27

45 7 0
                                    

Qinan membuka perlahan kelopak mata yang terasa sangat berat. Mengerjakan perlahan dan melihat sekeliling. Ia mendapati Diinah yang tengah menangis tersedu-sedu.

"Sayang? Kamu udah bangun?" Terlihat jelas raut wajah Diinah yang mencemaskan putri kesayangannya.

"Aku dimana bun?" Tanya Qinan.

"Kamu dirumah sakit sayang," Diinah menyeka air matanya berusaha terlihat kuat disamping Qinan walau itu tak berhasil.

"Bunda jangan sedih Qinan cuman keserempet doang,"

Diinah mengangguk pasalnya bukan itu saja yang membuatnya sedih. Tapi hal yang akan Qinan tutupi nantinya tapi mereka sudah lebih dulu mengetahuinya.

"Bun maafin aku..."

"Sayang udah ini bukan waktu nya membicarakan hal lain."

"Bun tapi ini penting, aku harus membatalkan pernikahan aku dan Putra. Karna Qinan sudah tidak mencintai Putra bun."

Diinah kembali mengeluarkan air mata tanpa suara. karna tau perkataan Qinan itu tidak sesuai dengan apa yang dikatan Putra.

Ya, Putra yang mengantar Qinan dan memberitahu semuanya. Secara sadar Diinah masih melihat sisi baik dari Putra dengan kejujuran nya meski itu amat menyakitkan.

Qinan yang sedari tadi tidak melihat Wisnu mulai berkomentar."Ayah mana bun?"

"Ayah kena serangan jantung sayang untuk pertama kalinya." Ucap Diinah.

"Apa bun?!!! Sekarang keadaan Ayah gimana, Qinan mau lihat ayah, buh." Qinan terus berusaha pergi menenemui Wisnu tapi itu tidak dibiarkan Diinah melihat kondisi Qinan. Diinah segera menekan tombol sebagai tanda membutuhkan bantuan pada tenaga kesehatan.

Tak berapa lama para perawat datang menangani Qinan dan memberikan suntikan penenang.

Qinan pun tenang dan tidak sadarkan diri akibat suntikan yang perawat berikan.

-
-
-
-

Berapa hari Qinan dirawat, ia mulai menunjukkan keadaan yang lebih baik begitu juga Wisnu.

Saat Qinan akan keluar dari ruangan inap nya ia tak sengaja mendengar percakapan antara abah Adnan dan Diinah.

"Sungguh Abah kecewa. Sangat kecewa." Tampak Abah Adnan sedang berbicara dengan Diinah.

Qinan semakin mempertajam pendengarannya."Maafkan Diinah bah.. Diinah pun tidak tau mengapa ini terjadi, "

Qinan semakin bingung atas apa yang mereka bicarakan.

"Sudah ini sudah menjadi kentuan Allah, pasti ada hikmah dibalik ini semua." Nasihat Abah Adnan.

Diinah mengangguk.

"Diinah mohon ya bah, jangan membahas ini kepada Qinan. Pasti ini sangat menyakitkan bagi dia bah."

Abah Adnan mengangguk paham.

"Bun... Apa bunda sama Abah udah tau? " Sahur Qinan berharap apa yang ia pikirkan itu salah.

"Sayang,"

"Apa Ayah kena serangan jantung karna ini?"

Diinah berusaha tegar ia tidak bisa mengelak lagi.

Qinan bertekuk lutut, memohon maaf atas kekecewaan keluarga terhadapnya.

"Maafin Qinan bun, Qinan bikin malu keluarga,"

"Enggak sayang ayo bangunn... Bunda sama Ayah yang salah, harusnya Bunda bisa lebih memilih lagi untuk calon suami kamu."

Diinah membantu Qinan berdiri.

"Abah.." Panggil Qinan.

"Gapapa sudah anggap ini ada ujian untuk kita semakin kuat dan taat kepada Allah."

Tak berapa lama umi Anum dan Wisnu menghampiri mereka.

"Ayah...."

Qinan masih menatap dengan rasa bersalah pada Wisnu.

Wisnu hanya tersenyum dan memeluk Qinan.

"Gapapa sayang, udah yuk kita pulang."

Sungguh berdosanya Qinan. Harusnya ia tau dari awal harusnya ia menolak.

Karnanya keluarganya harus menanggung malu atas kegagalan pernikahannya. Karnanya sang Ayah jatuh sakit. Dan karnanya....

Disisi lain seorang pria menatap kembali sepotong kain putih yang selalu ia simpan. Sang pemilik kain itu yang berhasil membuatnya jatuh hati. Bertahun-tahun ia berusaha untuk mengambil hatinya. Namun ia harus menerima kenyataan pahit, karna wanita tersebut akan dinikahi oleh pria lain. Bahkan beberapa hari kemudian wanita tersebut akan berstatus istri orang. Namun kabar yang ntah itu menjadi kabar baik untuk nya atau kabar buruk. Pasalnya pernihakan itu dibatalkan ia sendiri pun tidak tau. Apa penyebabnya.

Tapi satu hal yang ia pikirkan bahwa ada kesempatan untuk memperjuangkannya.

Ia melihat jam yang menunjukkan pukul 02:30 wis. Ia melaksanakan shalat tahajud.

"Assalamu'alaikum wareahmatullahi wabarakatuh,... Assalamu'alaikum warrahmatullah..." Ia mengusap wajahnya lalu mengangkat tangan layaknya seorang muslim berdo'a."

"Bissmiillahirrahmaannirrahiim
Ya Allah...
Kau tahu...
Hati ini terikat suka akan indahnya seorang insan ciptaan-Mu.
Tapi aku takut, cinta yang belum waktunya menjadi penghalang ku mencium surga-Mu. Berikan aku kekuatan menjaga cinta ini, sampai tiba waktunya, andaikan engkaupun mempertemukan aku dengannya kelak. Berikan aku kekuatan melupakannya sejenak.

Bukan karena aku tak mencintainya....
Justru karena aku sangat mencintainya...."

***
Jangan lupa vote dengan tekan bintang dan tinggalkan jejak dengan comen!! ^^

jodoh tak disangka [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang