Tanggal persalinan semakin dekat, hal itu membuat keluarga Chan sangat bahagia.
"Kenapa kalian mengubah rumah ku?" Tanya Chan saat melihat mereka mengirimkan alat-alat bayi ke sana.
"Sebentarnya lagi bayi mu akan lahir, kita harus menyiapkannya lebih awal" kata Ibu Chan sambil tersenyum.
"Tapi ini terlalu awal ibu, aku bisa menyiapkannya untuk anak ku sendiri nanti" kata Chan kesal. Minho hanya bisa menonton perdebatan mereka.
"Sebaiknya kalian tidak berdebat, Lihatlah Minho seperti nya dia pusing melihat kalian bertengkar" Ayah Chan kemudian angkat bicara. Keduanya langsung menatap ke arah Minho yang tengah duduk di sofa.
Ibu Chan lalu mendekat ke arah pria manis itu.
"Kau sudah mempersiapkan keperluan bayi seperti baju, handuk dan lainnya?" Minho menggeleng pelan.
"Baiklah kau pergi lah ke mall bersama Chan, belilah beberapa perlengkapan bayi bersama Chan" kata wanita itu. Minho lalu menatap ke arah Chan, terlihat pria itu terlihat malas.
"Chan antar Minho" kata wanita itu dengan nada tegas.
Di sini lah mereka berdua, Minho benar-benar bingung melihat banyak sekali model pakaian bayi itu.
"Cepat pilih, setelah itu kita akan pulang" kata Chan sambil menunggu di sana.
"Aku tidak tahu harus membeli apa" kata Minho dengan ragu. Chan menghela napas, lalu dia membuka ponselnya dan mencari di internet.
"Ayo ikut aku!" Kata Chan sambil menggandeng tangan Minho masuk ke sana.
Chan memilih beberapa baju bayi, dia lalu memperlihatkan satu pada Minho.
"Bagaimana menurut mu ini?" Tanya Chan.
"Menurut ku bagus, tapi apa harus berwarna Pink?" Tanya Minho.
"Aku suka jika bayi ku memakai warna ini, aku berharap dia perempun" kata Chan. Minho terkekeh mendengar itu.
"Bagaimana dengan warna itu?" Tanya Minho menunjuk ke model yang sama namun dengan warna yang berbeda.
"Tidak Ini saja bagus, aku yakin dia perempuan" kata Chan bersikeras. Dia benar-benar aneh, padahal tadi dia meminta pendapat Minho, tapi sekarang bersikeras memilih itu.
"Baiklah kita beli yang warna pink saja kalau begitu" kata Minho sambil tersenyum.
Setelah satu jam berbelanja, akhirnya mereka mereka selesai membeli keperluan.
"Ayo kita pulang" kata Chan sambil menenteng banyak sekali tas belanja. Minho mengangguk lalu mereka berjalan beriringan.
"Ahh aku ada telpon kau duduk di sini dulu ya" kata Chan sambil memegang ponselnya. Minho menurut lalu dia duduk di sana dengan belanjaan mereka.
Saat Chan pergi, Minho melihat ke arah mall, banyak sekali pasangan di sana. Ada yang bercanda dan ada juga yang begitu mesra.
"Apa aku juga bisa seperti itu nanti?" Gumam pria manis itu.
"Minho" seseorang memanggil namanya hal itu membuat Minho menoleh. Mata Minho langsung membulat saat itu juga, tiba-tiba dadanya sesak dan dekat jantungnya sangat cepat.
"Kau? Kenapa kau bisa ada di sini?" Tanya Minho dengan nada bergetar. Pria itu langsung menarik tangan Minho, tapi Minho mencoba menghempaskannya.
"Aku ingin berbicara dengan mu sebentar saja" kata pria itu. Minho menghela napas, lalu dia langsung menggeleng.
"Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, kita tidak ada hubungan apapun sekarang. Aku sudah menganggap mu mati Seungmin" kata Minho dengan penuh amarah.
"Bagaimana dengan anak kita?" Tanya pria itu. Minho terlihat tersenyum miring mendengarnya.
"Dia sudah meninggal dan itu semua karena dia memiliki ayah seperti mu" kata Minho dengan mata yang berkaca-kaca.
"Apa? Bagaimana bisa? Minho aku benar-benar meminta maaf, saat aku pergi aku selalu memikirkan mu dan bayi kita. Aku juga pernah mencari mu, tapi aku tidak bisa menemukan mu" kata jelas Seungmin sambil memegang tangan Minho.
"Sudah lupakan saja, kita tidak ada hubungan apapun lagi. Biarkan aku bahagia Seungmin dengan suami ku" kata Minho.
"Suami? Siapa?" Tanya Seungmin benar-benar terkejut. Dia lalu menatap tubuh pria itu, dia baru sadar Minho tengah berbadan dua saat ini.
"Bang Chan, kau ingat dia kan? Dulu aku menolak dia karena mu, tapi aku membuat sebuah kesalahan karena memilih pria brengsek seperti mu" kata Minho dengan penuh amarah.
"Tapi aku mencintai mu" kata Seungmin. Tamparan itu lalu mengenai pipi Seungmin, Minho benar-benar hilang kendali.
"Berhenti kau menyebut kata cinta, itu tidak berlaku pada pria seperti mu. Jika kau memang memiliki cinta itu, setidaknya dulu kau menikahi ku dan tidak menelantarkan kami. Bertanggung jawab saja kau tidak, itu yang namanya cinta?" Kata Minho yang mulai naik darah.
"Jangan bicara lagi, aku sudah bahagia sekarang dengan suami ku, dia lebih baik dan tidak brengsek seperti mu. Aku juga mencintai dia, jadi jangan berharap terlalu banyak" kata Minho lalu dia mengambil belanjaan nya dan pergi dari sana.
"Ayo pulang Chan, aku sudah sangat lelah" kata Minho sambil menarik tangan pria itu yang baru sampai dan mereka pergi dari sana.
Saat sampai diparkiran, Minho melepaskan tangan pria itu.
"Maaf aku menyeret mu tadi" kata Minho. Chan mengangguk lalu dia mengambil tas belanja itu.
"Minho" Teriak Chan saat pria itu ambruk.
Chan menatap wajah Minho yang tengah tidur. Pria Bang itu mengambil tangan si manis lalu dia menggenggamnya dengan erat.
"Aku tidak tahu kau semenderita itu dulu" kata Chan sambil merapikan poni yang menutupi dahi Minho.
"Kau sangat kuat, aku benar-benar merasa bersalah telah membenci mu. Maafkan aku" kata Chan lalu dia mengecup punggung tangan Minho.
Minho membuka matanya, dia benar-benar terkejut saat sadar telah berada di kamarnya.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Chan. Minho juga baru menyadari jika Chan ada di sana.
"Siapa yang membawa ku kemari?" Tanya Minho.
"Aku, kenapa?" Tanya Chan.
"Sendirian?" Tanya Minho.
"Iya ada apa?" Tanya Chan lagi.
"Maaf aku sangat berat sekarang, kau pasti sangat kewalahan" kata Minho. Chan menggeleng, lalu dia berbaring ke di samping Minho.
"Tidurlah lagi" kata Chan. Minho menurut lalu dia tidur di samping Chan.
"Aku mendengar percakapan mu dengan Seungmin tadi di mall" kata Chan. Hal itu membuat Minho terkejut.
"Maaf kau harus mendengar itu" kata Minho.
"Seungmin tidak menikahi mu ternyata" gumam Chan. Minho lalu mengangguk pelan.
"Apa yang kau katakan tadi pada Seungmin itu benar?" Tanya Chan.
"Semua yang aku katakan tadi itu benar" jawab Minho.
"Apa kau mencintai ku?" Tanya Chan kemudian.
"Iya" jawab Minho singkat. Seketika suasana kembali sunyi.
"Aku tidak berharap kau mencintai ku lagi seperti dulu, aku hanya ingin kau memaafkan aku Chan. Apa aku bisa menerima maaf dari mu?" Tanya Minho. Chan lalu menatap wajah Minho dari dekat.
"Maafkan aku" kata Minho lagi dengan penuh ketulusan. Chan lalu mendekatkan menempelkan bibirnya di bibir pria manis itu.
TBC
Jangan lupa vote dan komen ya
KAMU SEDANG MEMBACA
SILENT CRY | BANGINHO✔
FanfictionNote: Sebelum baca wajib follow aku author dulu! BANGINHO FANFICTION Semua kesakitan dan kepahitan dia dapatkan, namun seberat apapun itu Minho tidak pernah menunjukannya pada orang lain. Saat di mana Chan datang membawa cinta untuknya tapi cinta...