Happy reading!
***
Kedua remaja yang masih duduk di bangku sekolah menengah itu masih melangkah bersama hingga hari berganti malam. [Name] dan Chifuyu pulang bersama usai berpisah dengan Takemichi. Takemichi akan kembali ke masa depan sesuai dengan saran yang [Name] katakan untuk mencari informasi yang bisa menjawab semua kebingungan mereka lebih lanjut.
Rasanya teka-teki ini semua terpecah menjadi kepingan puzzle. Harus dibentuk untuk menemukan jawabannya.
"Matsuno, apa keadaanmu sudah membaik?" Untuk memecah keheningan [Name] bertanya. Gadis itu menatap lurus ke depan dengan wajah tanpa ekspresinya.
Chifuyu menoleh dan tersenyum sehingga memperlihatkan deretan gigi rapinya. "Lebih baik dari semalam. Hanya saja, mata dan rahangku masih sedikit sakit," jawab Chifuyu.
[Name] menghentikan langkahnya. Gadis itu menoleh dan menatap Chifuyu. Mendadak tatapannya menyendu dengan rasa bersalah yang ketara. Baji benar-benar sudah keterlaluan dengan membuat Chifuyu sampai babak belur.
Lantas [Name] menghandap ke arah Chifuyu sepenuhnya. Dia membungkukkan punggungnya sehingga membuat rambut hitam legamnya menjutai di masing-masing wajahnya. "Kumohon maafkan tindakan tidak bermoral Baji terhadapmu!"
Chifuyu tersentak kala mendapati [Name] menunduk meminta maaf kepadanya. Nada bicara gadis dihadapannya ini pun terdengar begitu serius. Dia benar-benar meminta maaf sebagai ungkapan mewakili semua rasa bersalah untuk tindakan Baji kepadanya.
"Kumohon maafkan tindakan teledor dan gegabahnya ketika menghajarmu. Hanya saja, aku sendiri yakin jika Baji melakukan itu secara terpaksa," tambah [Name] sembari kembali berdiri tegap. Ia tatap netra mata Chifuyu lalu merapikan rambutnya. "Kau mau memaafkannya kan?"
Hening. Chifuyu atau pun [Name] sama-sama terdiam di posisi mereka masing-masing. Namun, tak lama suara kekehan Chifuyu terdengar. Chifuyu menyimpan kedua tangannya ke dalam celana hitam formalnya. Pemuda itu menoleh ke depan dan menatap orang-orang yang sedang menyebrangi jalan raya dengan hati-hati.
"Aku tidak akan pernah bisa marah kepada Baji-san, jadi aku sudah memaafkannya."
[Name] termangu kala mendengar jawaban Chifuyu. Satu hal yang sangat [Name] kagumi dari seorang Matsuno Chifuyu. Pemuda pirang undercut ini memiliki rasa hormat yang tinggi kepada siapapun, terlebih kepada Baji. [Name] benar-benar kagum kepadanya.
Lantas ia juga ikut menoleh ke depan. Mereka kembali melanjutkan langkah. "Terimakasih, Matsuno," ujar [Name] tenang.
"Bukan masalah."
Diantara berandalan yang [Name] kenali, jarang sekali ada berandalan seperti Chifuyu. Sedikit susah mencari orang yang berkepribadian sepertinya.
"[Name]-san, aku ingin meminta sesuatu padamu."
[Name] menatap Chifuyu. "Apa?"
"Panggil aku Chifuyu saja. Sedikit aneh ketika mendengar kau memanggil nama keluargaku."
Ketika mendengar permintaan Chifuyu barusan sontak membuat [Name] mendongak. Gadis itu menatap langit malam Tokyo yang indah. "Memanggil nama depan seseorang sebenarnya adalah hal yang sulit bagiku, tetapi akan kucoba, Chifuyu."
Mulai sejak saat itu pula, [Name] mulai membiasakan dirinya untuk memanggil nama depan seseorang.
***
Waktu terus berputar. Hari kian berganti dan tak terasa hanya tersisa 2 hari sebelum 31 Oktober tiba. Jeda waktu untuk mempersiapkan diri sebelum pertarungan Toman melawan Valhalla dimulai adalah dua hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐂𝐇𝐀𝐍𝐂𝐄 || Tokyo Revengers ➖
FanfictionTak pernah terpikir diri hinanya ini akan mendapatkan sebuah kesempatan besar. *** 12 tahun hidup dalam kegelapan, hanyut dalam kriminalitas dan selalu sendiri membuat [Name] jauh dari kata baik. Sejak menyadari sudah tak ada kebaikan di dalam diri...