Tanya" Wakasa berjalan menyusuri rumahnya yang luas. Dia tak langsung masuk ke rumah utama melainkan ke rumah kaca. Istrinya pasti di situ.

"(name), sayang"

Wakasa masuk dan dapat di lihat nya (name) yang sedang memetik sebuah bunga dan di berikan kepada Tanya.

"Makasih nak udah mau bela kakakmu" Tanya yang ngira bakal di marahin kaget, dia nerima bunga dari Mamanya dan tatap-tatapan sama Wakasa. Ini kok tumben (name) nggak marah.

"Kenapa? Oh, mama nggak marah soalnya tantemu tadi nelpon. Ngejelasin, tapi tetap aja kekerasan nggak cocok sama anak perempuan" (name) memperingatkan Tanya, anaknya ngangguk aja. Wakasa lalu nurunin Tanya dan anaknya itu langsung lari keluar, paling juga mau main.

Wakasa lalu meluk (name) dan cium pipi istrinya berkali-kali. Dia tahu (name) masih kepikiran atas kemalangan yang menimpa mereka.

"Masih kepikiran? Anak kita udah tenang di alam sana" (name) keguguran, mereka kehilangan anak kedua mereka. Jadi (name) nyalahin dirinya sendiri atas kejadian itu. Wakasa udah memberi tahu berkali-kali sama (name) bahwa itu bukan sepenuhnya salah dia tapi istrinya nggak bisa terima.

"Maaf, Waka. Susah banget buat ngelupainnya" Wakasa lalu memutar tubuh (name) agar menghadapnya. Mencium puncak kepala istrinya, membiarkan wanita itu kembali menangis di bahunya.

"Jangan sedih gitu dong, kan bisa buat lagi. Ahk haha maaf maaf"

Wakasa merintih saat (name) mencubit pinggang nya. Mereka berpelukan cukup lama hingga (name) merasa lelah dan mengajak suaminya untuk beristirahat saja di dalam.

"Nanti malam, oke?"

"nggak! Tidur di luar sana aku mau tidur sama Tanya!"









E N D



Sekian, sampai di sini book pertama ku:)
Terima kasih buat yang selalu support, vote dan komen.

Aku juga mau ngucapkan makasih ke sang pencipta soalnya udah ngasih imajinasi buat bikin cerita ini🙏🙏🙏

Terima kasih kaliaaaannn

Komen kalian adalah penaik mood ku❤️
Ketemu lagi nanti yaaaa

Babayyyy👋

Married by Accident [Imaushi Wakasa][✅] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang