16. Bersimbah Darah

21 3 0
                                    

Bagian 16
[Revisi✓]

Sekarang situasi terbalik, para berandalan itu pun ketakutan melihat tatapan mematikan dari Adhera. Juga tangannya yang memegang sebuah pecahan kaca yang besar.

Adhera smirk memandang mereka secara bergantian.

"Kemarilah, mengapa kalian terlihat ketakutan dan menjauhiku, Hem?" Ungkapnya dengan nada menyeramkan bagi berandalan itu.

2 berandalan yang masih berdiri seakan terpaku, £tak bisa melakukan apapun, karena mereka terlanjur gemetar melihat 2 temannya terkapar bersimbah darah.

Yang satu pingsan, dan yang satu berusaha kabur dengan menyeret tubuhnya yang telah lemas. Darah pun berceceran di jalanan sepi malam itu.

"Aku suka permainan ini" ungkap Adhera sekali lagi.

Dengan langkah pelannya, Adhera mendekati satu berandalan yang sudah sekarat dengan menyeret tubuhnya tadi.

"Tolong, biarkan aku pergi. Kami tidak akan £mengganggumu lagi" pintanya dengan memelas.

"Mau bermain darah denganku, hem?" Ucap Adhera dengan mendongakkan kepala £berandalan itu menggunakan pecahan kaca yang ia tempelkan di dagu berandalan tersebut.

"Ampun"

"To.." belum sempat salah satu preman berteriak minta tolong, Adhera melempar sebuah batu yang cukup tajam padanya, tepat di kepalanya. Ia pun pingsan.

"Jangan berteriak!" Sentak Adhera membuat salah satu berandalan yang berdiri pun semakin gemetar.

"Kalian semua berusaha menggangguku hingga kalian membuat seseorang yang kucintai terluka. Dia pergi meninggalkanku sendiri di sini. Puas kalian!" Adhera berteriak dengan geram

Mereka tak ada yang menjawab dan hanya diam. Bagaimana Adhera bisa mengendalikan 4 berandalan seorang diri malam itu. Itulah Adhera, si gadis Pshychopath.

"Kalian memancing kemarahan ku. Dan mungkin, malam ini aku akan mandi dengan darah kalian"ungkapnya membuat mereka yang masih sadar menelan salivanya.

"Tolong lepaskan kami. Dan kami janji, tidak akan pernah muncul lagi dalam hidupmu. Biarkan kami pergi" mohonnya

"Hahaha, janji? Sudah banyak janji yang kuterima. Tapi apa hasilnya? Tidak ada yang ditepati. Dan itu sebabnya aku tidak percaya dengan janji!" Adhera menekan ucapannya

"Aku benci darah. Tapi aku lebih benci penjahat seperti kalian! So, no problem if i like blood every kill someone, heuh!" Ucap Adhera di akhiri dengan senyum smirknya.

"Tidak"

Adhera menghampiri salah satu yang masih berdiri, lalu menghajarnya dengan kemampuan bela dirinya.
Tidak takut akan polisi, Adhera sudah menutup tangannya menggunakan kantong plastik yang ia temukan sebelumnya.

Malam kelam itupun akhirnya membuat Adhera kembali menumpahkan darah. Padahal, dia sendiri takut darah. Lalu, bagaimana dia menjadi ganas seperti itu?

Pecahan kaca itu pun ia gunakan untuk menghabisi 4 berandalan sekaligus tiada ampun. Keadaannya mengenaskan. Wajah £mereka penuh sayatan dari Adhera, tidak ada satupun yang selamat dari amukan Adhera.

Adhera pun memundurkan langkahnya. Kakinya seketika lemas melihat banyaknya genangan darah di sekitarnya itu.

"Darah! Aku benci darah! Aku benci!" Teriaknya histeris menutup mata serta hidungnya.

Itu sering terjadi setelah Adhera mengeksekusi seseorang. Itu memang terdengar aneh. Mengapa itu terjadi setelah pelenyapan?

***

Terlarang: Cinta Sedarah - KTH✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang