18

40 9 0
                                    

Sudah satu bulan lebih Qinan menata hatinya kembali menata dirinya kembali menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Dari mengenakan pakaian syar'i kecuali saat ia berlatih bela diri, hingga menjalankan kewajiban dan sunnah-sunnah yang diajarkan dalam agamanya. Walau dalam melaksanakannya Qinan masih merasa enggan atau terpaksa. Tapi dengan adanya Adibah perlahan ia mulai terbiasa.

Adibah yang tengah asik dengan kegiatan didapur dikagetkan dengan kejailan Qinan yang hadir tiba-tiba disampingnya.

"Astagfiruahalaziiim tehhh." Qinan yang melihat reaksi Adibah tertawa puas melihat wajah Adibah yang kaget.

Adibah menatap Qinan dengan kekesalannya.

Qinan menyengir kuda tanpa rasa bersalah.

"Gak baik teh ngagetin gitu," titah Adibah.

"Iya sorry deh,"

Sungguh Adibah tidak akan marah begitu lama, hanya dengan perkataan maaf saja Adibah tersenyum dan mewajarkan sikap sahabat kecilnya ini.

Qinan membantu Adibah memotong sayuran. Beberapa menir tak ada percakapan diantara mereka karna Adibah pun sedang melantunkan shalawatnya yang merdu.

"Owh iya teh,"

Adibah tampak berpikir sejenak sebelum akhirnya ia memberanikan diri untuk menanyakannya langsung.

Qinan mengangangkat alisnya dengan tanya dipikirannya.

"Gimana hubungan teteh? Hhhm saya bukannya ingin ikut campur hanya saja teh gak baik terus-terusan lari dari masalah. Sekuat apapun teteh ingin melupakan masalah itu tetap aja mau gak mau teteh harus selesaiain masalahnya karna masalah itu akan terus mengikuti teteh." jelas Adibah tetap pada kegiatannya memotong bahan makanan yang akan dimasak.

"Gw udah putus,"

Seketika kegiatan Adibah terhenti dan lebih memperjelas pendengarannya.

"Serius teh?"

Qinan mengangguk.

"Alhamdulillahirabbilaalamiiinnn...." Adibah tampak senang atas apa yang ia dengar. Bukan, bukan karna Qinan berpisah dengan orang dicintai tapi Qinan berpisah dari hubungan yang haram.

"Dia yang mutusin juga jadi..." mendadak wajah Adibah muram.

Adibah kira Qinan yang memutuskan tapi ternyata diputuskan. Adibah mengerti perasaan Qinan sekarang. Adibah memegang lengan Qinan dengan lembur dan memberikan senyuman manisnya.

"Alhamdulillah teh, teteh bersyukur dijauhkan sama orang jahat orang yang gak pantas dapat cinta tulus teteh. Kalau pun memang dia jodoh teteh pun teteh akan dipertemukan tapi bedanya. Dia udah jadi versi yang lebih lebihhh.... Baik," walau Adibah tidak pernah merasakan rasanya sakit hati, tapi Adibah tau itu pasti sangat sakit bagi Qinan.

Qinan ikur tersenyum. Mereka kembali melakukan kegiatan yang tertunda tadi.

"Kayanya gw suka sama zayyin deh dib," Adibah tidak menunjukkan ekspresi kaget. Ia hanya tersenyum.

"Udah biasa lah teh, santriwati disini juga pada suka sama A Zayyin teh."

"Tapi sayangnya gw yang akan dapetin,"

"Teh Qinan nu geulis, kalau hanya ingin mendapatkan hati A zayyin sebagai permainan mending jangan deh teh,"

"Gak ko gw serius,"

"Serius menjadikan permainan?"

Qinan menggeleng.

-
-
-
-

Tampak tiara dan Qinan yang sedang mengistirahatkan tubuhnya. Kecuaki dinda, ratih dan putri yang masih melancarkan bela dirinya. Begitu pun dengan Zayyin dan teman-teman putranya.

"Lo suka sama Zayyin?" Pertanyaan itu berhasil menarik perhatian Qinan dari Zayyin.

Qinan menyatukan keningnya tampak bingung dengan pertanyaan Tiara."Maksudnya?"

Tiara terkekeh kecil.

"Dari gw liat lo, kelihatan kalau lo naro perasaan sama Zayyin,"

Qinan tampak tersenyum melihat Zayyin yang sedang berlatih dijauh sana.

Tiara terkekeh melihat Qinan yang terus menatap zayyin tanpa memalingkan pandagannya. Begitupun dengan Tiara.

"Tapi sayang kayanya perasaan lo itu harus lo kubur dalam-dalam,"

Qinan semakin tidak mengerti yang dikatakan Tiara.

"Gw yang udah lama suka sama Zayyin pun gak pernah dilihat Zayyin apalagi lo yang baru kenal kayanya. Gw denger Zayyin itu setia nunggu seseorang dalam masa kecilnya untuk mendampingi hidup dia."

Qinan merekahkan senyumannya kembali kala ia merasa yang dimaksud itu dirinya. Sungguh Qinan berfikir apakah inj yang dimaksud wanita yang baik untuk laki-laki baik ketika Qinan mau tak mau mengikhlaskan putra dan mendekatkan dirinya kepada sang pencipta.

Kini harapan Qinan jika zayyin menunggunya pun tinggi. Hingga dia lupa jika berharap lebih pada makhlukhnya hanya akan mendatangkan kekecewaan.

Jika meman dirinya yang dimaksud itu Qinan akan menjadi wanita yang sangat-sangat beruntung. Walaupun sebenarnya perasaannya pada putra tidak bisa dihilangkan begitu saja.

Hanya saja dengan adanya Zayyin, Qinan bisa mengalihkan pikirannya dari putra.

Tiara menghampiri Zayyin yang sedang berlatih. Tanpa disengaja pukulan Zayyin mengenai lengan Tiara yang membuat tiara meringis.

Qinan yang melihat itu hanya bisa terdiam dari kejauhan. Nampak sekali Zayyin yang sangat khawatir.

"Lo gapapa ra?" tanya putri.

"It's oke,"

Mereka kembali berlatih terkecuali Zayyin yang ingin meyakinkan keadaan Tiara.

Qinan tidak tau sejak kapan perasaan itu muncul. Awalnya Qinan merasa dirinya hanya kagum pada Zayyin. tapi kini apa? melihat ia bersama Tiara saja berhasil membuat Qinan terdiam seperti rasa tidak terima.

***

Jangan lupa vote dengan tekan bintang dan
Tinggalkan jejak dengan komen!!^^

jodoh tak disangka [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang