"Nona Kim, bukankah tadi sudah ku bilang untuk segera mengirimkan budget report sebelum jam istirahat? Kau tahu sekarang sudah jam berapa?"
"Maaf Chief, sepertinya budget akan ku kirimkan setelah jam istirahat. Tadi sempat ada kendala dengan sistem baru yang kupakai sehingga membuat data nominal amount tidak sesuai dengan perhitungan tiga anak perusahaan."
"Sudah menghubungi pihak IT dengan kendala yang kau alami?"
"Sudah, Chief."
"Lalu kenapa tidak melaporkannya padaku jika kau memiliki kendala?"
Jiwoo melipat bibirnya dengan perasaan gugup. Sebenarnya Jiwoo sudah ingin melaporkan kendala yang di alaminya pada sang atasan. Namun, karena melihat awan penuh dengan guntur dan angin ribut di sekeliling tubuhnya, ia urung. Tidak mau membuat mood atasannya itu bertambah buruk. Tapi sepertinya dengan dirinya yang tidak melapor justru makin memperparah mood atasannya itu.
Sudah seminggu sejak Yoongi mangajak Jiwoo untuk pergi minum berdua dengannya. Perkiraan Jiwoo sungguh meleset dengan apa yang sudah di prediksinya perihal sikap Yoongi yang sempat berubah ketika mereka berdua berada di bar teman atasannya itu. Sampai-sampai Jiwoo ingin mengajak pria yang memiliki sorot mata tajam itu ke apartemennya namun urung karena takut akan hal lain terjadi pada mereka malam itu. Jiwoo sudah mabuk, dan gadis itu tidak pernah memercayai dirinya sendiri ketika dia sedang mabuk. Tidak, semenjak kejadian di mana dia dan Jungkook terjadi.
Dan untung saja dia tak mengeluarkan kata-kata yang sempat melewati benaknya kala itu. Karena meskipun Jiwoo merasakan perubahan sikap Yoongi ketika keduanya minum, besoknya, Jiwoo sama sekali tidak menemukan sikap atasannya yang baru dilihatnya semalam.
Seperti tak terjadi apapun, pria itu kembali memperlakukan Jiwoo dengan sikap galaknya. Awalnya Jiwoo pikir, mungkin itu adalah sikap professional ataasannya jika mereka berada di tempat kerja. Namun, meskipun waktu istirahat tiba, tidak ada perubahan signifikan dengan sikap Yoongi padanya. Bahkan ketika mereka sedang berada di pantry, Yoongi tak pernah lagi terlihat ramah pada Jiwoo.
Pria itu kembali bersikap dingin. Kembali mengomeli Jiwoo yang hanya bergumam mendendangkan sebuah lagu disaat rasa kantuk menyerangnya. Tidak lagi menemukan lengkungan senyum tipis pada bibirnya barang sedikitpun.
Sama seperti sekarang. Kedua alisnya terlihat menukik tajam ketika kedua netra gelap itu menatap sang puan yang belum menjawab pertanyaanya.
Dengan perubahan sikap itu, terbitlah pertanyaan pada benak Jiwoo. Apa mungkin kala itu Yoongi bersikap baik hanya karena reaksi alkohol yang membuat dirinya sedikit tenang? Namun, sebelum mereka minum, Yoongi sudah terlihat berbeda meski tak begitu kentara. Jiwoo benar-benar tidak mengerti.
"Karena kupikir masalah ini bisa dengan cepat terkendali sehingga aku masih bisa mengirimkan laporan padamu sesuai waktu yang kau perintahkan." Alasan yang lemah, namun hanya itu yang bisa terpikirkan oleh Jiwoo. Gadis itu sama sekali tidak bisa memikirkan apapun lagi karena melihat wajah Yoongi yang terlihat begitu menyeramkan.
"Dan apa prediksimu benar?"
"Tidak, Chief." Gumam Jiwoo. Akhirnya gadis itu hanya bisa tertunduk. Bisa terdengar Yoongi mengembuskan napasnya dengan kasar. Lalu suara ketikan keyboard kembali terdengar yang membuat Jiwoo mendongakkan kepalanya.
"Ku tunggu setengah jam setelah jam istirahat berakhir." Mulai Yoongi setelah dia kembali memokuskan dirinya pada komputer di hadapannya. Aura di tubuhnya semakin gelap. beruntung kedua mata elang itu tak lagi menatap Jiwoo secara langsung. "Beri tahu aku jika kau mendapatkan kendala lagi. Sekecil apapun kendala yang kau hadapi, kau harus segera melaporkannya padaku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelions
Fanfiction"Dia mengingatkanku akan bunga dandelion. Meski terlihat rapuh, namun sebenarnya bunga itu memiliki arti pengharapan, keceriaan dan cinta. ketiga kategori itu merangkap menjadi satu pada dirinya. membuatku tak begitu takut untuk kembali berharap aka...