14

214 27 18
                                    

"Seokjin-ssi, mau ke hotel bersamaku?"

Ajakan itu dengan sendirinya terucap oleh Jiwoo pada pria yang sedang mengelap sloki di hadapannya. Senyuman asimetris terbit di bibir Seokjin yang penuh. Membuat wajahnya yang sudah tampan, bertambah menawan.

Hal pertama yang tebersit di kepalanya adalah mendatangi tempat manapun yang menyediakan alkohol. Kebetulan saja bar milik Seokjin memang terletak di dekat gedung tempat kerjanya. Sehingga, ketika kedua matanya melihat bangunan bar yang sudah tak asing lagi, tanpa ragu gadis itu masuk untuk mencari minuman yang di dambanya. Jiwoo hanya ingin mencoba menyamarkan rasa sakit di dadanya dengan mabuk hingga tak sadarkan diri. Tidak peduli dia akan pulang dengan siapa pada akhirnya.

Jika Jungkook bisa tidur dengan gadis manapun, kenapa Jiwoo tidak?

Perasaan sakitnya sudah tak bisa lagi membuat akal sehatnya berjalan lurus. Yang gadis itu inginkan hanyalah menghilangkan rasa sesaknya meskipun hanya sejemang.

"Baru putus dengan kekasihmu, ya?" tanya Seokjin, tidak menghiraukan ucapan Jiwoo sama sekali. Meskipun kedua tangannya sibuk, namun netranya memandang Jiwoo yang sudah terlihat mabuk di hadapannya.

Gadis itu menggeleng pelan. kedua matanya sudah terlihat kuyu oleh reaksi minuman yang sudah gadis itu konsumsi sejak tadi. Rasa kantuk sangat mendominasi perasanya saat ini. namun, dia menolak untuk tertidur begitu saja. "Aku tidak punya kekasih." Jawabnya, berupa gumaman tak jelas. Lalu ia mengangkat sloki miliknya sebelum meneguk sisa wiski yang ada di dalamnya. Mengernyitkan keningnya disaat cairan itu melewati tenggorokan. Menimbulkan sensasi terbakar pada kerongkongannya. "Tuan, aku minta refill."

Tanpa menjawab apapun, Seokjin mengambil sloki milik Jiwoo. Menuangkan cairan bening ke dalamnya sebelum kembali pria itu simpan ke hadapan gadis itu. Dengan kedua telapak tangan menumpu pada meja bar, Seokjin memperhatikan sang puan yang kembali meneguk minuman tadi. bibirnya kembali menerbitkan senyum asimetris begitu melihat Jiwoo menatap sloki dengan tatapan bingung sembari mengernyitkan kening.

"Ini bukan minuman yang tadi." Gadis itu kembali mencecap minumannya. "Hambar. Berikan aku minuman sebelumnya, Tuan. Ini tidak enak."

Seokjin tertawa pelan. tak kuasa menahan kegeliannya oleh tingkah gadis di hadapannya yang sama sekali tak mengenali minuman yang baru saja dia teguk. "Kau sudah terlalu mabuk, Nona. Aku tidak akan memberimu apapun selain air mineral ini."

Jiwoo berdecih. Melipat sebelah lengannya ke atas meja dan bersendang dagu. "Pantas saja hanya air mineral. Lagi pula aku belum begitu mabuk." Gumamnya, mengedipkan mata dengan gerakan perlahan.

Dunia di hadapannya sudah terlihat berpendar. namun, dia masih setengah sadar karena bisa mendengar lagu jazz yang mengalun lembut pada speaker dan juga suara pengunjung lain yang sedang mengobrol di belakangnya.

Kepalanya yang memang sudah berdenyut sejak pagi, semakin parah oleh kandungan alkohol pada minumannya. Meskipun begitu, Jiwoo tidak memedulikannya sama sekali. Justru itu yang gadis itu inginkan. Ia ingin mabuk sampai tidak mengingat apapun. Termasuk foto sialan yang membuatnya kacau seperti saat ini.

"Kau mau ikut ke hotel denganku?" tanya Jiwoo sekali lagi. Belum menyerah dengan tawaran absurdnya. Jika terus dilihat, Seokjin sangat tampan. Dan Jiwoo tidak akan keberatan jika nantinya dia akan berada di bawahnya ketika mereka benar akan pergi ke hotel berdua.

Jiwoo mendehamkan tenggorokannya begitu tubuhnya mulai merasa kegerahan dengan reaksi selain alkohol. Tapi anehnya itu membuatnya semakin bersemangat. Bahkan meskipun Jiwoo sudah setengah sadar, tiba-tiba saja ia ingin terlihat menarik di hadapan Seokjin. Sampai-sampai Jiwoo menyugar surainya ke belakang sembari mengigit bibir dalamnya.

DandelionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang