Chan melihat mata pria itu berkaca-kaca seketika.
"Kau benar" jawab Minho sambil tersenyum.
"Menangislah jika kau mau" kata Chan. Mendengar itu Minho langsung menangis saat itu juga.
"Hidup ku sudah hancur lebur, aku kehilangan mimpi ku, cinta ku, anak ku dan juga aku kehilangan kepercayaan mu" kata Minho. Chan hanya diam saja membiarkan Minho mengeluarkan semua masalahnya. Beberapa saat kemudian pria itu berhenti, dia lalu mengusap air matanya.
"Hmm aku baik-baik saja, kau tidurlah" kata Minho lalu dia menggiring membelakangi pria itu.
Pagi harinya kondisi Minho semakin memburuk. Pagi-pagi dia muntah di kamar mandi berkali-kali.
"Aku baik-baik saja, kau pergi lah. Selamat bekerja" kata Minho sambil mengusap bibirnya dengan tissue.
Chan lalu pergi, dia sejujurnya dia benar-benar cemas dengan keadaan Minho saat itu.
Minho kembali tidur setelah selesai mengerjakan pekerjaan rumah. Dia lalu terbangun saat Chan datang dengan seseorang.
"Dia yang sakit" kata Chan menunjuk ke arah Minho. Pria manis itu kemudian duduk.
"Aku memanggil dokter karena di sini tidak ada alat apapun" kata Chan kembali merebahkan pria manis itu.
"Tuan Bang, dia hampir mengalami hipotermi. Mungkin karena imunitasnya saat lemah saat ini" kata dokter itu. Chan mengangguk paham.
"Pasti karena dia tengah mengandung sekarang" lanjut sang dokter. Chan membeku mendengar itu, lalu dia kembali menatap ke arah Minho yang berbaring dan syok juga.
"Sudah tiga bulan, aku menyarankan agar kau membuatnya merasa nyaman" kata dokter itu. Chan langsung menganguk dan dokter memberikan beberapa vitamin untuk Minho.
"Kau dengar kan tadi? Jangan pikir jika kau hamil aku akan melunak" kata Chan saat dokter itu pergi.
"Melunak maksud mu seperti slime?" Tanya Minho lalu dia terkekeh pelan. Di saat seperti ini dia masih bisa bercanda.
"Jangan bercanda" kata Chan dengan wajah serius.
"Baiklah aku mengerti, jadi kita akan bercerai?" Tanya Minho dengan entengnya.
"Tidak, aiss kau tidur saja" kata Chan menarik selimut dan menyelimuti pria itu.
Chan mendengar gertakan gigi Minho, dia menggigil semakin keras.
"Hai! Ayo peluk aku" kata Chan sambil menepuk punggung Minho. Tapi nampaknya pria itu sudah terlelap. Chan lalu menarik tubuh pria itu dengan memeluknya dari belakang.
Dia membalikkan tubuh Minho agar menghadap ke arahnya.
"Bagaimana aku bisa menceraikan mu?" Gumam Chan sambil memegang wajah pria manis itu.
Minho terkejut saat sudah berada di pelukan pria itu. Apalagi tubuh mereka bertelanjang dada saat ini.
"Hmm diam" Chan kembali menarik tubuh pria itu. Dia memeluk pinggang pria itu, tidak ada jarak di antara mereka saat ini.
"Setelah anak ku lahir, aku akan membuang mu" kata Chan ketus sambil mengusap perut pria manis itu.
Minho terkekeh mendengar itu, dia lalu memberanikan diri untuk memeluk pria itu.
"Jika kau membuang ku, artinya kau yang akan menyusui anak mu" kata Minho sambil menyentil puting susu milik pria itu.
💦
"Hai! Cepat" Teriak Chan di depan pintu apartemen. Minho dengan susah payah menyeret kopernya.
"Sudah jangan manja" ujar Chan saat melihat Minho tengah kelelahan.
"Benar kita akan kembali?" Tanya Minho pada pria itu. Chan mengangguk sambil menatap ke arah ponselnya.
"Sebenarnya aku sangat sibuk, tapi ibu terus menerorku untuk membawa mu kembali" kata Chan dengan nada kesal. Minho mengangguk pelan.
"Maaf karena aku ibu mertua selalu memarahi mu" kata Minho sambil berjalan di belakang Chan.
"Kau kan memang pembawa masalah" jawab Chan. Minho mendengar itu terdiam, pria itu ternyata belum memaafkannya.
"Apa aku bisa mendapatkan maaf dari mu?" Tanya Minho lagi, pria Bang itu lalu menoleh dengan tatapan dingin.
"Tolong jangan berharap lebih saat aku sudah memperlakukan mu dengan baik" kata pria itu. Minho seketika berkaca-kaca.
"Baiklah" kata pria manis itu.
Pelukan hangat itu Minho dapatkan saat masuk ke dalam rumah. Ternyata ibu mertuanya sudah ada di sana.
"Ibu mendengar bahwa kau sakit? Bagaimana sekarang kau masih tidak enak badan?" Tanya wanita itu. Minho menggeleng lalu dia tersenyum, dia Ibu Chan benar-benar sangat mencemaskannya.
"Chan kau jaga Minho baik-baik ya" kata wanita itu kemudian dia menatap ke arah putra nya.
"Aku akan menjaga anak ku saja" kata pria itu singkat lalu dia pergi dari sana.
"Minho kau jangan hiraukan Chan, dia memang begitu. Tapi sebenarnya dia menyayangi mu juga" kata wanita itu berusaha menenangkan Minho.
"Hai! Kau pergi ke kamar!" Ujar Chan saat melihat Minho berada di dapur tengah memasak rutin.
"Aku masih bisa melakukannya" kata Minho. Chan lalu memutar bola matanya dan mendekat ke arah si manis.
"Kenapa kau sangat keras kepala?" Tanya Chan kesal.
"Tapi aku bosan duduk diam saja" kata Minho.
"Sudah aku malas berdebat dengan mu, tidur saja sana" kata Chan mengusir Minho dari sana.
"Kau akan pergi ke mana?" Tanya Minho saat melihat Chan sudah dengan pakaian yang sangat rapi.
"Aku ada pertemuan, kau diam saja jangan terlalu mengurusi aku" kata Chan ketus. Minho mengangguk, jujur dia benar-benar sedih saat Chan benar-benar dingin padanya.
"Jika ada masalah telepon aku, kau tahu kan nomor ku?" Tanya pria Bang itu.
Minho benar-benar ingin makan buah malam itu, saat dia membuka kulkas dia benar-benar merasa kecewa.
"Apa aku harus keluar membelinya?" Gumam pria itu, lalu dia menatap ke arah jam. Saat itu sudah menunjukan pukul 8 malam.
"Aku ke supermarket saja" kata pria manis itu.
Minho membeli beberapa buah segar, dia juga membeli bahan makanan di rumah yang sudah menipis stoknya.
Saat dia keluar, dia tak sengaja menabrak seseorang. Mata Minho terbelalak melihat sosok pria itu.
"Maaf" katanya tanpa menatap wajah Minho. Dengan cepat Minho langsung pergi dari sana.
Pria manis itu benar-benar tidak konsentrasi saat mengingat pria tadi.
"Bukankah dia Seungmin?" Gumam pria itu dengan berkaca-kaca. Dia lalu menutup wajahnya.
"AWAS!" Seseorang menarik tubuh Minho ke pelukannya.
"Aiss kenapa kau berkeliaran di luar?" Tanya Chan tiba-tiba datang ke sana. Minho masih terkejut dan mencoba mengatur napasnya.
"Kau hampir saja tertabrak mobil, bagaimana jika anak ku mati" kata pria Bang itu. Minho seketika berkaca-kaca mendengar itu, dengan cepat dia memeluk Chan.
"Maaf Chan" kata pria itu sambil menangis di pelukan suaminya. Pria Bang itu menghela napas sambil menutup matanya. Dia lalu mengangguk dan mereka pergi dari sana.
Dua bulan berlalu saat ini usia kehamilan Minho sudah menginjak 6 bulan.
"Apa kau mendengar detak jantungnya?" Tanya dokter kandungan itu pada Chan. Pria Bang itu mengangguk sambil melihat ke arah layar.
"Perkembangan bayinya sangat bagus, tapi Tuan Minho anda tolong jaga diri anda agar tidak stres" kata dokter itu. Minho mengangguk pelan, jujur Akhir-akhir ini dia banyak sekali pikiran.
TBC
Jangan lupa vote dan komen ya
KAMU SEDANG MEMBACA
SILENT CRY | BANGINHO✔
FanfictionNote: Sebelum baca wajib follow aku author dulu! BANGINHO FANFICTION Semua kesakitan dan kepahitan dia dapatkan, namun seberat apapun itu Minho tidak pernah menunjukannya pada orang lain. Saat di mana Chan datang membawa cinta untuknya tapi cinta...