23. Camping

87 8 0
                                    

HAPPY READING!

***

Luna sedari tadi tak membuka pintunya saat kedua orang tuanya mengetuknya. Ia kesal kenapa mereka tidak mengizinkan dirinya untuk pergi camping. Ia sudah menjelaskan tentang kondisi kesehatannya, namun mereka bersikeras tidak mengizinkan dirinya pergi camping.

Luna menenggelamkan wajahnya di bawah bantal, tak ingin ada seorangpun yang mendengar isakan tangisnya. Ia sudah meminta agar Abangnya berbicara kepada orang tuanya, Abangnya juga sama tidak mengizinkan dirinya, sangat sia-sia sekali dirinya meminta Abangnya untuk berbicara dengan orang tuanya.

Alex juga sudah menjelaskan tentang kondisi dirinya, Alex juga telah menjelaskan bahwa dia tak mengizinkan Luna untuk camping. Namun Alex tak bisa melihat Luna yang menangis akibat tak diizinkan ikut camping.

"Luna, buka pintunya nak!" sudah beberapa kali Mamanya, Papanya dan Abangnya berteriak memanggil dirinya agar membukakan pintunya.

Namun Luna tetaplah Luna, ia tak membukakan pintunya. Ia masih tetap setia dengan menelungkupkan wajahnya di bawah bantal. Sejak tadi dirinya belum makan apa-apa, minum obat saja belum. Dirinya baru selesai membersihkan diri, lalu berbicara dengan kedua orang tuanya.

Sedangkan Maretta sangat bingung dengan sikap anaknya, ia tidak mau terjadi apa-apa dengan anaknya didalam sana. Irwan tidak punya cara selain mendobrak pintu kamar Luna, ia dan Ibra mendobrak pintu kamar Luna. Dobrakan pertama pintunya belum terbuka, sampai dengan dobrakan kelima, baru pintunya terbuka.

BRAK.

BRAK.

BRAK.

BRAK.

BRAK.

Maretta berlari masuk kedalam kamar Luna lalu memeluknya dengan erat. Luna terkejut dengan kehadiran mereka, bagaimana bisa mereka mendobrak pintunya. Luna membelakangi mereka saat mereka ada didalam, ia memejamkan matanya, ia hanya berpura-pura tidur agar membuat mereka keluar dari kamarnya.

"Luna." panggil Irwan lembut.

Luna masih saja tak menjawab pertanyaan Irwan. Ia masih memejamkan matanya agar mereka pergi meninggalkan kamarnya. Irwan mendekati Luna dan duduk dipinggir kasur Luna.

Irwan mengelus rambut anaknya. "Aluna." panggilnya, lagi.

Irwan memandang istrinya, meminta agar membantu dirinya untuk membujuk Luna. Maretta mengangguk dan mulai mendekati Luna, ia mencium kening Luna.

Luna masih saja tidak membuka matanya, Maretta berjalan kearah kamar mandi dan mengambil air. Ia mencelupkan tangannya kedalam air, mengusapkannya ke wajah Luna. Semoga saja ini bisa membuat Luna membuka matanya.

Benar saja, begitu Maretta mengusapkannya pada wajahnya. Luna dengan perlahan-lahan membuka matanya, ia menatap mereka yang sedang menatap dirinya.

"Kenapa?" tanyanya cuek.

"Papa udah putusin, kamu boleh ikut camping." Mata Luna berbinar-binar saat mendengar ucapan Papanya.

"Beneran, Pa?" Irwan mengangguk, Luna bangun dari tidurnya dan langsung memeluk Irwan.

"Makasih, Papa." Irwan mengangguk, mengelus rambutnya. Luna melepaskan pelukannya lalu menatap Irwan.

"Tapi ada syaratnya." Irwan menjeda ucapannya.

Luna menaikkan sebelah alisnya. "Apa?"

"Kamu gak boleh jauh-jauh dari Alex, karena Papa udah bilang sama Alex kalau dia gak boleh jauh-jauh dari kamu."

ALEXANDER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang