Chapter 2

2.8K 93 7
                                    

Seperti biasa pagi jam 7 aku buka toko sambil duduk main hp di depannya rasanya masih ngantuk padahal tutup jam 11 malam , tapi alhamdulilah banyak yang datang membeli sembakonya di pagi hari sekitar jam 8 setelah  selesai melayani orang beli aku kembali duduk buat istirahat , saat lagi santai dari belakang mas Erdy datang membawa sesuatu di tentengan lalu dia duduk menyapaku .

"Haii mas ... Lagi santai ya boleh duduk di sini " kata mas Erdy

"Boleh mas , lagian aku gak ada temannya . Oh ya mas Erdy gak kerja hari ini ? "  Tanyaku

"Aku hari off kerja , oh ya ini oleh oleh dari kampung buat masnya " kata mas Erdy

"Wah , makasih banyak loh sudah ngerepotin sampai bahanin gini padahal kita baru kenal kemarin " kataku sambil senang mendapat oleh oleh darinya .

"Santai ja mau kenal lama atau baru tetap saja sudah kenal , boleh gak minta nomer hp mu ? " Kata mas Erdy membuat jantungku serasa copot karena baru pertama kali ada cowo straight meminta nomerku duluan .

Langsung aku kasih ke dia agar kalau ada apa apa bisa via chat atau telepon yang di perlukan nantinya . Setelah mendapat nomerku mas Erdy balik katanya nanti ada temannya yang mau main , serasa ingin membanting hp karena bikin remuk hatiku yang lagi asik berduaan dengan mas Erdy  . Selang beberapa menit ada motor matic warna hitam datang tapi membuat aku penasaran siapa dia dan ternyata benar yang menemuinya adalah mas Erdy .

"Siapa sih itu cowok tapi koq kalau di lihat pas buka helm kaya lebih muda dari mas Erdy , semoga teman biasa " kataku yang bergumam . Semenjak temannya datang membuat serasa panas hati ingin rasanya aku cabik cabik , pikiranku mulai negatif tentang mas Erdy apakah dia seorang Gay atau bukan . Saat otak aku lagi gak karuan gegara mas Erdy jadi gak konsentrasi saat melayani pembeli dan aku bingung dengan sikap aku ini saat dekat sama mas Erdy jadi  otaknya gak fokus ingin rasanya di dekat dia terus mungkin aku sudah mulai nyaman dengannya .

Waktu jam 3 sore mereka keluar bareng tapi gak bawa motor mungkin mau sholat karena ma Erdy memakai peci dan sarung saat keluar , hampir 30 menitan mereka kembali lagi dengan berduaan terus .. aku mulai terbakar cemburu dengan kedekatannya .

"Mas Tyo .... Aku mau beli gula " kata anak tetangga kost lainnya .

"Oh ya , Fika sorry ya mas tadi ngelamun " Kataku

"Lagian jam segini ngelamun mas " kata Fika

" Hehehe gak tau nih , oh ya Fik kamu kenal mas Erdy yang kost di pojok itu " kataku sambil nunjuk .

"Kenal lah , kalau hari Rabu emang dia libur kerja dan pasti temannya main ke situ " kata Fika .

"Kenal nama temannya gak Fik ?"  Kataku karena penasaran sama cowok yang pergi bareng .

"Kalau gak salah itu namanya mas Akbar yang pakai motor matic hitam " kata Fika

Rasa penasaran ku  berangsur hilang karena sudah tahu nama pria yang sedang main ke kostan mas Erdy .  Pikiranku terus menatap arah tempat kostan mas Erdy yang di lantai 2 dimana kelihatan dari toko . Saat Maghrib tiba keduanya keluar bareng dengan memakai baju Koko dan sarungan sepertinya memang anaknya rajin sholat semua gak pernah sama sekali meninggalkan sholat , keduanya melihat aku yang lagi duduk namun membuatku bete dengan temannya yang namanya Akbar.

"Mas lagi sendirian " kata mas Erdy

"Ya nih , itu temanmu mas ?" Kataku coba basa basi lah .

"Oh ya ini Akbar mas temanku  , kebetulan dia main kalau aku libur " kata mas Erdy memperkenalkannya ke aku .

"Tyo "

"Akbar"

"Ya sudah mas aku ke masjid dulu " kata mas Erdy lagi

" Silahkan mas " kataku dengan wajah kesal melihat temannya dengan gaya sok kecakepan padahal cuma menang rapi saja . Ketika balik dari masjid Akbar mampir beli ke toko .

"Mas aku beli minuman ini 2 sama itu kacang kacangan 5 jadi berapa ? " Kata Akbar .

" 18.000 , mas nginep di kostan mas Erdy ? " Tanyaku karena gemes ingin tahu .

" Ya mas , kan setiap hari rabu emang aku nginep di sini untuk menemaninya , ya sudah mas aku balik dulu . Makasih " kata Akbar dengan senyum membawa luka buatku .

Rasanya bagaikan petir yang merusak tulang rusukku , aku sungguh sangat cemburu setelah dia bilang begitu padaku , kalau aku jadi pacarnya mas Erdy sudah aku labrak dan aku tendang tuh anak . Pikiranku jadi gak karuan saat jaga toko sampai beberapa pembeli menanyakan kenapa kaya orang lagi banyak masalah gitu padahal juga bukan pacar tapi rasanya nyesek gitu lihatnya mereka berduaan .

Tetangga Kost Rasa Pacar (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang