Happy reading!
***
Pintu kamar terbuka. Sang pembuka berdiam sejenak di ambang pintu sembari menatap isi kamarnya dengan lamat. Kamar ini begitu gelap, butuh lampu sebagai sumber penerangan.
Melangkah masuk ke dalam, kedua kakinya terasa berat untuk melangkah masuk ke dalam.
"Kisaki Tetta adalah kapten divisi tiga!"
"Aku akan keluar dari Toman. Kapten divisi satu, Baji Keisuke, mulai hari ini akan menjadi musuh Toman!"
Sepanjang perjalanan pulang, kalimat yang ia dengar satu jam yang lalu masih terus menghantui benaknya. Kisaki berhasil masuk ke dalam Toman yang di mana, Kisaki lah yang membuat Toman berada di kegelapan. Lalu, dengan bergabungnya Kisaki, Baji meninggalkan Toman dan memilih bergabung dengan Valhalla yang tak lama lagi akan segera bentrok dengan Toman.
[Name] tak tahu apa motif Baji mengundurkan diri dari Toman. Hanya saja, seperti ada yang pemuda itu tutupi.
Bahkan usaha [Name] untuk mencegah Kisaki masuk ke dalam Toman terbilang sia-sia. Keputusan Mikey kala rapat tak bisa ia tentang. Awalnya [Name] sudah mencalonkan diri untuk memegang Divisi 3, tetapi argumen Mikey berhasil membuat [Name] diam seribu bahasa.
Mikey membutuhkan kekuatan Kisaki untuk memperbesar Toman dan memenangkan pertarungan melawan Valhalla nantinya. Sementara [Name] tidak memiliki pasukan yang setara dengan Kisaki untuk memenangkan perdebatan rapat waktu itu.
Langkah terhenti tepat di tepi ranjang tidurnya yang berantak. Kedua kelopak matanya bergerak menutup kedua bola matanya. Gadis itu bergeming pada posisinya. "Sepertinya aku perlu membicarakan hal ini bersama Hanagaki."
Di upacara pelantikan tadi [Name] sempat berpapasan dengan Takemichi. Hanya saja dirinya tidak bisa berbicara banyak dengan pemuda berjambul pirang tersebut lantaran situasi yang tidak mendukung.
Menarik tubuh untuk duduk di tepi ranjang, [Name] menangkup separuh wajahnya menggunakan tangan kanannya. Sedikit meremas wajahnya, gadis menjelang 15 tahun tersebut berdecih. "Cih, setelah ini apa yang akan terjadi?"
Masa depan jelas sudah berubah dan [Name] tidak tahu bagaimana keadaan masa depan saat ini. Entah membaik atau menburuk, Takemichi belum memberitahukannya.
Merebahkan punggungnya, kedua mata terbuka. Netra kelamnya memancarkan rasa penat untuk hari yang ia lalui.
Jika Kisaki tidak dicegah dan disingkirkan mungkin tidak akan ada yang berubah. Semua masih akan gelap.
"[Name], apa aku boleh masuk?"
Kepala menoleh ketika seseorang meminta izin kepadanya. Di depan pintu kamarnya yang masih terbuka telah berdiri Miya sang kembaran dengan piyama tidurnya dan tangan yang memegang sebuah majalah. Keningnya berkerut. "Ada apa kau kemari?" Pertanyaan tersebut terlontar dengan suaranya yang sedikit serak.
"Aku ingin meminta saran padamu," jawab gadis berambut panjang tersebut.
Beralih mendudukkan dirinya, [Name] berucap sembari melepaskan seragam Toman yang ia pakai sehingga menyisahkan kaos putih polos. "Masuklah," ucap [Name] sembari melemparkan seragam Tomannya ke atas meja belajarnya yang juga samanya berantakan.
Miya dengan segera mengangguk. Gadis itu melangkah masuk lalu menutup pintu kamar [Name]. Mengambil posisi duduk di sebelah [Name], Miya memperlihatkan sebuah majalah remaja kepada gadis kelam tersebut.
"Untuk apa majalah itu?" tanya [Name] dengan tatapan tak minatnya.
[Name] suka membaca, tetapi bacaan yang dia baca bukanlah majalah, novel, atau koran. Gadis ini lebih suka membaca manga.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐂𝐇𝐀𝐍𝐂𝐄 || Tokyo Revengers ➖
FanficTak pernah terpikir diri hinanya ini akan mendapatkan sebuah kesempatan besar. *** 12 tahun hidup dalam kegelapan, hanyut dalam kriminalitas dan selalu sendiri membuat [Name] jauh dari kata baik. Sejak menyadari sudah tak ada kebaikan di dalam diri...