5

240 28 30
                                    

Suasana ruangan bagian keuangan terlihat sibuk di siang itu. Mengingat sekarang waktu krusial pertama oleh tutup buku periode pertama di tengah bulan. Sudah tidak akan terlihat aneh jika Manager dan Chief yang ada di ruangan itu terlihat sangat sibuk dengan pekerjaannya oleh deadline yang mengharuskan mereka bekerja tanpa jeda.

Terlebih lagi Chief Min Yoongi yang sedari pagi sudah memancarkan aura awan penuh guntur di sekeliling tubuhnya. Tidak ada yang berani mengganggu konsentrasi bekerja nya yang terlihat mengerikan.

Namun, kini aura menyeramkan itu tak hanya terlihat pada Chief itu saja melainkan anak buah yang duduk di sampingnya pun kini memiliki aura gelap. hampir menyamai atasannya.

Suasana hati Jiwoo benar-benar sedang buruk. Seakan hati berbunganya tadi pagi tak pernah terjadi. Bahkan, Haneul saja tidak berani menanyakan apapun yang membuat gadis bermarga Kim itu tiba-tiba memiliki suasana hati yang buruk. Lebih buruk dari yang pernah di lihatnya.

Seusai rapat, Jiwoo masih terlihat baik-baik saja. Namun, suasana hatinya berubah beberapa menit setelah ia kembali duduk untuk menyelesaikan perkerjaannya. Jika bukan karena Jiwoo yang langsung membaca pesan setelah notifikasi berbunyi di ponselnya, mungkin suasana hatinya tak terlalu buruk. Padahal, tadi dia sudah menargetkan dirinya sendiri untuk tak menyentuh gawainya sampai pekerjaannya beres, mengingat sang atasan sudah mengomelinya dan tak mau kejadian itu terjadi lagi.

Namun, tentu saja pada akhirnya Jiwoo mengkhianati dirinya sendiri dan langsung menyesalinya begitu melihat nama Jungkook yang muncul di layar ponselnya.

Memang dasar, Jiwoo sudah berekspektasi tinggi dengan pesan yang di terimanya dari Jungkook. Dia mengira, pria itu akan berkomentar perihal bekal makan siang yang di buat Jiwoo pagi tadi. Namun, isi pesannya sangat bertolak belakang dengan apa yang ada pada ekspektasinya hingga membuat dirinya memiliki suasana gelap nyaris menyerupai Chief Min Yoongi yang tadi mengomelinya.

From: Jungkook.

Sepertinya hari ini aku tidak bisa ke apartemenmu. Ada kencan buta yang di siapkan ayah. Aku akan menginap di apartemenku sendiri malam ini.

Seketika hati Jiwoo yang tadinya sedang berbunga, terbakar oleh api cemburu.

Sebenarnya Jiwoo tahu, itu bukanlah kencan buta pertama yang di siapkan ayah Jungkook. Sudah berulang kali, dan setiap itu terjadi, api cemburu itu membakar hati Jiwoo tak bersisa. Membuat suasana hatinya selalu buruk.

"Aku sangat membenci ayah karena selalu menyiapkan kencan buta bodoh itu."

Jiwoo mendengus keras begitu mengingat kalimat yang sering Jungkook ucapkan tiap kali ayahnya menyiapkan kencan buta dengan anak konglomerat yang di kenalnya. Jungkook memang sering menggerutu perihal kencan buta yang di siapkan ayahnya, tapi pada akhirnya pria itu tetap saja menikmati kencan butanya dengan membawa siapapun gadis itu ke apartemennya untuk di tiduri. Hanya beberapa yang bertahan hingga seminggu dengan sikap berengsek Jungkook sebelum akhirnya tak pernah lagi bertemu dan memtuskan apapun hubungan mereka.

Jiwoo juga ingat kata-kata Jungkook sebelumnya yang tak mau hidupnya terkontrol oleh ayahnya. Tapi pada kenyataannya, Jungkook masih saja menuruti apapun yang ayahnya inginkan. Jiwoo mengerti, meskipun Jungkook tidak begitu menyukai ayahnya, namun dia tetaplah ayah kandungnya. Ada darah yang mengalir dalam tubuhnya.

Bisa dikatakan, isu komitmen Jungkook muncul karena ayahnya.

Di mata Jungkook cinta hanyalah sebuah mitos. Jika bukan, kenapa ayahnya bisa melupakan perasaan terhadap ibunya yang sudah hidup berdampingan dengannya dalam waktu cukup lama? Semudah itu melupakan? 

DandelionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang