11. Grandma

765 107 6
                                    

"Minho kau betah di sini kan?" Tanya wanita itu pada Minho. Dengan ragu pria manis itu mengangguk pelan.

"Ahh benar dugaan ku kosong, mulai sekarang kau yang bertugas untuk mengisi kulkas ini, jangan sampai kalian kelaparan" kata wanita itu sambil memasukan beberapa bahan makanan.

"Mungkin kalian akan satu minggu di sini, setelah itu kalian Mungkin akan tinggal tinggal luar negeri" jelas ibu Chan. Minho mengangguk saja.

"Ayo kita lihat apa yang bisa di masak" kata wanita itu.

"Ibu apa makanan kesukaan Chan?" Tanya Minho membuka pembicaraan.

Ibu Chan kemudian memberitahu apa yang Chan suka dan tidak suka.

"Aku melihat kalian masih agak renggang, tapi dalam waktu cepat pasti kalian akan mulai dekat satu sama lain" ujar wanita itu.

"Berikan padanya nanti, dia pasti menyukainya" kata ibu Chan setelah masakan mereka selesai.

"Baik ibu, terima kasih banyak" kata Minho sambil tersenyum.

"Aku dengar kau sudah menikah Chan" kata Changbin sepupu Chan.

"Hmm iya" jawab pria itu singkat.

"Bagaimana apa kau menyukainya?" Tanya Changbin berusaha menggoda Chan.

"Bisakah kita tidak membicarakan ini di kantor, sangat memuakan" kata pria itu dengan tegas sampai membuat Changbin terkejut, jujur dia belum pernah mendengar Chan semarah itu.

"Baiklah" jawab Changbin.

Chan mengusap wajahnya, pria itu terlihat frustasi. Saat dia mengingat wajah Minho atau mendengar namanya seketika rasa benci itu datang dan menyelimuti dirinya.

💦

"Aku akan diam untuk satu bulan di sini" kata Chan pada sang ibu.

"Baiklah bagus, tolong segera lakukan program hamil Chan" kata ibu Chan.

Belum selesai Ibu Chan berbicara pria Bang itu sudah mematikan panggilannya.

"Program hamil apanya" kata Chan kesal. Saat dia membuka pintu rumah, Minho sudah menghadangnya sambil tersenyum.

"Ayo kita makan, pasti kau sudah sangat lapar" kata Minho pada Chan. Namun pria itu terlihat membuang muka dan ingin naik ke lantai atas.

"Makan saja sendiri" kata Chan. Minho mengusap dadanya, lalu dia berlari mengejar pria itu.

"Chan Ayo, ibu dan aku sudah memasak makanan kesukaan mu" bujuk Minho.

"AKU KATAKAN TIDAK YA TIDAK!" Teriak pria Bang itu dengan penuh amarah. Minho langsung tersentak dan menunduk.

"Maafkan aku" Cicit Minho.

"Maaf? Hanya itu yang bisa kau katakan. Sebaiknya kau pergi, jangan ganggu hidup ku" kata Chan lalu dia pergi dari sana.




"Aku tidak bisa membuang semua ini" kata Minho melihat makanan itu. Dia lalu ingat dengan satpam, mungkin dia bisa membaginya pada mereka.

💦

"Chan kau akan pulang jam berapa?" Tanya Minho pada pria itu.

"Kenapa kau sangat sibuk?" Tanya Chan dengan wajah kesalnya.

"Tidak, tapi ibu mu tadi menelepon. Dia menyuruh kita pergi ke sana" jelas Minho. Chan menaikkan salah satu alisnya.

"Untuk apa?" Tanya Chan.

"Aku juga tidak tahu" jawab Minho.

"Kau pergi saja sendiri ke sana, aku sibuk" kata pria itu lalu dia pergi dari sana.

"Di mana Chan?" Tanya Ibu Chan saat Minho sampai di sana.

"Dia bekerja ibu" jawab Minho dengan jujur.

"Aiss anak itu, dia bisa-bisanya bekerja saat neneknya sakit dan ingin menemuinya" kata wanita itu. Dia lalu segera menelepon anaknya.

"Di mana nenek?" Tanya Chan dengan gusarnya sesampainya di sana.

"Di kamarnya, dokter mengatakan agar kita membawa nenek ke rumah sakit" jelas ayah Chan. Pria Bang itu langsung berlari ke kamar sang nenek.

Sesampainya di sana, dia melihat Minho duduk di samping wanita tua itu. Chan benar-benar sedih melihat keadaan neneknya seperti itu.

"Ahh ini cucu ku" kata wanita itu saat menyadari kehadiran Chan.

"Ayo duduk di samping Minho" kata wanita itu. Chan menurut, lalu dia memegang tangan neneknya.

"Kenapa nenek bisa sakit? Pasti nenek lupa meminum obat kan?" Kata Chan sambil memeluk tangan sang nenek.

"Aku sudah tua jadi wajar Chan" kata wanita itu sambil tersenyum.

"Nenek Ayo segera sembuh, aku akan memberikan apapun yang nenek inginkan" kata Chan. Wanita itu mengangguk pelan.

"Aku ingin melihat anak kalian lahir sebelum aku mati" kata wanita itu. Mendengar itu membuat kedua pria itu menegang.

"Nenek apa maksud mu?" Tanya Chan.

"Umur ku tidak lama lagi, aku harap kalian segera memberikan ku cucu. Aku sangat ingin melihatnya" kata wanita itu. Chan terdiam, permintaan itu benar-benar sangat berat baginya.

"Kau dengar kan apa yang nenek ingin kan Chan?" Kata ibu Chan.

"Baiklah aku akan mengusahakannya" jawab Chan.

Di perjalanan tak ada perbincangan di antara mereka. Minho hanya diam saja memainkan jarinya, dia takut Chan marah lagi.

"Kau mendengar kan apa yang nenek katakan tadi?" Tanya Chan.  Minho langsung mengangguk pelan.

"Pasti kau sudah ahli kan dalam melakukannya? Buktinya kau dulu pernah hamil" sindir Chan. Mendengar itu Minho menunduk saja.

"Jika kau mengatakannya pada mereka, pasti mereka akan syok" lanjut Chan.

"Tolong jangan Chan" kata Minho pelan.

"Di mana kau menelantar kan anak mu?" Tanya Chan pada pria manis itu. Minho menghela napas, jujur dia sudah tidak tahan sekarang.

"Aku tidak menelantarkannya, dia sudah meninggal saat masih di kandungan" jawab Minho sambil mengusap air matanya.

Chan menatap pria itu, Minho benar-benar menangis di sana.

"Tolong jangan bahas lagi, hati ku sangat sakit mengingatnya" lanjut Minho. Chan terdiam, dia lalu menatap ke jalanan.


💦

"Tidurlah di dalam, aku akan tidur di luar saja" kata Minho sambil membawa sebuah bantal dan selimut.

"Kau diam saja di sana, aku masih memiliki banyak kamar jangan khawatir kan aku" kata Chan lalu dia bangun dari sofa dan pergi dari sana.

"Chan apa kau tidak bisa memaafkan aku? Apa kita bisa memulainya dari awal?" Tanya Minho tiba-tiba.

"Kau kira memaafkan mu itu mudah? Hai! Asal kau tahu, kau sudah menghancurkan semua kepercayaan dan hati ku. Tidak ada kata maaf untuk mu. Jadi jangan bertingkah" jelas Chan lalu dia pergi dari sana.

Mendengar itu membuat mata Minho berkaca-kaca. Lalu dia masuk ke dalam kamarnya.

Chan terus memikirkan permintaan neneknya. Tapi di sisi lain, dia tidak bisa melakukan itu. Melihat wajah pria itu saja entah kenapa membuat Chan merasa muak.

"Aku tidak ingin membuat nenek kecewa" ujar pria itu.

Saat Minho bersiap untuk tidur, ketukan pintu itu mulai terdengar dari luar.

"Buka!" Teriak Chan. Mendengar suara pria itu, Minho langsung berlari dan membukanya.

"Ada apa?" Tanya Minho. Chan terlihat ragu, lalu dia mengeluarkan beberapa pil dari sakunya.

"Apa ini?" Tanya Minho kebingungan.

"Kau ingat kan apa yang nenek inginkan?" Tanya Chan.



TBC

Jangan lupa vote dan komen ya

SILENT CRY | BANGINHO✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang