19

245 24 16
                                    

Maaaaaaafff yeorobuuun karena baru up lagi setelah mangkir 2 minggu :((
Karena mba rona, aku kudu istirahat pas minggu kemaren ekek.. sekarang sebenernya masa isoman belum beres, tapi karena sudah membaik, aku sempetin nulis hehe.. buat nambahin imun jugaa..
Tapi maaf gak sepanjang yang di harapkann..
Sudah bisa nulis alhamdulillaah untukku hehe
Btw makasih jugaaa yang masih nunggu dan baca.. lope badags pokonyaa 🖤🖤
Semoga chap ini menghilangkan rindunya sama Jeka dan Yoongi yaah...
Selamat membaca 🖤🖤

—————

"Di hari minggu kau akan pergi bekerja? Atau hanya sekadar bertemu dengan seseorang?" tanya Jiwoo di saat kedua irisnya memperhatikan Jungkook yang sedang bercermin. Tubuh kekarnya sudah mengenakan kemeja hitam dengan dua kancing terbuka dan juga celana kain dengan warna senada.

Rambut yang sudah terlihat menyentuh pundaknya, ia ikat sehingga meninggalkan kesan rapi. Bisa di bilang Jungkook ini bekerja pada satu perusahaan yang mengharuskan semua pegawainya terlihat rapi. Dan seharusnya sebagai wakil direktur dan juga calon penerus perusahaan seperti dirinya, harus mencontoh pegawai lainnya dalam berpakaian rapi.

Namun dia selalu menepis semua stereotype itu. Katanya masa bodoh dengan itu semua. Lagi pula dia memang tidak menginginkan jabatan itu jika bukan karena paksaan ayahnya. tidak hanya rambut saja, lengan kanannya pun sudah tertutup oleh tinta hitam yang tiap gambarnya memiliki arti penting untuk pria bermarga Jeon itu.

Bahkan baru-baru ini Jungkook memperlihatkan tato barunya pada Jiwoo.

"Ji, aku punya tato baru. Kau mau lihat?"

"Sekarang kau melukai kulitmu dimana?"

"Eiy, ini seni, Ji. Bukan melukai. Mau lihat tidak? Aku membuatnya karena mengingatmu."

Kening Jiwoo mengerut samar. "Mengingatku?"

"Hmm. Kemarilah. Akan ku perlihatkan." Jungkook membuka kausnya hingga membuat Jiwoo mengerjapkan mata karena tiba-tiba ia memperlihatkan perutnya yang semakin berotot. Pria itu juga memperlihatkan bisep yang kini sudah terisi penuh oleh tinta hitam dengan gambar bunga dandelion dan tiger lily yang saling berdampingan. Sebentar... dandelion?

Kedua bibir Jungkook tertarik ke atas ketika atensi Jiwoo sepenuhnya sudah mengarah pada gambar dandelion di bisepnya yang masih terlihat kemerahan. "Kau menyukainya?" bisik Jungkook.

Jiwoo terdiam untuk beberapa saat. Dan dengan sendirinya gadis itu meraih liontin berbentuk bunga dandelion yang tak pernah ia lepas dari semenjak Jungkook memakaikannya. Senyuman Jungkook melebar.

"Dandelion ini bunga yang melambangkan akan dirimu, dan tiger lily adalah bunga yang melambangkan aku. Bagaimana? kau menyukainya?"

Bohong jika Jiwoo tidak merasa tersipu disana. Pasalnya sebuah tato adalah hal yang permanen. Sebelumnya Jungkook memang selalu memperlihatkan tatonya tiap kali pria itu baru mendapatkannya. Namun itu adalah kali pertama Jungkook memberi tahu Jiwoo bahwa ada sesuatu mengenai dirinya yang ia gambar dengan permanen di kulitnya.

Jungkook melirik Jiwoo yang sedang duduk bersila di tengah ranjang besar miliknya lewat cermin yang ada di hadapannya sembari menyematkan dasi pada kerah kemeja. "Aku harus menyelesaikan laporan sebelum pergi dinas."

Jiwoo hanya menanggukkan kepala.

Baru-baru ini Jungkook memberi tahu Jiwoo mengenai pergi dinasnya yang akan ia lakukan seminggu dari sekarang. Kali ini katanya berbeda dari dinas luar sebelumnya di saat Jungkook ke New York. Kali ini ia di tugaskan untuk pergi ke Jepang dimana anak perusahaan ayahnya sedang mengalami masalah disana. Dan kemungkinan besar keberadaan Jungkook di Jepang akan memakan waktu yang cukup lama.

DandelionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang