12. Plant the Seed

859 113 2
                                    

🔞

"Cepat minum, kita lakukan malam ini" kata Chan. Minho terkejut mendengar itu.

"Ini obat apa?" Tanya Minho.

"Ini obat tidur, aku akan melakukannya saat kau tidur. Jadi aku tidak akan melihat wajah mendesah mu nanti. Menjijikan" jelas Chan. Minho menunduk lalu dia mengambil obat itu dan meminumnya.

"Aku akan melakukan apa yang kau katakan" kata Minho.

Lima belas menit berlalu, akhirnya efek obat itu berekasi. Minho menguap berkali-kali lalu dia tertidur.

"Hai!" Chan menepuk pipi pria itu. Ternyata memang benar sudah berekasi.

Chan langsung melepaskan celana milik Minho dan juga celana miliknya. Tanpa baca-basi, Chan langsung memasukan penisnya yang sudah ereksi di dalam lubang anal milik Minho. Dia menggenjotnya dengan cepat agar cepat selesai.

Semakin lama, entah kenapa Chan mulai menikmatinya. Apalagi saat Minho memeluk tubuhnya, Chan benar-benar tersentak.

Sambil menggenjot di bawah, Chan menegakan wajah milik pria manis itu itu depan wajahnya. Pria itu benar-benar tertidur pulas saat itu.

Chan tiba-tiba mendekatkan bibirnya pada bibir pria itu. Dia mengecupnya sekilas.

"Aku kira sudah cukup" kata pria itu lalu dia menudurkan Minho kembali ke kasur dan merapikannya.

"Aww" rintihan itu terdengar dari bibir Minho. Pria itu berusaha untuk bangun dari kasur.

"Pasti Chan sudah melakukannya" kata Minho mengetahui hal itu. Dia kemudian bangun dan keluar dari kamar.

Terlihat rumah itu benar-benar sepi, tak ada orang sama sekali. Mobil Chan juga tidak ada di depan rumah.


💦


"Kau bisa menggantikan kami kan?" Tanya Ibu Chan pada sang anak. Mendengar itu membuat Chan menjadi malas.

"Chan" panggil wanita itu berusaha membujuk dirinya.

"Ibu kenapa kau selalu memaksa ku?" Tanya Chan kesal, sebenarnya dia sudah sangat lelah dengan mereka.

"Kami tidak memaksa mu, tapi kau tahu kan nenek mu saat ini tengah sakit. Ayah adalah anak nenek, bagaimana dia bisa meninggalkan ibunya? Bagaimana jika terjadi sesuatu padanya?" Jelas ibu Chan. Pria Bang itu akhirnya menghela napas panjang kemudian dia mengangguk.

"Baiklah, aku akan pergi" kata Chan.

"Terima kasih nak, bibi mu pasti akan sangat senang jika kau datang ke pernikahannya" kata wanita itu sambil tersenyum manis.

"Hmm iya" ujar Chan lalu dia mencoba untuk pergi.

"Kau ajak Minho juga ya" kata wanita itu. Chan terdiam mendengarnya.

"Aku akan pergi sendiri" kata pria itu.

"Kau akan pergi ke mana?" Tanya Minho saat melihat Chan mengemas kopernya.

"Bukan urusan mu" jawab pria itu dengan sarkas.

"Baiklah aku akan membantu mu" kata Minho. Namun tatapan tajam itu terlihat dari mata pria Bang itu.

"Tidak usah, kau pergi sana" usir pria itu. Minho diam, dia lalu menatap pria itu.

"Maafkan aku, aku tidak tahu harus harus bagaimana. Aku telah menyakiti mu dulu. Tolong Maafkan aku" kata Minho dengan nada lemas dan mata yang berkaca-kaca.

Melihat itu Chan menjadi semakin kesal, lalu dia pergi dari sana.

"Chan tidak akan pernah bisa memaafkan ku, bagaimana ini? Apa pernikahan itu akan bertahan lama?" Gumam Minho sambil menatap Chan yang tengah memasukan kopernya ke dalam mobil.

SILENT CRY | BANGINHO✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang