33✨

291 51 3
                                    

Setelah melalui hari yang panjang, melakukan berbagai macam hal bersama sahabat dan ayahnya perlahan menyembuhkan rasa gundah Haruto. Ia menjadi lebih ekspresif beberapa waktu setelah kembali ke rumah. Tentu saja Jennie merasa terheran-heran dengan perubahan sekejap itu, akan tetapi suaminya meyakinkan bahwa putra mereka akan baik-baik saja.

"Bu Yeri udah dateng!!" seru seorang anak selaku pengawas guru-guru.

Seruan itu membuat semua siswa yang sedang bermain menjadi buru-buru kembali ke tempat duduk. Haruto yang menaikkan kakinya ke meja pun langsung menurunkannya dan bersikap sopan.

"Pagi semua!"

"Pagi Bu!!!"

"Ga usah nyanyi lagu nasional ya? biar kalian lebih cepet." 

Sontak petugas dirigen hari ini menghembuskan nafas lega. Lantaran di sekolah mereka menerapkan aturan yakni setiap pagi masing-masing kelas harus menyanyikan lagu nasional sebelum memulai pembelajaran. Untuk pemilihan dirigen sendiri supaya adil berdasarkan nomor urut. Mendengar bu Yeri memerintahkan untuk tidak menyanyikan lagu nasional membuat siswi yang bertugas itu lega.

"Minggu kemarin kita sudah menyelesaikan teori tentang seni lukis kan?"

Seluruh murid membuka buku catatannya. "Sudah Bu!" jawab Yuna.

"Oke, jadi hari ini praktek ya. Silahkan kalian menuju ruang seni."

Sontak mereka terkejut karena ruang seni adalah tempat ternyaman untuk belajar. Selain karena ruangan yang luas, suhunya sangat sejuk dan nyaman untuk tidur.

"Ayo ke ruang seni ya, saya tunggu di sana!"

"Siap Bu!!"

Dengan antusias mereka keluar dari kelas dan buru-buru menuju ruang seni yang ada di lantai 3.

****

Ruang bernuansa putih, tiga pendingin ruangan yang terletak di sudut-sudut, ditambah pernak-pernik lucu menambah kesan estetika pada tempat ini. Kursi yang disusun melingkar serta bertingkat itu mulai dipenuhi siswa dan siswi.

Jihan, sedari tadi hanya berdiri di pintu sembari memandang seseorang. Kemudian sebuah tangan menepuk pundaknya, "Jihan ayo!"

Ternyata ia adalah Yena, akan tetapi Jihan menggelengkan kepalanya pelan sambil tersenyum. "Duluan aja ngga papa Yen." Yena sedikit heran karena tidak biasanya Jihan menolak tawarannya.

Gadis berambut kepang itu mulai mendekati bangku yang ia pilih. Yena terus saja menatap Jihan yang tampak berbeda. Yena melihat ternyata Jihan lebih memilih bangku di antara para siswa. Ia juga menyadari bahwa berjarak satu bangku setelahnya ada Jeongwoo di sana beserta Doyoung dan Haruto. Yena menjadi paham dan memilih untuk tidak ikut campur dalam urusan mereka.

Jihan masih saja menatap Jeongwoo yang asyik dengan kedua sahabatnya. Ia tidak tau apa yang sebenarnya terjadi, sejak kemarin ia merasa dijauhi oleh pria itu. Biasanya setiap pagi atau setiap waktu istirahat Jeongwoo selalu menanyakan kabar hingga membicarakan sesuatu yang tidak penting. Aneh, karena ia mendadak berubah.

"Tolong dicek di sisi kanan kanvas apakah sudah tersedia peralatannya?"

"Sudah Bu!!"

"Iya Bu lengkap!"

"Oke, jadi tugas kali ini saya ingin kalian menggambarkan satu saja yang menjadi motivasi kalian selama ini. Bisa berbentuk benda mati atau makhluk hidup. Apapun itu ya, paham?"

"Paham Bu!"

"Ya silahkan mulai sekarang." Tepat setelah instruksi itu mereka langsung memulai karyanya.

LOOVE | Wonruto ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang