26: Redup

1.4K 321 107
                                    

MENGANDUNG SPOILER MANGA!

***

Menatap lurus ke depan, seluruh rekan-rekannya sudah berada di mode siap bertarung meski masing-masing dari kondisi tubuh mereka sudah babak belur. Baru saja, pengakuan mencengangkan Hakkai ungkapan. Berhasil membuat siapa pun memandangnya rendah.

Hakkai bercerita kepada Takemichi jika selama ini dialah yang melindungi Yuzuha. Namun, barusan dia mengakuinya jika selama ini Yuzuha lah yang telah melindunginya. Yuzuha benar-benar wanita hebat di mata [Name] kini.

"Hakkai, aku tak ingin menghakimi keputusanmu. Hanya saja aku membenci kesadaran dirimu yang kurang. Dilindungi seorang wanita itu sudah cukup buruk. Terlebih kini kau menghantarkannya pada hal yang buruk." Tiba-tiba [Name] berujar. Membuatnya menjadi pusat perhatian.

"Kataku, lindungilah saudari perempuanmu. Karena jika kau gagal melindunginya, penyesalan terbesar akan kau rasakan. Aku gagal melindungi Miya dan sekarang aku benar-benar menyesal," ucapnya.

Jika waktu bisa dipukul mundur, [Name] sangat ingin fokus melindungi Miya. Namun, semuanya sudah terjadi karena betapa abainya [Name] kepada Miya karena mengira saudarinya itu sudah aman.

Kembali menggulung lengan kemejanya yang sempat jatuh, [Name] menoleh ke belakang; di mana Mitsuya, Takemichi, Chifuyu, serta Hakkai dan Yuzuha berdiri.

"Aku juga lemah Hakkai. Namun, aku memiliki bibi Kaori dan Toman sebagai keluarga yang memberikanku kekuatan."

Hakkai terdiam lalu memejamkan kedua matanya. Mereka semua berada di posisi saat ini adalah karena dirinya. Sangat menyedihkan sekali.

Menggertakkan giginya, Hakkai dengan segera melepas bajunya. Bungsu Shiba siap bertarung. "Aku akan bertarung!"

Senyuman lebar Mitsuya terpajang. "Aku sudah menunggumu!"

Lantas kembali menoleh ke depan, [Name] meneka sesuatu. Taiju masih bisa bertarung meski mendapatkan luka tusuk di pinggangnya. Ah dia kuat sekali.

"Malam ini, mari kita selesaikan!"

Semua berlari ke arah Taiju dan dua bawahannya. [Name] menghadapi Taiju dengan Hakkai yang membantunya kali ini. Tak banyak bicara seperti awal, [Name] benar-benar membiarkan dirinya menghajar Taiju.

BUGH!

Satu bogeman mentah [Name] hantamkan pada wajah menyebalkan Taiju. Tak memberikan pemuda itu jeda untuk mengambil posisi siaga, [Name] melayangkan tendangan pada rahangnya yang kali ini berhasil membuat Taiju tergeletak.

Berdiri dengan jarak beberapa meter. Tubuhnya masih terasa sakit karena hantaman bangku gereja tadi. Nafasnya masih memburu. Menghampiri Hakkai yang berdiri tak jauh darinya, [Name] menyentuh pundak telanjang pemuda itu.

"Sekalipun aku orang nomor tiga di Toman, Taiju bukan lawanku. Kau benar aku bukan tandingannya. Dia kuat sekali. Namun, kau adiknya. Aku yakin kau bisa mengalahkannya Hakkai."

Setelah itu [Name] jatuh terduduk. Kedua tanganya menopang tubuhnya di masing-masing sisi. Mendongak memperhatikan teman-temannya yang berkelahi membuat senyuman tipis terpajang. Mereka berjuang tanpa jeda.

"Majulah Hakkai," anjur [Name].

Hakkai melirik [Name] lalu mengangguk mantap. Pemuda itu berlari ke arah sang kakak yang sudah berdiri tegap. Menghajarnya, mereka berkelahi satu sama lain.

Menghela nafas, [Name] tak pernah membayangkan jika malam natal kali ini akan jadi seperti ini. Meski dirinya siap bertarung, [Name] masih berada dalam kondisi lemahnya. Ah dia payah sekali. Tidak bisa diandalkan.

𝐂𝐇𝐀𝐍𝐂𝐄 || Tokyo Revengers ➖Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang