20

216 19 14
                                    

"Tunggu sebentar. Aku harus pakai baju seperti apa?"

Pertanyaan itu dengan sendirinya lolos dari bibir Jiwoo begitu ia berdiri di hadapan lemarinya setelah selesai mandi. Tubuhnya masih terbelit handuk putih. Kedua matanya mengedip dengan lucu oleh kebingungan yang dia rasakan.

Yoongi mengajaknya ke apartemennya untuk memakan makanan yang ibunya bawa. Apa ini termasuk kencan?

Jiwoo menggelengkan kepalanya. Mengenyahkan pikiran itu. Tentu saja bukan. Justru jauh dari kata kencan. Sembari mendengus pelan, akhirnya Jiwoo mengambil baju apapun yang akan membuatnya nyaman. Bukan dress seperti yang tadi sempat terlintas di kepalanya. lagi pula ia akan makan malamnya di apartemen Yoongi, bukan di restoran mahal.

Setelah Jiwoo siap, dia langsung meninggalkan unitnya untuk segera ke tempat Yoongi saat waktu tepat menunjukkan pukul tujuh. Tidak dengan tangan kosong tentunya. Jiwoo membawa satu botol wine milik Jungkook yang pria itu simpan di apartemennya.

Setiap langkah yang Jiwoo ambil, rasanya seperti memicu kupu-kupu yang ada di perutnya untuk berterbangan dengan brutal. Semakin presensinya dekat dengan gedung hunian Yoongi, jantungnya semakin tak bisa lagi ia kontrol untuk tetap tenang.

Jiwoo memang pernah berada di dalam unit Yoongi sebelumnya. Pada saat gadis itu mabuk berat yang membuatnya untuk menginap satu malam di sana. Masih ada misteri yang belum terbongkar hingga saat ini. pasalnya Yoongi terlihat salah tingkah dengan wajah merah merona ketika Jiwoo menanyakan apa yang sebenarnya terjadi di saat Jiwoo sudah mabuk berat.

Sesampainya di depan pintu dimana Yoongi tinggal, Jiwoo menundukkan wajahnya. Memejam mata untuk sejenak sebelum mendongak dan menekan bel. Demi Tuhan, kenapa Jiwoo merasa gugup seperti ini? ia hanya akan bertemu dengan atasannya yang sering ia temui di tempat kerjanya. Bukan untuk menemui kekasihnya.

Suara kenop pintu yang di putar membuat Jiwoo mendongakkan kepalanya. Dan senyuman itu terbit begitu akhirnya sang pemilik rumah membukakan pintu. Menampilkan presensi Yoongi yang juga sedang tersenyum menyambut kedatangannya.

"Oh kau sudah datang," sapanya sembari membuka pintu dengan lebar. "Masuklah."

Tanpa di suruh dua kali, Jiwoo melangkah masuk ke dalam hunian Yoongi. Wangi makanan langsung menyeruak masuk melalui penghidunya. Membuat cacing di perutnya memberontak untuk segera di beri makan. Mengingat jika Jiwoo belum memakan apapun sepulang dirinya berjogging.

"Duduk saja dulu di ruang tengah, sup soelleongtang belum selesai ku panasi." Ucap Yoongi membuat atensi Jiwoo kembali mengarah padanya. Ah.. itu sebabnya Yoongi masih mengenakan Celemek.

"Biar ku bantu, Chief."

Yoongi menggelengkan kepalanya. "Tidak perlu. Kau tamuku. Duduk saja dulu. Aku hanya butuh waktu lima menit untuk menyelesaikan semuanya."

"Kalau begitu biar aku saja yang menyiapkan piringnya." Karena merasa tak enak pada atasannya, Jiwoo kembali menawarkan bantuannya.

"Sudah ku siapkan, hanya tinggal menunggu sup." Jawab Yoongi dengan suara beratnya yang terdengar tenang. "Tidak apa, duduk saja dulu. Tunggu sebentar," lalu setelah itu Yoongi berjalan ke arah dapur terbukanya meninggalkan Jiwoo yang masih berdiri di tempatnya seperti orang bodoh.

Karena masih merasa tidak enak, akhirnya Jiwoo memilih untuk berjalan ke arah dapur terbuka dimana Yoongi masih terlihat sibuk di sana. Menduduki salah satu kursi tinggi yang tepat berada di hadapan meja granit. Lebih baik menunggu di tempat Yoongi berada. Siapa tahu bisa menghilangkan sedikit kecanggungannya.

Yoongi mendongak di saat Jiwoo sudah duduk pada kursi tinggi dan sedang meletakan goody bag berisi wine yang di bawanya.

"Aku membawa wine." Katanya sembari mengeluarkan botol wine dan menyimpannya ke atas meja granit.

DandelionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang