13. Rain

891 107 1
                                    

"Kau kenapa?" Tanya Chan pada Minho yang tengah menangis sesenggukan saat itu.

"Hai! Kalau kau tidak ingin bicara aku akan pergi" kata Chan lalu dia berdiri.

Minho perlahan menaikan wajahnya, dia menatap mata tajam itu.

"Apa kau bisa diam di sini? Aku takut" kata Minho dengan nada bergetar.

Chan menghela napas, dia lalu duduk di kasur tanpa menatap ke arah Minho.

"Cepat tidur lagi, aku akan pergi saat kau tidur" ujar pria Bang itu.

Minho tiba-tiba mendekat lalu dia memegang tangan pria itu.

"Tolong jangan tinggalkan aku" kata pria manis itu dengan mata yang berkaca-kaca. Chan menatap mata besar yang berair itu kemudian dia mengangguk pelan.

"Cepat!" Teriak Chan dari luar kamar mandi. Minho langsung bergegas menggunakan pakaiannya.

"Tunggu" ujar pria manis itu sambil mengeringkan rambutnya.

"Itu pakaian mu, Cepat pakai" kata Chan sambil menunjuk ke sebuah kotak yang ada di atas kasur. Minho mengambilnya dan berjalan ke kamar mandi.

"Ganti di sini saja" kata Chan.

"Tapi" Minho terdiam mendengarnya.

"Kau sangat lama, Cepat ganti saja. Aku tidak nafsu dengan mu" ujar Chan lalu dia membalikan badannya dari Minho.

Melihat itu Minho langsung membuka bajunya dan menggantinya. Chan entah kenapa membalikkan kepalanya.

Matanya melihat tubuh mulus milik pria manis itu.

Hingga pada saat itu tatapan mereka beradu, Minho langsung membulatkan matanya dan dia membuang muka.

"Aiss, Jangan gede rasa cepat pakai" pria Bang itu membantu Minho mengenakan pakaiannya.

"Kenapa terasa begitu panas" batin Minho yang sadar saat ini pipinya tengah panas.

"Kenapa mereka melakukan pernikahan di hutan" kata Chan berjalan sambil membawa sebuah bucket bunga di tangannya.

Di sisi lain, Minho hanya diam saja tidak banyak bicara. Setelah beberapa lama mereka berjalan. Mereka sudah mulai melihat keramaian, dan hiasan dan ornamen pernikahan itu benar-benar indah.

"Wahhh" gumam Minho melihat semua itu.

"Kenapa hanya diam? Ayo Cepat!" Seru Chan pada pria manis itu. Sampai di mana mereka bertemu dengan seorang wanita dengan gaun pernikahan yang sangat elegan itu.

"Akhirnya kau datang" kata wanita itu saat melihat Chan. Pria Bang itu langsung memberikan bucket bunga itu pada sang bibi.

"Tentu, jika aku tidak datang mungkin aku akan menjadi keponakan durhaka" kata Chan dengan senyuman miringnya. Dengan cepat wanita itu memukul bahu lebar milik keponakannya.

"Hmm kau istri Chan?" Tanya wanita itu saat melihat Minho berada di belakang keponakannya. Minho tersenyum manis lalu mengangguk.

"Ohh ternyata kau berhasil mendapatkan dia" gumam wanita itu. Chan langsung membulatkan matanya, lalu mencupit lengan wanita itu.

"Dia yang datang sendiri pada ku" kata Chan sambil menatap Minho remeh. Melihat reaksi Chan seperti itu, wanita itu menggeplak keponakannya lagi.

"Sudah kau membuatnya merasa tidak nyaman" kata wanita itu.


Acara pernikahan telah usai, tapi saat Chan dan Minho akan pergi tiba-tiba hujan turun dengan sangat lebat.

"Sebaiknya kalian menunggu hingga hujan reda, jika menerobos aku takut terjadi sesuatu pada kalian" kata bibi Chan.

"Tapi aku ada pekerjaan di kota" ujar Chan.

"Aiss kenapa kau tidak pernah menurut pada ku?" Kata wanita itu. Di sisi lain Minho hanya diam saja melihat perdebatan itu.

Semakin lama, hujan semakin lebat hingga malam pun tiba.

"Aiss kenapa hujannya tidak berhenti juga" kata Chan kesal sambil melihat ke arah arlojinya.

"Chan aku sudah menyewa kamar untuk kalian di sini, ini kuncinya" kata bibi Chan yang sudah berganti pakaian.

"Tidak perlu, aku kira hujannya akan berhenti sebentar lagi" kata Chan menolak.

"Hmm Chan tolong menginaplah dulu, aku takut terjadi sesuatu pada kalian. Karena jalanan menuju kota sangat terjal. Maafkan aku, seharusnya aku tidak membuat pesta di sini" kata wanita itu cemas.

Chan menghela napas, lalu dia mengambil kunci itu. Jujur saja dia tak tega melihat bibi bungsunya itu bersedih. Karena sejak Chan kecil, dialah yang sering menjaga dirinya, dia susah seperti kakak bagi Chan.

"Baiklah aku akan menginap malam ini" kata Chan. Mendengar itu wanita cantik itu langsung tersenyum.

"Aku juga ada di kamar lain, jika kalian butuh sesuatu hubungi aku saja" kata wanita itu.

Chan duduk di ranjang itu, jujur saja dia benar-benar lelah saat itu.

"Kau baik-baik saja kan?" Tanya Minho ikut duduk di samping Chan.

"Tidak, jika kau bersama ku aku tidak akan pernah baik-baik saja" kata Chan ketus. Minho kemudian mengangguk.

"Aku akan tidur di sofa saja" ujar Minho. Dia ingin tidur lebih cepat, agar dia tidak mendengar sindiran dari pria itu lagi.

"Sial internet pun mati" Chan mulai geram saat itu.

"Hai!" Seseorang memanggil pria Bang itu.

"Paman" kata Chan saat melihat suami bibinya.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya pria itu saat melihat Chan berada di luar kamar malam-malam.

"Aku ingin mengirim berkas kantor, tapi jaringan internet mati" kata Chan sambil terkekeh.

"Ayo ke bawah, ada wifi di sana. Kita juga bisa minum dan menghangatkan diri" kata pria itu. Chan mengangguk lalu dia pergi bersama pria itu.

"Kau seorang dokter?" Tanya pria itu pada Chan. Pria Bang itu mengangguk pelan. Melihat reaksi Chan membuat pria itu terkekeh.

"Kenapa tidak praktek atau bekerja menjalani Profesi mu?" Tanya pria itu. Chan menghela napas.

"Aku anak tunggal, jadi aku harus meneruskan perusahaan keluaga ku. Walaupun itu tidak sejalan dengan profesi ku" ujar Chan. Pria itu mengangguk lalu dia meneguk segelas kecil bir.

"Bagaimana dengan paman? Kenapa diam di luar? Apa kalian tidak merayakan malam pertama?" Tanya Chan sambil menaikan salah satu alisnya.

"Hmm setiap malam adalah malam pertama bagi kami. Chan apa yang kau lakukan saat malam pertama mu?" Tanya pria itu. Chan membeku, dia tak bisa menjawab apapun.

"Aku tidur saja" kata Chan. Seketika paman Park terkekeh.

"Aku tidak percaya, lihat saja ke bawah" kata pria itu melihat di resleting Chan yang nampak mengembung.

"Sebaiknya kau merayakan malam ini bersama istri manis mu itu, kau harus segera memiliki bayi Tuan Pewaris Tunggal" kata pria itu lalu dia pergi dari sana.

"Sial dia memojokkan ku" ujar Chan sambil melihat pria itu pergi. Dia mencoba menghela napas, jujur saat membicarakan malam pertama dia menjadi memiliki hasrat.

"Aku harus mengeluarkannya dulu" kata Chan lalu dia pergi dari sana.


TBC

Jangan lupa vote dan komen ya

SILENT CRY | BANGINHO✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang