32✨

312 51 7
                                    

Pagi hari seperti biasa Hanbin, Jennie, dan putra kesayangan mereka menghabiskan waktunya untuk sarapan bersama. Karena tidak banyak waktu dengan keluarga, maka saat-saat longgar harus dimanfaatkan dengan baik.

"Papa kopinya udah manis belum?"

"Sebentar dicoba dulu."

Hanbin pun mencicipi minuman itu, "ahhh enaknya kopi buatan istri sendiri."

"Emang pernah cobain buatan istri orang lain!?"

Hanbin ketar-ketir dengan ucapannya tadi, "ngga gitu Ma. Kan kalo main ke rumah temen juga yang buatin minum istri dia. Buatan kamu lebih spesial aja gitu, kaya...ya gituu tau kan?" ia menjelaskan dengan gugup.

Perdebatan singkat itu biasanya dinikmati oleh Haruto. Tetapi hari ini ia hanya acuh tak acuh dengan interaksi keluarganya.

"Ruto?" Jennie akhirnya menyadari akan perubahan sikap Haruto beberapa minggu belakangan ini.

"Hm?" Haruto hanya mengangkat alis.

"Kenapa? kok kaya lemes gitu?"

Sungguh kata kenapa sangat ingin ia hindari. Masalahnya hampir setiap hari semua orang bertanya mengenai apa yang sedang terjadi dengannya.

"Ngga papa Ma.." kata Haruto sembari menusuk-nusuk roti panggang dengan garpunya.

"Kok ga dimakan?" Wanita itu semakin bertanya-tanya tentangnya.

"Eh Ruto mau Papa anter ga sekolahnya?" Hanbin pun mengalihkan pembicaraan karena putra semata wayangnya yang terlihat enggan menjawab pertanyaan Jennie.

"Dianter?" lalu ia menggelengkan kepala.

"Kok ngga mau? padahal bisa menghemat uang saku kamu loh."

"Kaya anak kecil ah."

"Ihhh ga tau aja kamu..dulu zaman Papa sama mama aja sampe mohon-mohon minta dianter sekolah iya kan Ma?"

Jennie justru melemparinya tatapan aneh lalu menggeleng dan berbisik, "gue ngga segitunya."

"Pffftt.." Haruto sontak menahan tawa karena tingkah mereka. Hal itu membuat kedua orang tuanya tersenyum.

"Eh To, mama kamu ke pasar aja Papa anterin. Ya? mau ya?" Haruto terdiam untuk memikirkan keputusannya. Kemudian ia pun melirik Hanbin dan mengangguk.

"Tapi uang saku tambah ya?"

Jennie langsung membulatkan matanya, "harusnya utuh dong??? kok minta tambahan?"

Ia pun beranjak dari tempat duduk, "okee kalo ga mau. Pa, Ruto berangkat sendiri-"

Hanbin menahan tangannya, "eh iya ditambahin! tenang aja masalah uang saku mah aman."

"Aman? oke deal!"

"Nah gitu dong..akhirnya setelah 5 tahun Papa bujuk kamu mau juga."

"Lebaaayyy," ujar Haruto.

"Loh beneran-"

"Udah berangkat sana kalian!" perintah Jennie sebelum perdebatan semakin memanjang.

✨✨✨✨✨

Hanbin menjalankan mobilnya dengan perasaan gembira, tidak seperti sebelumnya. Akhirnya setelah sekian lama ia bisa mengantar Haruto ke sekolah lagi. Ia ingat terakhir kali Haruto diantar ketika kelas 6 Sekolah Dasar, setelah itu putranya sama sekali tidak ingin diantar jemput sebab ia merasa sudah beranjak dewasa.

Tetapi di mata Hanbin putranya tetap malaikat kecil yang tidak akan pernah tumbuh, ia belum bisa menerima kenyataan itu.

~Flashback~

LOOVE | Wonruto ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang