❏ Ayuka; Shes The MC

750 43 0
                                    

Terlihat bercak darah menempel di dinding gudang sekolah, tempat seorang siswi bertubuh tinggi itu berdiri. Gadis tersebut membelalakkan matanya kaget. Namun tiba-tiba dering teleponnya berbunyi, membuatnya langsung mengangkat telepon dari nomor tidak dikenal itu---takut kalau penting.

"Halo? Siapa?"

"Jangan pernah injakkan kakimu di gudang sekolah lagi. Ini peringatan."

tutt... tutt...

Gadis itu menjauhkan telepon genggamnya dari telinga. Ia mengernyitkan keningnya. "Nggak jelas," gerutunya. Lalu ia menyimpan kembali benda kotak itu di saku roknya. Ia tak menganggap serius telepon yang baru saja ia terima, ia menganggap bahwa itu hanyalah kerjaan orang iseng.

Kemudian gadis itu membuka kertas kecil yang semula ia genggam. Ia membaca note dari guru fisika yang ditujukan kepadanya karena ia adalah ketua kelas XII MIPA 4. Gadis itu berjalan menuju lemari. Tadi ia sudah meminta kuncinya ke Bu Nur, kini ia tinggal membuka lemari tersebut lalu membawa bukunya ke kelas.

"Banyak banget bukunya," gumamnya kebingungan bagaimana caranya ia membawanya sambil terus menatap tumpukan buku tebal itu.

"Eh? Apa ini?" Di rak terakhir lemari di depannya, ia menemukan sebuah dasi. Dasi yang sama persis seperti yang ia kenakan. Bedanya, dasi tersebut berlumuran darah. "Mau positif thinking kalau ini tinta merah, tapi ini jelas banget lagi kalau darah," lagi-lagi ia bermonolog.

"Ayuka?" panggil seseorang.

"Kebetulan ada lo. Bantuin gue bawa buku paket ini ke kelas, El," tutur gadis bernama Ayuka Aileena itu meminta bantuan sambil tangannya mengembalikan dasi itu ke tempat semula.

"Siap!" Jawabnya. Lantas Ayuka dan Shakiel membawa tumpukan buku itu ke kelas.

Sesampainya di kelas, Ayuka membagikan buku tersebut tepat seperti yang guru fisikanya yaitu Pak Didi sampaikan di note-nya. "Loh kok buku 2018?" tanya Zudith, teman sebangku Ayuka.

"Gue umumin di depan." Zudith mengangguk, Ayuka lantas maju ke depan kelas. Ia meminta atensi teman-temannya yang masih ribut. Karena muka Ayuka yang garang, sontak mereka terdiam lalu duduk di bangkunya masing-masing. "Gue disuruh bagiin ke kalian buku paket itu sama Pak Didi. Katanya materi ujiannya bakalan banyak keluar dari situ. Pelajari bab 25, besok ada ulangan." Singkatnya lalu ia duduk kembali ke bangkunya.

Murid kelas XII MIPA 4 langsung bersorak tidak senang. Fisika adalah pelajaran yang menyebalkan. Namun, tidak dengan Ayuka. Gadis yang sering mengikuti olimpiade fisika tersebut menganggap enteng dengan adanya ulangan besok hari.

"Ini seriusan kita belajar sendiri? Pak Didi kemana sih? Ngilang mulu kalau muncul langsung ulangan," cuat Zudith dengan muka kesal sekesal-kesalnya.

Ayuka mengedikkan bahunya, tanda tidak tahu menahu soal itu karena Pak Didi juga tidak menuliskan di note. Ayuka hanya mendapatkan note tersebut dari Bu Sasmi, guru bahasa inggris, bukan dari Pak Didi langsung.

"Lagian ini cuman ngulang materi kelas sepuluh, bisalah dibaca semalaman," ucap Ayuka menenangkan.

"Gue sama lo beda sih sayangnya." Ayuka terkekeh mendengar jawaban Zudith yang sambil melirik kesal padanya. "Mending pulang sekolah, gue ke rumah lo nggak sih, Ka? Lo jadi tutor gue, please.." pintanya sambil menampakkan puppy eyes-nya.

"Nggak bisa. Gue ada janji mau nemenin abang gue beliin kado buat ceweknya." Zudith memutar bola matanya mendengar penuturan Ayuka.

Dulu, gadis berambut panjang bergelombang ini adalah penyuka nomor satunya Haikal Satria, kakak Ayuka. Namun dua bulan ini, ia merasa sakit hati lantaran Haikal sudah jadian dengan mantan kakak kelas mereka yang bernama Zea Pradita. "Hmm.. Kak Haikal sama Kak Zea kapan putusnya ya..," tutur Zudith sambil menerka.

Ayuka menggelengkan kepalanya heran. "Mending lo berhenti berharap sama abang gue deh, Zu. Stok cowok di dunia masih banyak."

---

Hidden Gang | Enhypen Le Sserafim: Hybe [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang