HAPPY READING!
***
Luna membuka matanya dengan perlahan-lahan, mengedipkan matanya berkali-kali. Ia menatap kearah sekitar, ini tempat yang sangat tidak familiar. Luna mencoba bangun, badannya terasa remuk. Terakhir kali yang dirinya ingat adalah dirinya berteriak pada Alex, namun kemana Alex sekarang.
Luna mencoba bangun kembali, namun lagi dan lagi gagal. Kakinya sangat terasa sakit, sepertinya kakinya keseleo. Luna mengusap pelan kakinya agar tidak terlalu sakit, Luna bingung sekarang dirinya harus bagaimana.
Luna mendengar suara yang memanggil dirinya, suara tersebut terdengar di sebelah kiri. Luna mencoba menyahuti suara tersebut, dirinya menunggu seseorang yang memanggil dirinya, sudah menunggu sekitar lima menit, namun tak ada tanda-tanda seseorang tersebut datang.
Luna berpegangan pada pohon, agar lebih mudah bangun. Walaupun kakinya terasa sangat sakit, ia harus bisa keluar dari jurang ini, dirinya tidak mau kalau sampai harus menunggu hingga esok hari. Luna berjalan dengan perlahan, kepalanya terasa sangat pening.
Luna kembali mendengar suara seseorang yang memanggil dirinya. Luna mendekati arah suara tersebut, melihat kearah sekelilingnya. Sangat gelap, tidak ada penerangan disini. Lagi dan lagi Luna tak mendengar suara itu, ia harus bagaimana agar bisa keluar dari sini.
Luna meneteskan air matanya, ia sangat takut. Luna berjalan dengan perlahan, mencari jalan keluar dari sini. Luna merasa kakinya yang tidak kuat untuk berjalan, ia duduk kembali dipinggir pohon. Menyenderkan kepalanya pada pohon, pikirannya sangat kacau, ia bingung harus bagaimana.
"TOLONG, INI GUE LUNA!" Teriakan itu menjadi teriakan terakhir sebelum Luna tak sadarkan diri.
***
Alex masih mencari Luna, dirinya sudah memutari area tepat dimana Luna jatuh ke jurang. Alex memfokuskan senternya pada sebuah ranting pohon, ia melihat ada cardigan yang tersangkut di ranting pohon tersebut. Alex mengambil cardigan tersebut, ia mengingat bahwa ini adalah cardigan yang Luna kenakan. Itu artinya Luna berada tidak jauh dari sini.
Alex memberi arahan kepada Raka, untung saja Raka cepat paham dengan apa yang Alex berikan arahan. Mereka berdua melihat kearah sekeliling, namun belum ada tanda-tanda Luna ada disini. Melangkahkan kakinya dengan perlahan, karena ini cukup licin.
Lagi dan lagi, Luna belum ditemukan. Alex memukul pohon yang berada disampingnya, Raka menahan tangan Alex yang terus memukuli pohon. Alex menarik rambutnya gusar, bagaimana caranya untuk menemukan Luna dengan cepat.
"Lo pikir pakai otak, lo nyakitin diri lo sendiri, ini bakal lama untuk cari Luna." Raka sangat tidak suka dengan cara pikir Alex yang menyakiti dirinya sendiri untuk membalas rasa bersalahnya.
"Ini salah gue, Rak." Alex menahan air mata yang berada di pelupuk matanya.
"Ini bukan salah lo." Raka kembali menegaskan bahwa Alex tidak salah.
"Ini salah gue, kalau aja gue jaga Luna dengan baik, pasti ini gak akan terjadi."
Rintik hujan kembali membasahi bumi, ini akan lebih sulit untuk menemukan Luna disaat hujan seperti ini. Alex tak peduli jika sekarang hujan, yang ada di pikirannya sekarang adalah menemukan Luna dengan cepat.
Raka menahan tangan Alex, Alex menatap Raka dengan datar. "Apa?"
"Kita balik ke perkemahan, kita lanjut besok." Ucapan Raka yang membuat Alex menatap tajam kearah dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEXANDER
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Alexander Megantara Seorang lelaki ketua Dragoners, pembuat onar, dan melanggar aturan sekolah. Tekad seorang Alex ialah, siapapun seseorang yang telah membuatnya jatuh cinta, tidak akan ia lepas. Alex tak percaya lagi denga...