24 (End)

8.1K 1.1K 363
                                    

Jungkook tengah terduduk diruang tengah dengan televisi yang menyala sedari tadi. Tangannya mengganti-ganti channel asal tanpa tahu apa yang ingin ia tonton sebenarnya. Hal itu dilihat jelas oleh Junghoon yang baru saja keluar dari ruang kerjanya. Rencananya ia ingin menemui si bungsu dan menghabiskan waktu bersama, mumpung kedua anaknya sedang tidak dirumah karena pekerjaan mereka yang semakin hari semakin menumpuk.

Ngomong-ngomong, Hendrick memiliki usahanya sendiri dibidang real eastet juga ekspor-impor produk-produk lokal. Sedangkan Michelle berkecimpung didunia fashion dimana ia memiliki brand-nya sendiri yang cukup terkenal di Inggris, namun wanita itu juga memiliki pekerjaan lainnya yaitu sebagai tangan kanan Junghoon didunia bawah. Ia bahkan tengah disiapkan sebagai penerus Junghoon nanti.

Dilihat dari temper dan kegilaan wanita itu jadi tak heran kenapa bukan Hendrick yang meneruskan. Lagipula pria itu pun tidak tertarik dengan bisnis gelap tersebut jadi ia tak masalah jika Michelle yang mengambil alih.

Junghoon mendekat dan duduk disebelah Jungkook lalu menarik kepala anak itu untuk ia kecup keningnya lembut.

"Apa tidak ada acara TV yang menarik? Atau kau sedang memikirkan sesuatu, hm?" Tanya Junghoon.

Jungkook mendongak dan mengecup pipi sang ayah sebelum ia menyenderkan tubuh kecilnya dilengan berotot pria itu nyaman.

"Dad, saat ke festival kemarin aku bertemu dengan Aria.."

"Benarkah?"

"Sepertinya Daddy sudah tahu. Apa Taehyung hyung yang memberitahu?"

"Well..begitulah. Jadi itu yang kau pikirkan sejak tadi? Apa kau merasa kasihan pada gadis itu?"

Jungkook tak menjawab, ia mengangkat kedua kakinya dan memeluknya erat. Membuat tubuhnya jadi terlihat semakin kecil saja.

"Ma-maaf.." Lirihnya pelan.

Junghoon menghela nafas, mengelus lembut rambut sang anak dengan senyuman tulusnya.

"Kenapa minta maaf, hm?"

"Aku tahu mereka menyakitiku tapi biar bagaimanapun aku pernah menganggap mereka sebagai keluargaku, Dad. Melihat kondisi Aria kemarin membuatku sedih sekali. Kupikir ia kabur dan entah berada dimana bersama kedua orangtuanya, tapi kenapa kondisinya malah seperti itu? Lalu bagaimana dengan orang tuanya? Aku tidak bisa untuk tidak memikirkan mereka.."

Ucapan Jungkook membuat Junghoon hanya bisa diam, ia tahu anak itu memiliki hati yang terlampau lembut seperti ibunya jadi tidak heran jika Jungkook akan berkata begitu. Tapi dengan semua hal yang ia alami, alangkah baiknya jika Jungkook menyimpan sedikit dendam pada mereka.

"Itu bukan salahmu, sayang. Tapi sebaiknya mulai sekarang kau harus lebih memikirkan tentang dirimu sendiri. Mengingat mereka hanya akan membuat rasa sakitmu kembali.."

Tanpa sadar Jungkook sudah sesenggukan dan membuat Junghoon memaklumi saja. Ia membawa Jungkook kedalam pelukannya dan menepuk-nepuk lembut punggung kecil itu yang masih bergetar pelan.

"Ma-maaf Dad..hiks..karena aku..hiks..tidak seperti Hyung dan Noona..hiks.."

"Apa maksudmu? Kau adalah satu-satunya hal yang bisa tetap mempertahankan kewarasanku ditengah-tengah kegilaan kedua kakakmu itu. Jadi jangan merasa kecil hati atau berbeda sayang, kau istimewa dengan caramu sendiri.." Ucap Junghoon sambil melepas pelukannya dan menghapus airmata dikedua mata bulat putera bungsunya. Saat menangis pun wajahnya benar-benar menggemaskan seperti sang istri, itulah mengapa jika Jungkook melakukan kesalahan paling fatal pun ia rasa ia takkan mampu memarahi anak itu.

"Merasa lebih baik?"

Jungkook mengangguk,"Maaf aku menangis terus. Aku tidak tahu kenapa menjadi lebih cengeng sekarang.."

V.O.I.C.E (Vkook) {COMPLETED}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang