11

230 26 42
                                    

Ada sedikit adegan dewasa 🌚 di mohon untuk kebijakannya yaa..

Thankiess 🖤

---------


Jiwoo menutup pintu taksi setelah berhasil mengeluarkan Yoongi yang sudah tak kuat menahan beban tubuhnya sendiri dengan susah payah. Kembali melingkarkan sebelah tangan pria bermarga Min itu di bahunya yang kecil dan berjalan ke arah gedung dimana Yoongi tinggal.

Setelah melihat Yoongi yang kelewat mabuk, Jiwoo merasa dirinya bertanggung jawab untuk mengantar atasannya pulang. Pasalnya pria itu sudah tak lagi merasa ada dinding yang menghalangi keduanya karena yang Yoongi lakukan adalah terus bersandar pada bahu kecil Jiwoo. Gadis itu yakin, jika kesadarannya masih penuh, pria itu tidak akan melakukan apa yang kini dia lakukan terlebih lagi berbicara ngawur perihal dirinya yang masih ingin bersama gadis itu.

Jangan tanya soal debaran yang di rasakan Jiwoo. Karena sudah di pastikan jantung malangnya sulit untuk bergerak tenang. Kupu-kupu di dalam perutnya juga tak mau beristirahat dan terus berterbangan. Bahkan disaat keduanya sedang berada di dalam taksi sekalipun, Yoongi tak membiarkan Jiwoo tenang.

Seperti bukan Yoongi yang Jiwoo kenal karena sikapnya yang dingin, pria itu layaknya seperti lintah. Terus menempel padanya seperti tak mau lepas barang sedetik pun. Jiwoo benar-benar harus menahan ledakan perasaan gugupnya kala embusan napas hangat Yoongi terus terasa pada ceruk lehernya kala pria itu bersandar nyaman di dalam taksi.

Sampai-sampai gadis itu tak mengerti, kenapa perasaannya bisa kacau seperti itu oleh sentuhan yang di berikan Yoongi. Demi Tuhan, sebelumnya Jiwoo tidak pernah merasa kacau hingga membuat debaran jantungnya menggila. Hanya satu pria yang bisa membuat perasaannya kacau. Dan pria itu sekarang sedang berada di New York.

"Chief, bisa kau bantu aku lagi?" tanya Jiwoo ketika ia masih susah payah membopong Yoongi. "Bisa sebutkan kau tinggal di lantai dan unit berapa?" lanjutnya tanpa menunggu jawaban.

"Lift."

"Ya?"

"Masuk lift saja dulu," Yoongi mengembuskan napasnya dengan berat seperti baru berlari beberapa kilometer. Padahal disini yang kelelahan itu Jiwoo karena sedari tadi membopong tubuh pria bermarga Min itu.

Tanpa menyahut, Jiwoo mengikuti perintah Yoongi. Keduanya memasuki lift setelah berhasil melewati lobi apartemen yang terlihat sepi. setelah keduanya berada di dalam, Yoongi dengan sendirinya melepas rangkulannya pada bahu Jiwoo dan menumpukkan beban tubuhnya pada dinding lift sebelum menekan tombol lima.

Dengan seksama Jiwoo terus memperhatikan pria di hadapannya. Merasa sedikit khawatir pria itu akan terjatuh meski dia sudah bersandar dan menghadap ke arah Jiwoo yang ikut memperhatikannya.

"Nona Kim, tenang saja. Aku bisa berdiri sendiri." Sahut Yoongi yang di lanjut dengan suara kekehan pelan mabuknya. Kedua matanya sudah berkedip dengan pelan, pertanda jika kesadarannya sebentar lagi akan benar-benar hilang.

Jiwoo berdeham sembari mengalihkan perhatiannya ke arah lain. Reaksi alaminya ketika kedua mata monolit gelap milik Yoongi ikut membalas tatapan Jiwoo. Meski tatapannya tidak seintens biasanya karena mabuk, tapi itu berhasil membuat wajah Jiwoo memerah.

Ada apa denganku? Dia hanya atasanmu, bodoh!

Ding.

Pintu lift akhirnya terbuka. Kali ini Yoongi berjalan keluar tanpa bantuan Jiwoo. Tentu saja dengan sempoyongan hingga membuat sang puan kembali merangkul pinggang Yoongi, memasang wajah khawatirnya. Namun, lagi-lagi reaksi Yoongi membuat Jiwoo harus kembali menahan napasnya.

DandelionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang