Kim Jiwoo menguap untuk yang ke empat kalinya di siang itu. Karena tadi saat istirahat dia terlalu kalap oleh makan siang yang dia buat dan bawa sendiri, kini dia harus bergelut dengan rasa kantuknya yang mulai mengganggu konsentrasinya dalam bekerja. Padahal sebentar lagi dia harus memberikan list pembayaran pada vendor yang bekerja sama dengan perusahaan yang sedang di gelutinya di minggu pertama pada Chief Min Yoongi yang terlihat begitu fokus di samping kubikel miliknya.
Jiwoo berdeham pelan sembari membenarkan posisi duduknya. Mengedipkan matanya beberapa kali, antisipasi agar fokusnya kembali karena jangan sampai nantinya terdapat list yang terlewat hingga membuat pekerjaannya tidak sempurna. Jiwoo tidak mau ada cacat meski itu hanya sedikit.
Dia hanya tidak mau mendapat omelan dari sang atasan yang memang sudah terlihat dikelilingi awan mendung dari pagi. Jiwoo memang tahu bahwa awan mendung itu tidak hanya hari ini mengelilingi aura hitamnya. Hampir setiap hari awan itu akan bersemayam di sekeliling tubuhnya. namun entah kenapa dan tidak mau memedulikannya, pagi ini rasanya awan itu terlihat lebih banyak dan besar. Sehingga membuat gadis itu enggan hanya untuk menyapanya karena takut kena omelan tak berarti dari sang atasan.
"Apa kau sudah bisa mengirimkan list detail pembayarannya padaku, nona Kim?"
Suara berat itu berhasil membuat Jiwoo langsung mengalihkan perhatiannya dari layar komputer untuk menoleh ke arah sumber suara. Rasa kantuk yang tadinya menggaggu, seakan sirna hanya dengan pertanyaan singkat dari atasannya.
Meski Min Yoongi sedang mengetik dan masih memokuskan kedua matanya pada komputer di hadapannya, namun Jiwoo tahu bahwa atasannya yang menyeramkan itu tidak ingin menunggu terlalu lama untuk mendapatkan jawabannya.
"Aku akan mengirimkannya lima belas menit dari sekarang, chief."
Yoongi diam untuk sejenak. Menyipitkan kedua matanya seperti sedang membaca apapun yang muncul di layar komputernya sebelum kembali pada air mukanya yang sama sekali tidak menunjukkan satupun ekspresi. "Kurangi waktunya. Manager Song sudah memintaku untuk segera mengirimkan drafting persetujuan. Hari ini juga aku harus pergi ke bank sebelum rapat dengan bisnis unit." Ucapnya final. Membuat Jiwoo tak bisa lagi membalas perkataannya dengan alasan lain.
"Baik, chief."
Dalam hati sebenarnya Jiwoo berteriak pada atasannya itu dengan kata-kata kasar. Karena menurutnya lima belas menit termasuk waktu yang cukup sebentar untuk dirinya menyelesaikan pekerjaannya. Namun tidak ada yang bisa Jiwoo lakukan selain menurut. Karena jika membantah, dia tidak tahu nasibnya akan seperti apa.
Meski sudah setahun dia bekerja sebagai salah satu team keuangan di perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur ini, namun dari awal dia mengenal Min Yoongi, pria itu sama sekali tidak pernah bersikap baik padanya. Begini, tersenyum tulus saja Jiwoo belum pernah melihatnya. Hanya ulasan senyum professional yang pernah ia lihat. Padahal wajahnya bisa dibilang menawan untuk orang yang memiliki sikap dingin sepertinya. Jiwoo sangat menyayangkan hal itu. Memiliki wajah tampan tapi sikapnya yang dingin membuat ketampanan itu seakan tak terlihat.
Awalnya Jiwoo berpikir Yoongi tidak menyukainya sehingga membuat pria itu tak pernah menunjukkan sikap baiknya pada Jiwoo. Namun setelah teman satu kantornya Park Haneul memberitahunya mengenai atasannya yang memang bersikap seperti itu pada siapapun termasuk Haneul sendiri, Jiwoo tidak begitu menggubris sikap dinginnya dan juga celetukan yang terkadang membuat Jiwoo ingin menjambaknya hingga botak.
"Dan oh nona Kim?"
Panggilan itu terdengar lagi hingga membuat Jiwoo kembali memokuskan perhatiannya pada Yoongi.
"Lain kali kurangi makan siangmu. Selain menghindari kantuk setelah jam istirahat berakhir, itu juga akan membuat dirimu semakin sehat karena tidak makan berlebih." Lanjutnya tanpa menunggu Jiwoo menyahut. Sebenarnya tidak begitu aneh mendengar atasannya itu berkomentar perihal dirinya yang banyak menguap. Karena meskipun Jiwoo hanya berdendang pelan, Yoongi juga akan mengomentarinya agar tak bersuara karena telah mengganggu konsentrasinya.
Namun entah mungkin Sekarang emosi Jiwoo yang kurang stabil oleh kantuk, membuat dirinya bersusah payah untuk menahan diri agar tidak meledak begitu saja kepada atasannya. Jadi yang gadis itu lakukan adalah mengepalkan kedua tangannya dengan erat. Menahan dirinya untuk tidak meraih rambut hitam atasannya untuk di jambak.
Benar bukan? Tidak hanya sikapnya yang dingin, namun mulut itu bisa dengan seenaknya mengatakan sesuatu yang bisa membuat siapapun naik darah.
***
"Sudah kukirimkan ke manager Song." Ucap Yoongi begitu dia berhasil menekan 'Kirim' pada opsi email yang tertera di layar komputernya. Dia juga mengembuskan napas keras sembari mengusap wajahnya. "Tadi ada kesalahan kecil dalam memasukan amount banking charge untuk beberapa vendor. Lain kali lebih hati-hati lagi. Kantuk jangan dijadikan sebagai alasan." Lanjutnya, kini kedua sikutnya bertumpu pada meja dengan menautkan kedua tangannya. Wajahnya menghadap Jiwoo untuk menatap gadis itu secara langsung.
"Baik, chief." Jawab Jiwoo seadanya tanpa membalas tatapan Yoongi. Terlalu malas untuk menanggapinya. Karena kerjaan yang tadi sempat tertunda oleh adanya perintah Yoongi, masih jauh dari kata selesai. Sedangkan dia sudah ditargetkan untuk selesai hari ini.
Setelah itu tidak ada komentar apapun lagi dari Yoongi. Hening. Namun dari sudut matanya, Jiwoo bisa melihat bahwa Yoongi belum melepaskan tatapannya dari Jiwoo.
Dengan gerakan canggung, Jiwoo menoleh ke samping. Membalas tatapan Yoongi yang terus terpaku pada gadis itu meski keduanya sudah saling bertatapan. Jiwoo hanya bisa menelan air liurnya begitu mata monolit gelap milik Yoongi seakan menatapnya jauh kedalam sana. Seperti sedang menelanjangi pikirannya yang sekarang sedang kalang kabut oleh perlakuan atasannya itu.
Jantung malangnya berdebar. Bukan karena Jiwoo senang, namun justru sebaliknya. Jiwoo takut.
Biasanya, Yoongi akan menatapnya seperti itu ketika pekerjaan Jiwoo sedang mengalami masalah. Tadi Yoongi memang berkata bahwa Jiwoo ada salah memasukkan amount pada beberapa vendor. Namun bukankah tadi dia sendiri yang bilang bahwa itu bukanlah masalah besar?
"Ada apa, chief?" tanya Jiwoo akhirnya. Dia hanya tidak senang dengan keheningan canggung yang diciptakam oleh atasannya itu.
Yoongi terdiam untuk beberapa detik. Masih betah mengunci tatapannya dengan Jiwoo yang sudah terlihat tidak nyaman. Sebelum akhirnya pria itu membuka suara. "Tidak ada. Aku hanya ingin memberi tahumu bahwa aku akan ke pergi ke bank sekarang." Ucapnya sembari berdiri dari kursinya.
Sialan, kenapa harus dengan tatapan seperti itu?
Jiwoo hanya bisa mengerjapkan matanya begitu akhirnya tatapan keduanya terlepas. Dia juga berdeham pelan sebelum kembali menatap layar komputernya. Dan kini entah kenapa suhu ruangan terasa agak panas. siapa yang sudah menaikkan suhu pendingin ruangan, sih?
"Oh, nona Kim?" panggilan itu berhasil membuat Jiwoo kembali menatap atasannya yang kini sudah mengenakan jas hitam yang sebelumnya dia sampirkan pada punggung kursi.
Jiwoo hanya menatapnya tanpa menjawab. Tenggorokannya masih agak tercekat oleh rasa canggung dan takutnya tadi.
"Minumlah ini." Yoongi meletakan satu bungkus kecil kopi yang baru ia ambil dari kotak persediaan di mejanya ke meja Jiwoo. "Jangan sampai ketika aku kembali, kau sedang tidur. Jangan khawatir, kopi ini hanya mengandung 5 kalori. Pastikan jangan memakai gula karena akan menambah kadar kalorinya. Aku pergi."
Sebelum Jiwoo mengucapkan terima kasih, Yoongi sudah berlalu hingga punggungnya tak lagi terlihat di ruangan itu. Dia juga mengambil bungkusan kopi itu sebelum mendecakkan lidahnya. Tidak habis pikir dengan sikap atasannya tadi. Padahal tadi Jiwoo sudah ketakutan dan tidak nyaman. Takut-takut Yoongi akan mengomelinya dengan hal lain.
Mungkin tadi Yoongi menatapnya karena ingin memastikan bahwa Jiwoo memang sudah sangat mengantuk. Makanya dia langsung memberikan kopi itu. Sikap atasannya itu benar-benar ajaib.
——
Welcomee, ini project pertamaku dengan Moonchild Club.
Mohon maklum yah dengan tulisanku ini. Nulis chapter pertama itu bener bener dah suka pengen nangis karena bingung kudu begimana 🥲Nanti bakalan aku update setiap selasa btw.
Thanks for reading 🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelions
Fanfic"Dia mengingatkanku akan bunga dandelion. Meski terlihat rapuh, namun sebenarnya bunga itu memiliki arti pengharapan, keceriaan dan cinta. ketiga kategori itu merangkap menjadi satu pada dirinya. membuatku tak begitu takut untuk kembali berharap aka...