Qinan duduk manis di meja makan bersama keluarga yasfa. Seperti janjinya kemarin untuk membantu yasfa berpura-pura menjadi tunangannya. Dhea ibu dari Yasfa sangat menyukai Qinan. Karna Yasfa tidak ingin melihat sang ibu mengkhawatirkan dirinya tentang jodoh akhirnya ia meminta agar Qinan mau berpura-pura menjadi tunangannya.mengingat usia Dhea yang sudah lanjut dan Ayah Yasfa yang telah meninggalkan mereka untuk selamanya.
"Sudah lama ya nak kita tidak makan seperti ini,, apa pekerjaan mu sangat banyak ya hingga tidak bisa kesini jenguk ibu. Apa jangan-jangan...." Dhea melirik dengan penuh curiga pada Yasfa.
Yasfa yang merasa terimidasi pun berdeham untuk menyamankan tenggorokannya.
"Bu, ya gak lah.... Ya kali Yasfa ngasih tugas banyak ke Qinan."
Qinan hanya tersenyum sinis, apanya yang tidak banyak.
Yasfa memberi isyarat mata agar Qinan mau membelanya."Hehehe, iya Bu gak ko Bu.... YASFA ini BAIK BANGET sama aku saking baiknya aku ke Rumah sakit pagi-pagi,"
Baru saja Yasfa tersenyum senang karna Qinan yang memujinya didepan Dhea, akhirnya tersedak makanannya karna kata terakhir Qinan.
"Yasfaa...." Dhea menggelengkan kepalanya.
"Hehehe gini lah Bu,..."
"Sudah makan-makan," potong Dhea.
Yasfa berkomat Kamit kecil seakan ingin menghabisi Qinan. Qinan yang melihat tersenyum kemenangan.
-
-
-
-
-"Thank's ya... Udah mau bantu gw lagi," ucap Yasfa ketika telah mematikan kunci mobilnya didepan pintu gerbang rumah Qinan.
"Iya, tapi ya gw kasian sama ibu Lo tau gak, cepetan deh cari biar Lo bisa bahagiain ibu Lo juga."
"Iyaaaaa....." Ucap Yasfa.
"Ini lagi usaha," lanjutnya dengan nada kecil.
"Apa??" Tanya Qinan.
"Gak udah sana masukkk gw titip salam sama ayah sama bunda,"
Qinan hanya memiringkan bibirnya yang menandakan kesal. Qinan pun turun dari mobil tersebut dan melihatnya hingga hilang dari pandangan matanya.
Qinan memberi salam, mencium tangan Dinah dan Wisnu.
"Yaudah kamu langsung mandi aja gih Bentar lagi ada tamu," ucap Wisnu.
Kekepoan Qinan semakin menjadi."siapa sih yah yang Dateng."
Diinah melirik Wisnu, melihat orang tuanya yang saling tersenyum pun semakin membuat Qinan penasaran dan memilih untuk menuruti perkataan Wisnu.
Tak berapa lama Diinah kembali memanggil Qinan untuk segera turun karna tamu yang mereka tunggu sudah datang.
"Iya Bun 5 menit lagi ya,"
"Iya sayang bunda tunggu dibawah ya"
Qinan pun segera memakaikan bross di hijabnya dan turun keruang tamu.
Langkah demi langkah menuntun Qinan ke ruang tamu dengan senyumannya. Hingga pada anak tangga terakhir tepat langsung menuju ruang tamu Qinan berhenti. Senyuman yang tadinya merekah pun seketika hilang.
Diinah yang melihat Qinan pun segera memanggilnya." Qinan ayo sini,"
Qinan melangkah pelan ketika tau siapa yang berada dirumahnya kini.
Qiinan duduk diantara Diinah dan Wisnu.
Ntah apa yang berada dipikiran Qinan yang terus menunduk dan berusaha menahan air matanya.
Ia sesekali melirik wanita disamping wanita tua yang ia bantu kemarin dirumah sakit.
Zayyin hanya tersenyum melihat Qinan, lama sekali ia tak pernah melihat wanita yang namanya ia selalu bawa saat menghadap Tuhannya.
"Sayang mereka datang kesini ingin berniat baik, zayyin ingin melamar kamu,"
Deg**
Seperti tersambar. Bagaimana bisa Qinan dilamar oleh pria yang sudah beristri apa karna dia lulusan pesantren dan paham agama, bahwa boleh berpoligami? Ya, pikiran Qinan terlalu cepat untuk mengambil kesimpulan hingga tanpa berpikir panjang Qinan segera memberi jawaban.
"Maaf bunda, maaf ayah tanpa mengurangi rasa hormat Qinan pada ibu dan bapak yang sudah datang kemari. Qinan belum berpikiran untuk menikah. Dengan ini Qinan menolak lamarannya. Sekali lagi maaf."
Senyuman zayyin pun seketika hilang. Begitupula Adibah yang sedang mengelus perutnya. Mereka tampak bingung dan kaget. Karna bagaimana bisa tanpa berpikir sedikit pun.
"Maaf bun, yah. Qinan ada pengajian dengan Abang jadi Qinan duluan. Permisi pak, Bu."
Qinan pun pergi dengan menempelkan kedua telapak tangannya bentuk hormat.
Qinan sudah tidak memikirkan lagi ia akan dicap sebagai wanita yang tidak sopan atau apapun itu. Pentingnya adalah Qinan tidak merusak kebahagiaan wanita lain apalagi itu adalah sahabat nya.
Salman yang baru saja keluar dari mobilnya sontak kaget karna seketika Qinan mengambil kunci mobilnya dan berlalu begitu saja.
Diperjalanan ia hanya bisa melamun dengan pikiran kosong. Tanpa ia sadari air mata terus mengalir dipipinya.
"Gw sayang, bukan berarti gw mau jadi yang kedua!!!" Ia berteriak meluapkan emosinya.
Bunyi deringan handphone berkali-kali dihiraukan oleh Qinan.
Disisi lain Zayyin memberanikan diri untuk bertanya."Maaf pak, Bu jika boleh bertanya apakah Qinan sudah dilamar? Hingga ia langsung menolak lamaran ini? Maaf jika pertanyaan saya kurang sopan."
"Gak nak Zayyin, belum ada pria yang datang kerumah untuk melamar, biar nanti saya akan tanyakan pada Qinan pelan-pelan ya mungkin dia kaget," jelas Wisnu.
Diinah mengiyakan."iya sekali lagi maafkan ya karna kesalahan kami juga tidak memberi tahu karna kami kira..,"
Wisnu hanya menggeleng pelan. Seakan isyarat untuk tidak melanjutkan perkataannya.
"Tidak apa-apa pak, mungkin iya Qinan hanya kaget," ucap Robin ayah dari Zayyin.
Semua memaklumkan dan lebih memilih positif thinking seperti itu muslim sesungguhnya untuk selalu bersangka Baik pada seseorang.
"Assalamualaikum Bun, yah.... Salman izin ngejar Qinan ya soalnya dia bawa mobil sendirian tau sendiri Qinan kalau bawa mobil gimana hehehe takut mobil Salman kebengkel lagi,"
Sebelas dua belas dengan Qinan. Lebih Mengkhawatirkan mobil.
Dinah hanya tersenyum dan menggeleng kan kepalanya.
Mendengar perkataan Salman, Zayyin pun izin untuk ikut dengan Salman.
Mereka pun segera menyusul Qinan.
****
Jangan lupa vote dengan tekan Bintang^^
Dan tinggalkan jejak dengan komennn^^
KAMU SEDANG MEMBACA
jodoh tak disangka [Tahap Revisi]
EspiritualDo'a Ali Bin Abi Thalib saat jatuh cinta pada Fatimah. "Ya Allah... Kau tahu... Hati ini terikat suka akan indahnya seorang insan ciptaan-Mu. Tapi aku takut, cinta yang belum waktunya menjadi penghalang ku mencium surga-Mu. Berikan aku kekuatan menj...