08_acara pesantren

62 12 1
                                    

Salma menghampiri abah Adnan dan umi Anum yang sedang melakukan kegiatan makannya di meja makan dengan Qinan tentunnya

"Hapunten, umi ganggu kegiatan makannya Imi jeung Abah,"

Umi meneguk minuman nya sebelum berbicara. "Henteu kunanaon salma, aya naon?"

"Di depan teh sudah ada tukang backdrop yang Umi pesan kemarin untuk menata panggung di pesantren,"

"Owh... heeh atuh hatur nuhunnya' salma,"

"Iya Umi saya permisi," Umi Anum mengangguk dan mengalihkan pandangannya pada abah Adnan. "Jadi panggung teh mau dibikin besar atau bagaimana Bah?"

Qinan yang tampak bingung pun langsung membuka suaranya. "Ada apa Umi? Panggung? Ada acara apa Umi?"

"Acara ulang tahun pesantren geulis,"

"Sederhana saja tidak usah terlalu besar," ucap abah Adnan.

"Ko Qinan baru tau ya pasti seru banget,"

"Iya atuh seru apalagi kamu disini kamu harus memeriahkan juganya'," ucap umi Anum.

-
-
-
-

"Kang Fadli!" panggil umi Anum setelah melihat Fadli yang tak lain adalah pekerja di rumah umi Anum yang sudah dianggap keluarga juga.

"Iya Umi?"

"Punten Umi minta bantuannya boleh?"

"Dengan senang hati Umi,"

"Alhamdulillah, Umi minta tolongnya' panggilkan Zayyin jeung Adibah di pesantren,"

"Baik Umi permisi Assaalamuallaikum,"

"Waalaikumussalam,"

Tak berselang lama Zayyin dan Adibah tiba dirumah. "Assalamualaikum Umi," ucap Adibah yang melihat umi tengah berbincang dengan pekerja backdrop.

"Waalaikumussalam Zayyin, Adibah.. masuk ya.. Umi teh mau bicara sakedap,"

"Baik Umi,"

Zayyin dan Adibah duduk berjarak mengingat agama mereka yang melarang untuk berdekatan.

Qinan yang tak sengaja melewati ruang tamu pun menghampiri mereka. "Ko ada Zayyin sama Adibah Umi?"

"Umi mau tau persiapan acara nanti sayang," Qinan pun ber 'oh' ria dan duduk di tengah-tengah Adibah dan umi Anum.

"Kumaha kang persiapan untuk santri?" tanya umi Anum pada Zayyin.

"Alhamdulillah umi sudah 85% hanya tinggal latihan-latihan yang akan tampil Umi,"

"Alhamdulillah atuh kalau gitu," Umi Anum mengalihkan pandangannya pada Adibah yang sedang menundukan kepalanya sebagai rasa hormat. "Kalau untuk santriwati?"

"Alhamdulillah umi sama kaya A Zayyin persiapan sudah hampir selesai hanya tinggal latihan saja dan bimbingan sedikit,"

"Alhamdulillah kalu gitu, umi lega dengar nya,"

Qinan tidak memalingkan pandangannya terhadap pria yang menundukkan kepala dihadapannya.

"Yasudah. Umi minta bantuan sekali lagi ya untuk bantu para pekerja backdrop untuk mendirikan panggung agar lebih ringan," pinta umi Anum pada Zayyin

"Baik Umi,"

Qinan berjalan beriringan disamping Adibah dan didahului oleh Zayyin.

"Teh jangan natap A Zayyin kaya gitu terus atuh nanti zina mata," bisik Adibah.

"Ciptaan Allah yang indah ini tidak boleh dilewatkan Adibah," Adibah terus gelisah pasal nya ia tidak enak pada Zayyin dengan sikap Qinan yang selalu memerhatikan Zayyin.

"Astagfirullahallaziim," Adibah terus beristigfar.

Zayyin pun mulai mengumpulkan beberapa para santri sesampainya dipesantren. "Tolong dibantunya' ini perintah Umi langsung,"

"Siap kang!" ucap mereka serempak

Mereka mulai membantu para pekerja backdrop untuk memasang panggung sekaligus menghias panggung.

Sedangkan beberapa santriwati tengah sibuk dengan kegiatan mereka didapur untuk menyiapkan makanan dan minuman untuk para pekerja.

"Maaf ya ganggu kegiatan kalian, umi teh minta tolong in shaa allah kalau kita kerjakan dengan ikhlas kita akan dapat pahala," ucap Adibah sambil mengaduk minuman.

"Iya teh santai aja atuh ini kan tugas kita juga untuk saling membantu," ucap salah seorang santriwati dari mereka.

"Alhamdulillah,"

Sungguh Qinan tidak bisa bohong atas kekagumannya dengan para santriwati ini terutama Adibah. Tapi tidak disini saja bahkan dikota tempat tinggalnya jika ia bertemu dengan perempuan yang mengenakan pakaian syar'i pun Qinan kerap kali merasa kagum.

Qinan ingin seperti mereka. Tapi ntah mengapa hatinya belum siap, imannya turus naik turun seperti pasang surut air. Belum bisa istiqamah seperti mereka yang memilih taat pada agama dan tuhannya.

Qinan merasa percuma jika ia masih memiliki hubungan yang dilarang, dan hubungan yang tidak mungkin begitu saja Qinan akhiri.

Tak berselang lama Qinan membuka ponselnya karna teringat seseorang.

Sayang
|Sayang
|Sayang kamu kemana
|Udah hampir seminggu kamu gak ada kabar.
999+(Hari ini)

Jihan
|Panggilan tidak terjawab_5x
|Lo udah liat belum foto yang dikirim sizka
|Qinan
9+(22.05)

Melly
|Sumpah gw gak nyangka
|Itu yang di foto beneran Qin?
|Hub lo gimana sekarang?
|Gw kaget pas dikirim foto itu ama Sizka
9+(21.53)

Sizka
|Send foto.
|Qinan lo harus liat foto yang gw kirimin.
|P
|P
9+(21.30)

Baru saja Qinan menyalakan hanphonenya sudah banyak notifikasi dari sahabatnya dan kekasihnya.

Qinan berniat membuka room chat namun Qinan mengurungkan niatnya kala Adibah menepuk pundak Qinan. "Teh hayuk kita Anterin makanannya sama minumannya." ajak Adibah.

Qinan memasukkan kembali hanphonenya dan membantu Adibah mengangkat nampan tersebut.

Qinan dan Adibah membawa nampan berisikan minuman dan beberapa makanan kecil untuk para pekerja.

"Tolong ini dibantu diletakkan di sana" pinta Zayyin pada santri lain.

"Assalamuallaikum A Zayyin, punten ini makanan sama minumannya mau ditaruh di mana?" zayyin mencari tempat untuk meletakkan nampan yang dibawa Adibah dan Qinan.

"Waalaikumussalam diletakkan di sini saja," Zayyin mengambil alih nampan tersebut tanpa mengenai tangan Adibah.

"Kalau gitu saya permisi A, Assalamuallaikum,"

"Waalaikumussalam." Zayyin memberikan senyuman.

"Ayo teh," Adibah menarik lengan Qinan.

Qinan tampak kesal dengan Zayyin bisa-bisanya dia tersenyum pada Adibah sedangkan kemarin bertemu dengannya saja jangankan tersenyum ia menatap Qinan saja langsung bersitigfar.

***

Jangan lupa Vote dengan tekan bintang dan tinggallan jejak dengan komen!!^^

jodoh tak disangka [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang