Hal pertama yang Jiwoo sadari sedetik setelah kedua matanya terbuka dari tidurnya adalah ia sedang tidak berada di kamar apartemennya. Karena kepalanya terasa seperti sedang berputar, Jiwoo masih menidurkan kepalanya pada bantal yang sedari tadi ia gunakan.
Kedua matanya menatap sekeliling kamar yang terlihat cukup luas dengan nuansa monokrom. Apa Jiwoo sedang berada di hotel?
Gadis itu menoleh ke samping. Bernapas lega karena tidak menemukan pria asing di sampingnya. Bahkan dia masih berpakaian lengkap.
Dengan gerakan perlahan, Jiwoo bangkit dari posisi berbaringnya. Mengerang pelan sembari memegang kepalanya yang masih saja terasa berputar. Apa yang terjadi semalam? Ingatannya samar karena ia terlalu mabuk untuk mengingatnya. Yang terakhir ada di ingatannya hanyalah mengobrol dengan Seokjin, pemilik bar dimana pria itu adalah teman baik atasannya.
Astaga, Jiwoo benar-benar tidak mengingat kejadian semalam.
Meskipun gadis itu ingin sekali menetap di ranjang, namun ia harus segera mencari tahu sebenarnya ia sedang berada di mana.
Sebelum itu, Jiwoo kembali menoleh ke samping. Dimana tadi ia melihat ponselnya tergeletak di atas nakas berwarna putih yang berada tepat di samping tempat tidur. Mengambilnya dan segera menyalakan ponselnya. Kedua matanya membulat lebar setelah melihat notifikasi yang masuk. Banyak panggilan tak terjawab dan juga pesan singkat. Dan semua itu dari pria yang sekarang sedang tak mau Jiwoo temui.
Melihatnya, Jiwoo berniat untuk menghubungi Jungkook. Tak ingin membuat sahabatnya bertambah khawatir akan keadaannya yang sangat sulit untuk di hubungi dari semalam. Jiwoo sudah membuka kontaknya, bahkan ia nyaris mengetuk nama Jungkook untuk segera menghubunginya. Namun, tiba-tiba saja pergerakannya terhenti. Jarinya mengambang di udara tepat di atas nama Jungkook. Keraguannya merangak naik.
Apa perlu Jiwoo menghubungi Jungkook? Bukankah ia sudah bertekad untuk menjaga jarak dengan sahabatnya itu agar perasaannya terjaga?
Jiwoo mengembuskan napasnya dengan keras. Kembali menekan tombol kunci sehingga ponselnya menampilkan layar hitam.
Tidak. Sepertinya Jiwoo tidak perlu menghubungi Jungkook saat ini. lagi pula, memangnya Jiwoo sudah siap untuk bertemu dengannya? Karena sudah di pastikan, Jungkook akan langsung datang menjemputnya setelah Jiwoo memberi kabar pada pria itu. Jangankan bertemu, melihat isi pesannya saja, hati Jiwoo sudah kembali berdenyut karena mengingat foto sialan yang membuatnya mabuk hingga tak sadarkan diri dan membuatnya bangun di tempat asing.
Ah... benar juga. Lebih baik sekarang Jiwoo mencari tahu dulu dimana ia sebenarnya.
Tanpa menyimpan ponselnya, Jiwoo mengayunkan kedua kakinya hingga menapak lantai. Melangkahkan tungkainya dengan perlahan menuju satu-satunya pintu yang terdapat di dalam ruangan ini. Berharap bisa mendapatkan jawaban yang di inginkannya begitu keluar dari ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelions
Fanfiction"Dia mengingatkanku akan bunga dandelion. Meski terlihat rapuh, namun sebenarnya bunga itu memiliki arti pengharapan, keceriaan dan cinta. ketiga kategori itu merangkap menjadi satu pada dirinya. membuatku tak begitu takut untuk kembali berharap aka...