"Nona Kim, bisa kau kirimkan budget mingguannya padaku sekarang?"Yang di ajak bicara, terus terdiam. Menatap layar komputer di hadapannya dengan alis menukik. Pertanda bahwa Jiwoo benar-benar fokus hingga tak mendengar suara Yoongi yang berbicara padanya di samping.
Karena tak kunjung mendapatkan jawaban yang di tunggunya, Yoongi menoleh dan menatap Jiwoo secara langsung. "Nona Kim?" panggilnya sekali lagi dan Jiwoo masih saja terfokus pada pekerjaanya. Yoongi melirik telinga sang puan. Takutnya dia tidak menyahut karena sedang mendengarkan musik lewat earphone. Namun, tidak. Yoongi tidak melihat alat itu menempel di telinganya.
Penasaran, Yoongi mendorong kursi kerjanya untuk mendekati presensi Jiwoo. Karena Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam dimana jam pulang sudah lama terlewati, Yoongi bisa leluasa untuk mendekati Jiwoo tanpa takut teman satu koleganya melihat interaksi keduanya. Di ruangan itu hanya tinggal tiga orang. Hanya ada Yoongi, Jiwoo dan Manager Song yang tidak bisa melihat keduanya karena terhalang oleh sekat kubikel.
"Sebenarnya kau sedang mengerjakan apa sampai panggilanku tidak terdengar?" gumam Yoongi di dekat telinga Jiwoo dengan suara pelan dan berat. Kedua matanya ikut menatap layar komputer yang sedari tadi Jiwoo gunakan.
Jiwoo terkesiap keras sembari menoleh ke arah Yoongi dengan mata membulat lebar. "Chief?!" pekik Jiwoo lumayan nyaring, hingga membuat Yoongi memundurkan tubuhnya dengan kedua mata membulat. Kini bagian dirinya yang terkejut oleh reaksi Jiwoo.
"Kau kenapa, Nona Kim?" kali ini bukan Yoongi yang bersuara, melainkan orang ketiga yang ada di ruangan ini selain mereka.
Jiwoo dan Yoongi mendongak, mengalihkan atensi keduanya untuk melihat
Manager Song yang sedang berdiri di tempatnya sembari menatap Jiwoo dengan kedua alis menyatu. "Ada masalah?" tanya Manager Song lagi.Yoongi kembali menatap Jiwoo. Dan yang gadis itu lakukan sebelum menjawab pertanyaan sang Manager adalah melirik Yoongi yang kini sedang memperhatikannya tanpa satupun ekspresi. Masa saja Jiwoo harus menjawab jika dia terkejut
Karena tiba-tiba Yoongi sudah berada di dekatnya? "O-oh, tidak. Hanya terkejut karena tadi saya melihat... kecoa." Entahlah, hanya itu alasan yang terlintas di kepala Jiwoo."Hmm." Gumam Manager Song sambil mengerucutkan bibirnya, terlihat tidak begitu peduli meskipun tatapannya masih menatap Jiwoo. "Omong-omong, kapan kalian akan pulang?"
Yoongi ikut menatap Manager Song. "Sepertinya jam Sembilan." Jawab Yoongi sembari melihat jam tangannya sebelum kembali menatap sang atasan. "Saya masih harus mengerjakan budget mingguan yang belum di kirimkan Nona Kim."
Jiwoo mengedipkan matanya berulang kali setelah mendengar jawaban Yoongi. Dia belum mengirimkan budget? Benarkah? Padahal Jiwoo sudah menyelesaikannya sejak sepuluh menit yang lalu.
"Tidak apa jika saya duluan pulang? Ada urusan pribadi yang harus saya selesaikan."
"Tidak apa, pak. Kami tidak keberatan sama sekali." Jawab Yoongi masih dengan wajah datarnya. Sebagai jawaban, Manager Song hanya tersenyum sebelum kembali menduduki kursi kerjanya.
Bebarengan dengan itu, Yoongi juga kembali memutar kepalanya untuk menatap langsung ke arah jiwoo. "Jadi, kapan kau akan memberikan budget mingguannya padaku? Belum selesai kau kerjakan?"
"Sudah, Chief. Memangnya aku belum mengirimkannya padamu?"
"Aku tidak akan bertanya jika aku sudah menerimanya."
Buru-buru Jiwoo mengambil mouse dan melihat surel nya untuk memastikan apakah ucapan atasannya itu benar atau tidak. Jiwoo hanya bisa menggigit bibirnya ketika surel yang di carinya tidak di temukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelions
Fanfiction"Dia mengingatkanku akan bunga dandelion. Meski terlihat rapuh, namun sebenarnya bunga itu memiliki arti pengharapan, keceriaan dan cinta. ketiga kategori itu merangkap menjadi satu pada dirinya. membuatku tak begitu takut untuk kembali berharap aka...