❏ Jaffin; MC's Partner

411 33 0
                                    

Seharusnya di malam yang sepi dan ditemani sang rembulan dari balik tirai jendela ini, Ayuka bertarung mengerjakan latsol fisika karena besok pagi akan diadakan ulangan.

Tapi, Ayuka malah sibuk memainkan pensilnya yang ia putar-putar lalu dimainkan di bibirnya. Sambil melihat sang rembulan yang terlihat cantik malam ini, ia tiba-tiba kepikiran kejadian tadi pagi.

"Siapa yang nelpon gue? Masa orang iseng? Kok bisa dapet nomor gue?" Monolognya. Ayuka heran, pasalnya nomor Ayuka ini nomor baru dan hanya orang-orang terdekat yang memilikinya.

Tiba-tiba Jaffin Arlando, tetangga dekat sekaligus teman sedari kecilnya Ayuka, melambaikan tangan lewat jendela kamarnya. Ayuka melihatnya karena kamar mereka berseberangan. Ia membukakan jendelanya. Ia sudah paham kalau Jaffin melakukan hal itu, pasti ada yang ingin cowok itu sampaikan.

"Apa?" tanya Ayuka tanpa basa basi.

Karena selain sudah malam ia juga malas teriak, Jaffin mengkode Ayuka untuk membuka pesannya lewat HP. Notifikasi dari Jaffin masuk.

Apin : Keliatan banyak beban banget wahai anak muda.
Apin : Kalau besok ulangan fisika kan gampang buat lo, sang ratu olimpiade fisika

Setelah membaca pesan itu, Ayuka menatap Jaffin intens. Jarinya langsung mengetikkan beberapa kata untuk menjawab pesan temannya itu.

Ayuka : Peduli amat lo
Ayuka : Ini bukan masalah fisika

Sejujurnya, Ayuka masih ragu untuk menceritakan kejadian tadi pagi kepada Jaffin. Alangkah lebih baik kalau ia menelisiknya sendiri terlebih dahulu, pikirnya. Barangkali memang hanya kerjaan orang iseng, kan? Lantas Ayuka menutup jendelanya, menguncinya, lalu mematikan lampu kamarnya. Muka Jaffin kebingungan dengan tingkah aneh Ayuka tersebut.

Apin : Why?

Ayuka : Gue ngantuk, mau tidur.

---

"KAK AYUKAA! BANGUNNN!"

"AISH! KAMU BISA PELAN-PELAN AJA ENGGAK SIH BANGUNINNYA?!" Ayuka langsung memukul adiknya dengan guling yang tadinya ia peluk. Iya, jadi yang masuk ke kamar Ayuka secara tiba-tiba dan langsung teriak sekeras-kerasnya di samping ranjangnya adalah adiknya sendiri, yaitu Alca Aileena.

Alca menerima dengan pasrah pukulan kakaknya tersebut. "Udah deh kak, Caca lagi enggak mau ribut sama Kak Yuka. Ini udah jam setengah tujuh, kak. Ayo kakak siap-siap! Anterin aku! Kak Haikal udah berangkat duluan soalnya," cerocos Alca.

"Ah, udah telat gini masa kakak harus nganterin kamu, pagi ini kakak ada ulangan."

"Siapa suruh habis sholat subuh pergi tidur lagi, hayo?" Sindir gadis yang sudah rapi dengan setelan seragamnya itu.

Ia mengabaikan pertanyaan retoris Alca. "Naik grab aja." Ayuka menyambar handuk lalu pergi ke kamar mandi yang ada di kamarnya.

Alca memutar kedua bola matanya dengan sebal. "Ish!" Akhirnya cewek itu melangkahkan kakinya keluar dari kamar Ayuka dengan langkah kaki yang ia hentak-hentakkan karena kesal.

"Pakai uang kakak di meja itu!" Teriak Ayuka dari dalam kamar mandi.

"Waa~ Arigathanks!"

Beberapa menit setelah Alca berangkat, Akhirnya Ayuka pun selesai siap-siap. Ia menuruni anak tangga dengan cepat. "Yuka berangkat, bun, assalamualaikum," Ia bersalaman dengan Zaskia, bundanya, lalu mencium punggung tangannya.

"Bunda udah siapin sarapannya."

"Tapi udah hampir telat, bun."

"Ya udah, ini bekalnya bawa. Mau bawa mobil apa motor, nak?"

Setelah memasukkan bekal tersebut di tasnya, Ayuka menjawab pertanyaan Zaskia, "Motor, bun. Takut macet malah tambah telat."

"Enggak bareng sama nak Jaffin aja? Kayaknya tadi dia belum berangkat."

"Good then! Yuka ke rumah Jaffin dulu!"

Gadis itu bergegas ke rumah Jaffin yang berjarak 3 meter dari rumahnya. Ia menghampiri Jaffin yang sudah hampir mengegas motor sport-nya itu. Beruntung, Ayuka lebih cepat sedetik untuk mencegahnya melaju.

"Kenapa lari-larian? Dikejar soang Pak Udin?" Jaffin terkekeh melihat Ayuka terengah seperti habis lari maraton, padahal jaraknya hanya 3 meter---yah, 3 meter itu dihitung sampai depan gerbang rumah Jaffin saja, selebihnya untuk menghampiri anak itu di depan garasi memerlukan jarak 15 meter!

"Gue bareng. Udah mau telat. Kalau gue pakai motor sendiri lama. Kalau bareng lo kan bisa ngebut," ucapnya terbata-bata karena kesusahan mengatur nafas.

Jaffin mengangguk tidak keberatan. Ayuka langsung mengenakan helmnya lalu menaiki motor Jaffin. Cowok itu mengebut dengan kecepatan penuh, atas permintaan Ayuka. Alhasil, mereka tiba di sekolah dengan waktu tempuh 20 menit. Padahal seharusnya 40 menit.

"Thanks. Hari ini lo berguna banget." Ayuka memberikan helmnya kepada Jaffin. Setelah Jaffin beres menata helm, ia menuruni motor. Jaffin mengangguk. Cowok itu lantas pergi menjauhi Ayuka, mendekati kantin.

Inilah alasan mengapa selama ini ia menolak ajakan Jaffin untuk pergi ke sekolah bersama. Jaffin memang kelewat santai untuk Ayuka yang selalu terburu waktu. "Padahal tinggal beberapa menit lagi bel," gumamnya lirih. Tak ingin terlalu memikirkan Jaffin, Ayuka langsung berlari menuju kelasnya yang ada di lantai tiga.

Zudith menyodorkan minuman untuk Ayuka yang masuk kelas sambil terengah-engah seperti kehabisan nafas. "Minum dulu, Ka, daripada tambah bengek," candanya.

Ayuka menerima tawaran Zudith untuk meminum air putih dari botol pink bercorak kelinci milik Zudith tersebut. "Thanks." Setelah meminumnya, ia menyodorkan kembali botol minuman tersebut ke sang pemilik.

"Tumben telat? Semalem ngerjain latihan soal banyak?"

"Enggak, lagi pengen banyak tidur aja."

"Dih."

---

Hidden Gang | Enhypen Le Sserafim: Hybe [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang