14. Malam itu

227 13 0
                                    

Jaemin memilih untuk mematikan telphone setelah mengirimkan pesan untuk Jeno memasukan kesaku lalu kembali menyeret kopernya meneju pesawat.

"Good evening Mr. Na"sambut seorang pramugari bersurai pendek dengan senyuman tipis mehiasi wajahnya yang dibalas angukan oleh Jaemin.

"Selamat malam Hyung"timpa seorang pria tinggi yang tak asing bagi Jaemin bukah kah itu adik iparnya?untuk apa dia disini?pikir Jaemin

"Sungchan kau?"

"Aunty memilih ku Hyung. I will take care of you for Jeno Hyung"jelas Sungchan pada Jaemin.

Jaemin hanya menepuk bahu Sungchan sambil tersenyum merekah walaupun ia tak yakin kali ini akan berhasil.

Pukul sembilan malam pesawat pribadi keluarga Nakamoto lepas landas dengan 1 orang pilot 1 pramugari beserta 1 penumpang.

Pesawat sekarang sudah mengudara di ketinggian 35.000 kaki dari permukaan tanah itu adalah ketinggian minimal pesawat terbang mengudara.

Jaemin menatap nanar kearah luar jendela yang hanya terpampang kegelapan disana, Jaemin kembali menyalakan ponselnya hanya sekedar memandangi foto kebersamaannya dengan Jeno.

"Jeno ya, Bukan kah akan terlalu dingin dibawah sana"Jaemin mulai bermonolog dan tanpa sadar air matanya mulai menetes.

□□□□<>□□□□

Sungchan mulai lebih mefokuskan dirinya agar pendaratan darurat yang akan ia lakukan berjalan lancar walaupun hal seperti turbelensi tidak mungkin bisa dihindari karena pesawat sedikit demi sedikit akan turun dari ketinggian 35.000 kaki dari permukaan tanah.

"Sebentar apa aku tak salah lihat?"Sungchan membelalakan mata tak kala irisnya menangkap awan cumulonimbus didepan sana.

Ada beberapa opsi yang bisa ia pilih memilih untuk mengitari,terbang lebih tinggi atau bahkan lebih rendah atau memilih menerjang awan hitam didepan sana? yang tentunya itu semua memiliki resiko masing masing pikirnya, Hanya keputusan yang tepat yang harus ia ambil sesegera mungkin.

Tapi kali ini Sungchan tak bisa memperkirakan seberapa tinggi ia harus menaikan pesawat karena batas maximal adalah 42.000 kaki jika lebih pasukan oksigen akan berkurang dan yang paling fatal mesin pesawat akan berhenti beroprasi.

Jika ia menurunkan atau menaikan pesawat tentunya akan terjadi turbulensi yang cukup kuat jika pesawat rise or drop 30 meter dan kemungkinan terburuknya Jaemin akan terluka.

Sungchan kembali memperkirakan seberapa berbahayanya awan cumulonimbus didepan sana apakah berada pada level yang bisa dilewati atau tidak?ouh ayolah kenapa tidak memilih untuk mengitari?jawabannya simpel mereka tak punya cukup bahan bakar jika mengitari terlalu jauh dan memiliki resiko bertabrakan dengan pesawat lain karena keluar dari jalur yang sudah ditentuka.

Sungchan mengirimkan sinyal berupa suara lonceng 3x bervolume rendah yang terdengar dikabin. Pramugari Kim yang mengerti maksud dari suara itu besmirk ternyata kali ia ini tak perlu meracuni Tuan Muda yang satu ini.

Pramugari Kim berjalan mendekati kursi Jaemin. Ia berjalan sambil membawa selimut tebal ditangannya.

"Permisi Tuan Muda"izin Pramugari Kim sambil mengisyaratkan bahwa ia membawa selimut untuk Jaemin yang lagi lagi hanya dibalas angukan tanpa suara oleh Jaemin.

Pramugari Kim menyelimuti kaki Jaemin dan disinilah rencananya berjalan untuk melepaskan shild belt yang dipakai oleh Jaemin.

"Crak"dengan hati hati akhirnya shild belt itu terlepas tanpa disadari oleh Jaemin karena Jaemin sendiri terfokus memandangi foto Jeno diponselnya.

Dance floor [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang