Part 18

192 40 2
                                    

"oppa!"

Y/n menahan tubuh jaehyun yang akan limbung itu, ia menepuk pipi jaehyun untuk tetap menyadarkan nya

"Jangan tutup matamu kumohon oppa"

"Ahahah aku membunuhnya, Yakk Yoon Hana lihatlah aku membunuhnya"

Pria itu tertawa melihat jaehyun yang tak sadarkan diri, kemudian hyunjin dan yang lain nya masuk.

"Jaehyun-ah"

Mingyu menghampiri y/n yang sedang menangis sekarang, ia memeluk tubuh jaehyun erat sambil menahan darah yang semakin banyak keluar dari tubuh jaehyun.

"Kurang ajar!"

Hyunjin melayangkan pukulan pada pria itu, tidak cukup sekali sampai pria itu benar-benar terkapar sekarang. Ia menatap y/n yang menangis histeris sambil terus memeluk jaehyun.

"Tolong oppa, jangan tinggalkan aku"

________________________

Jam menunjukan pukul sembilan malam, jaehyun masih berada di ruang operasi lebih dari tiga jam lamanya. Mingyu terduduk di kursi tunggu, sedangkan y/n ia masih berdiri dan menatap kosong pintu ruang operasi itu. Hyunjin berada di belakangnya, ia sedang menyesali apa yang sudah terjadi sekarang. Jika saja ia lebih cepat lagi menyusul jaehyun, semua ini mungkin tak akan terjadi.

Seorang perawat lalu keluar dari ruang operasi untuk memberikan kabar. Semuanya memandang perawat itu dengan harap-harap cemas. Terutama y/n.

"Tuan jaehyun baik- baik saja nona, operasinya berhasil"

Y/n menghela nafasnya, kini ia bisa tersenyum walaupun sedikit.

"Kau harus istirahat"

Ucap hyunjin hendak menggendong y/n namun mingyu mencegahnya.

"Y/n akan bersamaku sekarang, aku ingin kau tetap di sini."

Mingyu merangkul y/n lalu menuntunnya pergi dari sana. Hyunjin terdiam, ia merasa tak nyaman karena kejadian ini. Semuanya begitu sama, seolah kilasan balik yang sudah ia lakukan kembali terjadi. Mungkin itu sebabnya mingyu melarang y/n bersamanya sekarang.

"Oppa rasa jaehyun lah yang terbaik untukmu y/n-ah"

Ucap Mingyu sambil menuntun y/n berbaring di ranjangnya

"Apa oppa mengingat kejadian dulu lagi? Dan apa itu sebabnya oppa berkata seperti ini?"

Mingyu terdiam, y/n lalu mengenggam tangan mingyu

"Hyunjin bahkan sudah lebih dari baik sekarang. Tolong jangan seret hyunjin kedalam masalah ini oppa, yang sudah berlalu kita biarkan berlalu. Oppa jangan khawatir, aku akan tau siapa yang terbaik untuk ku"

Mingyu mengangguk tersenyum, tangannya mengusak rambut y/n lalu di akhiri dengan mencium keningnya.

"Istirahatlah"

______________________

"Apa tidak sebaiknya anda istirahat tuan?"

Hyunjin tidak menjawabnya, ia sibuk menundukan kepalanya sambil meremat jarinya.

"Kau tidak marah padaku yujin-ah? Semua kejadian ini begitu persis dengan apa yang aku lakukan dulu. Yoona dan y/n yang menjadi korbannya. Dan aku tau, kau mencintai Seo Yoona bukan?"

Yujin terkekeh pelan, ia lalu menatap jaehyun yang berada di ranjangnya.

"Semua keputusan ada pada Yoona, aku tak pernah marah akan semua yang terjadi tuan. Bahkan jika aku harus marah, itu semua tidak ada gunanya"

Yujin menoleh ke arah hyunjin yang juga sedang menatapnya dari samping.

"Takdir memang selalu berbuat sesukanya tuan, tapi aku percaya itu semua yang terbaik untuk ku. Yoona dan nona adalah sama, mereka tercipta untuk membuat kita yang mencintainya belajar. Bahwa cinta tulus itu berasal dari hati, bukan dari ego atau nafsu."

"Tuan jaehyun membuktikan itu, ia mencintai nona tulus. Aku berada di taman kota waktu itu, dan aku melihat tuan jaehyun di sana. Ia memilih bersembunyi saat kalian melakukan hal yang mungkin membuatnya terluka."

Perkataan yujin membuat hyunjin terdiam, nafasnya sedikit tercekat saat melihat jaehyun. Bahkan sekarang ia merasa sangat tidak pantas untuk merebut y/n dari kehidupan jaehyun. Ibunya dulu merebut kebahagiaan jaehyun, lalu apakah sekarang ia juga harus melakukan hal yang sama?

_______________________

"Oh ayolah kau bahkan belum pulih y/n-ah"

Mingyu terus merajuk pada y/n yang kini sudah siap untuk menemui jaehyun, karena kabarnya ia sudah sadar. Tentu y/n bersemangat untuk itu.

"Oppa hentikan, kenapa kau seperti ini?"

Mingyu mengerucutkan bibirnya lucu, dengan tidak tau malunya ia menggerakan tangan y/n ke kanan dan ke kiri.

"Ah oppa, itu menjijikan"

Y/n menghempas tangan mingyu lalu dengan cepat berlari ke arah garasi, dan mingyu tentu tidak membiarkan itu. Ia berlari mendahului y/n dan menghalangi jalan nya.

"Baiklah oppa akan jujur, sebenarnya ada hyunjin di sana. Oppa tak ingin dia menemuimu"

Y/n bergerak mencubit pipi kanan mingyu keras hingga sang empunya berjengit kesakitan.

"Oppa bukankah masalah itu harus di selesaikan? Jika kita terus menghindarinya maka sampai kapanpun tak akan pernah selesai" y/n

"Ah lihatlah bahkan kau juga menganggap hyunjin sebagai masalah, jadi tetap di rumah dan jangan kemana mana"  mingyu

"Aku rasa masalah itu yang akan mendatangi y/n dengan sendirinya."

Ucap hyunjin yang kini sudah berdiri di belakang mingyu

"Mian karna aku sumber masalah bagi kalian"

Mingyu menghela nafasnya lalu pergi, y/n kini berdiri berhadapan langsung dengan hyunjin.

"Aku kemari untuk berpamitan y/n-ah"

Y/n terlihat kaget sekarang, ia menatap lekat kedua bola mata hyunjin yang menyiratkan kesedihan.

"Pamit? Kau ingin kemana?"

"Ke tempat jauh sehingga aku tak bisa lari untuk menemuimu, ke tempat yang bisa membuatku lupa akan semua yang sudah terjadi."

"Aku terlalu banyak membuat luka untuk kalian, maafkan aku y/n-ah."












Tbccc....

You Are Mine Till Death Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang