24

232 24 12
                                    

Mobil yang di tumpangi Jiwoo dan Yoongi berhenti begitu keduanya sampai di depan gedung apartemen Jiwoo. Karena Yoongi dan Jiwoo sama-sama meminum beberapa botol soju, Yoongi yang hari itu membawa mobilnya ke kantor, harus menyewa supir dadakan untuk membawa keduanya pulang. Tidak mungkin juga lelaki itu membawa mobilnya setelah menenggak soju meskipun tak sampai mabuk. Yoongi hanya tidak mau mengambil resiko keduanya akan mengalami kecelakaan jika dia sendiri yang menyetir mobilnya.

Jiwoo menoleh, menatap Yoongi yang juga duduk di sampingnya di jok belakang. "Terima kasih sudah mengantarku pulang." Ucap Jiwoo. Wajahnya yang sedikit merah karena soju, terlihat cerah dengan senyumannya yang lebar.

Yoongi menganggukkan kepalanya, membalas senyuman Jiwoo. "Aku akan mengantarmu sampai atas." 

Jiwoo meletakkan tangannya di atas paha Yoongi ketika melihat pergerakan Yoongi yang seperti akan keluar mobil. "Tidak perlu, kau langsung pulang saja. Ini sudah hampir tengah malam." Tolak Jiwoo. "Lagi pula besok kita harus kembali bekerja."

"Dan membiarkanmu jatuh saat menaiki tangga? Tidak akan ku biarkan." Sebelum kembali mendengar penolakan dari Jiwoo, Yoongi sudah membuka pintu mobil dan menuruninya. Membuat gadis itu ikut turun dari mobil.

"Aku tidak semabuk itu hingga membuatku terjatuh." ucap Jiwoo sembari menatap Yoongi yang berjalan ke arahnya.

Yoongi tertawa pelan. "Tapi wajahmu sudah sangat merah. Kau yakin tidak mabuk?" Ucapannya membuat Jiwoo dengan sendirinya memegang kedua pipinya yang terasa hangat. Tidak begitu yakin karena efek dari soju yang di konsumsinya atau karena sikap manis Yoongi yang lagi-lagi membuat gelenyar meneyenangkan itu kembali terasa.

Jiwoo menggelengkan kepalanya. Masih tersenyum. "Kali ini aku tidak begitu mabuk. Hanya tipsy." Lalu ia terkekeh pelan seperti gadis sekolah.

"Tidak apa, ayo aku antar." Yoongi menyentuh punggung bagian bawah Jiwoo dan mendorongnya dengan gerakan pelan. Meminta gadis itu untuk segera berjalan ke depan gedung apartemennya.

Lagi-lagi Jiwoo menghentikan langkahnya yang membuat Yoongi pun ikut berhenti. "Sampai sini saja, Yoongi. Bagaimana jika supir sewaanmu membawa mobilmu kabur jika kau mengantarku sampai atas?"

Mendengar ucapan Jiwoo, Yoongi tertawa pelan. "Kau tahu dia tidak bisa melakukannya karena aku bisa langsung melacak orang itu lewat aplikasi."

"Hmm.. kau ada benarnya juga." Jiwoo mengerjapkan matanya dengan lucu. "Tapi aku benar bisa berjalan sendiri menuju unitku. Jika aku terjatuh, aku janji akan langsung memberi tahumu."

"Apa ada alasan lain kenapa aku tidak perlu mengantarmu sampai atas? Apa kau takut aku akan bertemu lagi dengan kekasihmu?"

Kening Jiwoo mengerut samar. "Kekasihku? Siapa?"

"Jungkook."

Mendengar nama itu membuat Jiwoo langsung mengedipkan matanya. "Aku sudah memberi tahumu, Jungkook hanya sahabatku."

Yoongi mengerucutkan bibirnya. Tidak begitu yakin dengan jawaban Jiwoo karena siapa juga yang akan percaya jika mereka tidak memiliki hubungan apapun ketika Yoongi sudah melihatnya secara langsung bahwa lelaki itu seperti tinggal satu atap dengan Jiwoo.

"Yoongi."

Panggilan itu membuat Yoongi mengangkat kedua alisnya. Membuyarkan semua pikirannya. "Ya?"

Lalu tanpa terduga, Jiwoo mendekatkan dirinya pada Yoongi hingga membuat lelaki itu mematung ketika merasakan bibir kenyal sang puan bersinggungan dengan pipinya untuk beberapa detik.

Jangan di tanya soal debaran jantungnya yang berdegup kencang. Bahkan Yoongi juga merasakan denyar menyenangkan di perutnya.

Jiwoo menjauhkan wajahnya. Bibirnya menyunggingkan senyum  manis yang lebar hingga membuat matanya menghilang. "Terima kasih untuk makan malamnya." Bisik Jiwoo di hadapan wajah Yoongi yang masih membelalakan mata sabitnya. "Hati-hati di jalan, Chief Yoongi."

DandelionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang