❏ Nurul; Theft Case

92 15 0
                                    

"Ka, kali ini kita samperin ke kelasnya Savira aja yok, bosen gue masa tiap ngumpul cuma di kelas kita aja sih," ajak Zudith kepada Ayuka yang sedang sibuk mengerjakan soal-soal pada buku tebal untuk persiapan ujian masuk universitas negeri. "Belajar terus lo mah, ujian sekolah ge masih lama, udah mulai latsol buat ujian masuk PTN aja," komentarnya.

Ayuka hanya terkekeh. Dijelasin juga, Ayuka kira Zudith tidak akan paham keadaannya.

"Ya udah ayo, tapi lo udah ngerjain PR basing, kan? Yang belum ngerjain kan nggak dibolehin ikut ulangan nanti," ucap Ayuka sambil menata kembali peralatan tulisnya dan menutup bukunya itu.

"Aman, gue minta tolong Jack semalem hehe."

"Eh? Lo punya WhatsApp sepupu gue emangnya?" Tanya Ayuka kaget.

"Iya, sebelumnya sih kita mutualan di instagram terus kan gue bikin story tuh caption-nya 'gabisa basa enggres', nah terus Jack peka nawarin buat ngajarin," jelas Zudith, Ayuka hanya mengangguk paham.

Kemudian mereka berjalan bersama menuju kelas Savira, IPS 6. Agak jauh memang jaraknya, tapi tidak masalah karena Zudith berniat jalan-jalan melepas kegabutan.

"Halo, Sav!" Zudith dan Ayuka langsung berjalan ke meja Savira.

Terlihat di sana Savira sedang menghitung uang di dompetnya. "Wih, banyak duit nih," komen Zudith sambil duduk di bangku kosong depan Savira. Ayuka juga duduk di sebelah Zudith. Kelas ini masih sepi, yah tentu saja karena ini masih sangat pagi.

"Eh?" Savira kaget dan baru sadar akan kedatangan dua temannya itu. "Kirain siapa ternyata lo pada."

Savira menyimpan kembali dompetnya di saku. "Ini tuh gue lagi ngitung gaji yang semalem gue terima, lagi bingung ngatur keuangan buat sekolah adek gue juga, nih," curhatnya.

Savira itu merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Ia memiliki satu adik laki-laki. Karena orang tuanya sudah menanggung biaya sekolahnya yang terbilang cukup mahal, Savira berniat membantu mereka untuk menanggung biaya adiknya.

Keluarganya memang bukan dari golongan keluarga berada, hanya ada di golongan menengah ke bawah. Agak berat memang kondisi keuangan mereka, maka dari itu Savira selalu bekerja tiada henti selama ini. Para temannya pun mengerti akan hal itu.

"Riki tuh seumuran Caca, kan?" Tanya Ayuka memastikan.

Savira membenarkan.

Berarti, Riki-adiknya Savira-kelas 10 saat ini. Dan ya, Riki dan Alca pun satu sekolahan. Meskipun berada dalam keluarga pas-pasan, orang tua Savira tetap ingin menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah terbaik.

"Semangat Sav kerjanya. Tapi kalau lo capek dan butuh bantuan mendesak, gue bisa bantu ngasih pinjaman tanpa bunga ke elo, kok!" Ucap Zudith.

"Nggak. Kalian cukup support dan doain gue, selebihnya gue bakal usaha sendiri," ucap Savira sambil mengulas senyuman tulusnya.

Beberapa kali Zudith berbaik hati menawarkan bantuan berupa pinjaman uang ataupun mengasih uang, tapi Savira selalu menolak. Ia tak ingin menyusahkan temannya, lagi pula ia pikir ia masih bisa berusaha.

Ayuka dan Zudith mengangguk paham. "Eh, Charlin perlu gue chat buat kesini nggak nih?" Tanya Zudith mengalihkan pembicaraan supaya Savira tidak terlalu kepikiran.

Ayuka dan Savira mengangguk mengiyakan.

Beberapa menit setelah di-chat, Charlin memasuki kelas Savira dengan raut wajah cerah ceria lalu ia langsung duduk di samping Savira.

"Hello everything!" Candanya.

"Punya gosip apa lagi lo kayaknya udah siap-siap mau menyemburkan informasi," celetuk Zudith. Memang Charlin adalah bigos (biang gosip).

Hidden Gang | Enhypen Le Sserafim: Hybe [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang