MENGANDUNG SPOILER MANGA!
***
Kembali berbicara mengenai masa depan bersama Takemichi adalah hal yang tak ingin [Name] lakukan sebenarnya. Setiap mereka membicarakan hal tersebut selalu saja kegelapan terucal. Terlalu muak rasanya ia dengan itu semua.
Sampai kini sudah tak ada lagi gairah yang ia rasakan kala berhadapan dengan Takemichi. Pemuda itu sudah duduk di depannya dengan wajah yang tampak murung.
Sebelum bertemu di kediam Hanagaki, mereka berdua sempat melewati pembicaraan serius bersama Draken, Mikey dan Emma di ruang pribadi Mikey.
Di sana pembahasan benar-benar serius. Mulai dari pernyataan jika Kurokawa Izana adalah ketua Tenjiku, lalu Izana yang merupakan saudara Emma, Shinichiro yang pernah menemui Izana dan dugaan awal bentroknya Toman dengan Black Dragon generasi ke-9 adalah ulah Izana.
Kurokawa Izana, nama itu sangat amat sangar untuk didengar.
"Lalu, apa yang terjadi di masa depan?" [Name] bertanya sembari menundukkan kepalanya. Kedua matanya menatap kosong tapak meja makan Takemichi.
Seingatnya, di meja makan ini mereka juga pernah berbicara mengenai bagaimana keadaan di masa depan. Saat itu Takemichi mengatakan jika Hina mati.
"Aku dan Naoto mati."
Gadis itu tersentak. Dan kini, dirinya mendengar Takemichi bercerita hal yang serupa. Kepala mendongak, [Name] tatap Takemichi dengan saksama lalu menghela nafas. Mendengar orang lain mati dari mulut Takemichi mungkin adalah hal yang biasa baginya kini. Namun, mendengar Takemichi memberitahu mengenai kematiannya sendiri adalah hal yang paling menyedihkan.
Kedua mata mengerjap. "Bagaimana bisa?" tanya [Name] pelan.
Takemichi tampak menarik nafas dalam-dalam. "Saat aku dan Naoto kembali bertemu, kami membahas mengenai Kurokawa Izana. Karena saat Tenjiku menyerang divisiku, aku sempat bertemu dengan Kakucho yang merupakan teman masa kecilku dulu. Dia memohon kepadaku untuk menyelamatkan Izana dari belenggu Kisaki," jelas Takemichi.
[Name] terdiam sejenak. "Kau tak lelah selalu diminta seperti itu?"
"Aku sudah memutuskan ini semua dan tidak ada kata lelah bagiku," jawab Takemichi.
Sebuah senyuman tipis terpatri di wajah [Name]. "Kau benar-benar pahlawan."
Takemichi pantang menyerah, dirinya benar-benar salut kepada pemuda itu. Lantas [Name] memperbaiki posisi duduknya dan menatap pemuda pirang itu dengan serius. "Lanjutkan," intruksinya.
"Kau tidak bertanya alasan dari mengapa aku tetap bertahan, [Name]-san?"
Sedikit terkejut kala Takemichi bertanya demikian. Lantas gadis itu menyugar rambut hitamnya yang tergerai ke belakang. Menyisir tiap helaian dengan kedua mata yang terpejam. "Kenapa?"
"Itu karena aku memiliki Hina, kau dan Toman," ucap Takemichi.
"Aku?" Gadis itu mengulang lalu membuka kedua matanya. Apa Takemichi tidak salah berucap? Pasti ada yang tesilap dalam pembicaraan kali ini. "Aku tidak berguna, Takemicchy."
Sontak Takemichi terdiam kala mendengar [Name] menyebutkan namanya. [Name] menyebut nama Takemichi seperti ketika Draken dan Mikey menyebut nama pemuda itu.
"Kesempatan ini tidak bisa kumanfaatkan dengan baik, jadi maaf -maaf saja jika aku memang benar-benar tidak berguna. Aku terlalu sibuk dengan masalahku sehingga terkadang aku lupa dengan tujuanku di sini," tambah [Name].
Masalah yang menghampiri [Name] tidak datang sekali atau dua kali. Namun, berkali-kali, bertubi-tubi dan tak kenal jeda.
"Sudahlah, lanjutkan saja ceritamu," potong [Name]. Gadis ini tidak ingin membahas mengenai betapa tak bergunanya ia di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐂𝐇𝐀𝐍𝐂𝐄 || Tokyo Revengers ➖
FanfictionTak pernah terpikir diri hinanya ini akan mendapatkan sebuah kesempatan besar. *** 12 tahun hidup dalam kegelapan, hanyut dalam kriminalitas dan selalu sendiri membuat [Name] jauh dari kata baik. Sejak menyadari sudah tak ada kebaikan di dalam diri...